Loading...
Logo TinLit
Read Story - Gunay and His Broken Life
MENU
About Us  

"Beberapa tanaman herbal yang gue kumpulin tadi ada yang berfungsi menghentikan pendarahan dan mencegah infeksi."

Mulut Dimas hanya menganga sedikit setelah mendengar penuturan Mirza. Ia benar-benar tak menyangka manusia es ini ternyata punya kepedulian yang cukup besar juga.

Tepat di depannya, Mirza mulai menggiling beberapa tanaman dari kantung itu.

"Semoga Gunay udah sempet keluar sebelum gempa tadi." Dimas berbicara lirih dengan pandangan kosong.

Mirza tak menanggapinya, ia hanya terus menggiling sampai tanaman itu dirasa cukup halus. Setelah itu, Mirza tiba-tiba berdiri dan membuka pakaiannya sendiri.

"Mau apa lo sekarang?" tanya Dimas panik, wajahnya seketika pucat.

Pakaian luarnya sudah ia lucuti sendiri, dan masih ada kaus putih tipis yang menutupi tubuhnya. Namun kaus putih itupun segera ia lucuti juga.

Ia pun mengoyak kaus putih itu menjadi potongan kecil dan panjang. Barulah kemudian ia memakai kembali pakaian luarnya.

Tanaman herbal yang sudah ia haluskan itu ia taruh tepat di atas kain putih itu. Kemudian mendekat ke Dimas dan melilitkannya di kaki Dimas yang terluka.

Setelah merasa ikatannya sudah cukup erat, Mirza pun beranjak agak jauh dan duduk.

"Kenapa lo lakuin ini?"

Sedari tadi Dimas hanya melongo keheranan melihat perlakuan baik Mirza, seketika perasaan bersalah timbul dalam benaknya.

"Karena lo temen gue."

Temen? Padahal selama ini gue gak pernah sedikit pun nganggap lo temen gue.

Perasaan Dimas justru malah bertambah tidak enak setelah mendengar jawaban itu.

"Maafin gue." Dimas berucap lirih.

"Hm?"

"Maaf kalo selama ini gue memperlakukan lo gak seperti selayaknya seorang teman."

"Hmm." Mirza hanya menggumam rendah. Dan atmosfer hening pun muncul lagi di antara mereka.

.

.

Gunay berjalan tertatih-tatih dengan Mingyan di punggungnya.

Sahrul sudah berlari jauh lebih dulu di depan mereka. Seolah ingin menghindari interaksi dengan Gunay.

Akhirnya Sahrul lebih dulu sampai di tempat peristirahatan yang sudah ditentukan oleh Pak Agus. Tempat mereka semua seharusnya berkumpul.

Tampak semua murid satu kelas itu sudah berkumpul di tempat itu, wajah mereka semua terlihat pucat, mungkin karena efek gempa barusan. Hal ini sudah di luar perkiraan.

"Sahrul?" Pak Agus terlihat panik dan langsung berlari mendekat ke Sahrul. Wajahnya tampak cemas dikarenakan melihat penampilan Sahrul yang berantakan.

"Apa yang terjadi?"

Sahrul berhenti, ia membungkuk memegangi kedua lututnya dengan napas yang masih tak beraturan.

Sesaat kemudian, pandangan Pak Agus kini beralih ke seseorang di belakang Sahrul yang melangkah berat dengan seorang gadis di punggungnya.

"Gunay?"

Mata Kanselir langsung membulat melihat kehadiran orang itu, hampir saja ia akan berlari mendekati pemuda itu, namun seketika terhenti, karena merasa tindakannya kurang pantas.

Niat Kanselir malah didahului Pak Agus, dia mendekat lalu meraih gadis yang tak sadarkan diri di punggung Gunay itu dan menggendongnya, kemudian membawa ke tempat peristirahatan lalu membaringkannya.

Setelah Gunay melihat Pak Agus membaringkan gadis itu, bukannya duduk dan beristirahat, dia malah menarik tangan pak Agus dan berbicara dengan tergesa-gesa.

"Pak ... Dimas ... tolongin Dimas, Pak!" ucapnya terputus-putus sambil menunjuk-nunjuk ke arah hutan.

"Dimas? Dimas kenapa, Gunay?" tanya Pak Agus yang juga tampak cemas, lalu dia tiba-tiba teringat, "Oh iya, bukannya ada satu orang lagi selain Dimas yang tak di sini?Siapa? Mirza bukan?"

"I-iya Pak! Mirza juga sama Dimas! mereka ... mereka kejebak dia gua, Pak!"

Seketika tatapan semua orang membeku.

"Gua? Di mana ada gua di hutan ini?" Pak Agus bertanya heran. Karena dari yang dia tahu, tidak pernah ada gua di hutan ini.

"Buruan, Pak! Kita selamatin mereka!"

Gunay benar-benar tak tahan lagi, kecemasannya sudah di ambang batas, dia sangat khawatir dengan keadaan Dimas mengingat gempa yang terjadi bertepatan saat dia keluar dari kolam tadi.

"Baik, bapak akan panggil penjaga di hutan ini, kamu tunjukkan tempat mereka nanti, tunggu di sini, oke?"

Pak Agus pun berlari pergi memanggil penjaga yang biasa berjaga di sekitar hutan ini. Meminta bantuan mereka.

Gunay terduduk lemas di bangku kayu tempat peristirahatan itu.

Pandangannya kosong sesaat sebelum sebuah tangan menyodorkan sebotol minum ke depan wajahnya.

Gunay menatap gadis cantik berhijab itu, raut wajahnya juga tampak gelisah.

"Makasih," kata Gunay sembari meraih botol minum itu dan langsung menenggaknya hingga habis.

Tepat dibelakang mereka, Sahrul masih saja menatap Gunay sinis, bibirnya berkedut dan gigi-giginya bergemeretakan, terlihat tidak senang.

Beberapa menit kemudian, Gunay, Pak Agus, serta dua orang penjaga yang dibawa, langsung bergegas menuju gua dengan dipandu Gunay.

Akhirnya mereka pun sampai tepat di mulut Gua, tempat mereka awalnya masuk. Para penjaga itu sudah berjaga-jaga dengan membawa tali tambang yang sangat tebal menuju ke tempat itu.

Gunay berteriak memanggil sahabatnya itu dengan perasaan harap-harap cemas.

"DIMAS!!"

Seketika suara Gunay yang menggema mengejutkan dua orang yang sedang sama melamun di dalam gua.

Dimas terduduk, wajahnya begitu cerah mendengar suara itu.

"Gunay?"

Lalu ia menjawab dengan suara yang keras, "GUNAY!! GUE MASIH IDUP NAY! TOLONGIN GUE!!"

"JALAN KE MULUT GUA, MAS! KAMI UDAH SEDIAIN TALI INI!"

"LO LUPA KAKI GUE LUKA?!"

Gunay pun seketika tersadar, hampir saja ia melupakan fakta bahwa kaki Dimas sedang terluka akibat hantaman batu yang menimpa kakinya.

Namun saat ia ingin berkata sesuatu lagi, tiba-tiba matanya membulat lebar melihat seseorang yang sudah berdiri tepat di bawah tali di dalam gua. Bukan seseorang, lebih tepatnya seseorang yang sedang menggendong seseorang.

Itu Mirza, ia menggendong Dimas di depannya. Dengan gaya bridal style.

Bikin malu gue aja lo, batin Dimas mengumpat dalam hatinya.

.

.

Beberapa saat sebelum Mirza menggendong Dimas.

"Apa?" tanya Dimas heran melihat Mirza yang berjongkok memunggunginya.

"Gue gendong."

"Gak! Gue gak mau lo gendong di punggung, mending gue ngesot."

Saat Dimas benar-benar akan melakukan ucapannya dan ingin ngesot menuju mulut gua, sebuah lengan sudah mengangkat punggungnya dan tangan satunya lagi mengangkat kedua lututnya.

Mata Dimas membelalak lebar, sontak berteriak, "Lo ngapain?!!"

"Tadi lo bilang gak mau gue gendong di punggung."

"Ya gak gini juga!! Lagian lo kan bisa bopong gue!!"

"Lo gak ngingetin gue, dan gue juga gak kepikiran."

.

.

"Hiks ... lo selingkuh dari gue, Mas," ucap Gunay lebay saat Dimas sudah naik ke atas mulut gua.

"Selingkuh gundulmu!!" tangan kanan Dimas pun melayang ke kepala Gunay.

"Ughh ...." Gunay mengerang kesakitan sambil memegang kepalanya. Namun, Gunay malah membalas dengan tangannya yang langsung meraih pundak Dimas, dan membopongnya berjalan.

Walau dipukul begitu, Gunay tak marah sedikit pun. Dia justru sangat bahagia sahabatnya ini baik-baik saja tak seperti perkiraannya.

"Lo gak baku hantam sama dia kan pas di gua tadi?" tanya Gunay saat mereka masih di perjalanan.

"Ya enggaklah, kalaupun mau gue pasti bakalan kalah."

"Emang sih ... kalopun kaki lo gak luka gini lo tetep aja pasti bakalan kalah hahahahahah."

Sekali lagi tangan Dimas melayang ke kepala Gunay.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Mahar Seribu Nadhom
4841      1679     7     
Fantasy
Sinopsis: Jea Ayuningtyas berusaha menemukan ayahnya yang dikabarkan hilang di hutan banawasa. Ketikdak percayaannya akan berita tersebut, membuat gadis itu memilih meninggalkan pesantren. Dia melakukan perjalanan antar dimensi demi menemukan jejak sang ayah. Namun, rasa tidak keyakin Jea justru membawanya membuka kisah kelam. Tentang masalalunya, dan tentang rahasia orang-orang yang selama in...
Accidentally in Love!
419      277     1     
Romance
Lelaki itu benar-benar gila! Bagaimana dia bisa mengumumkan pernikahan kami? Berpacaran dengannya pun aku tak pernah. Terkutuklah kau Andreas! - Christina Adriani Gadis bodoh! Berpura-pura tegar menyaksikan pertunangan mantan kekasihmu yang berselingkuh, lalu menangis di belakangnya? Kenapa semua wanita tak pernah mengandalkan akal sehatnya? Akan kutunjukkan pada gadis ini bagaimana cara...
selamatkan rahma!
453      309     0     
Short Story
kisah lika liku conta pein dan rahma dan penyelamatan rahma dari musuh pein
Aku Takut Tidur Malam Ini
261      164     0     
Short Story
Kukkuruyuk-kukuruyuk, tekek-tekek... suara kokok ayam yang diikuti suara tekek, binatang melata sebangsa cicak ini membangunkan Nadia. Nadia baru saja memejamkan mata, namun ia segera terbangun dengan raut wajah penuh kebingungan. Dilihat jam beker di dekat jam tidurnya. Jam itu menunjukkan 23.23 menjelang tengah malam. “Ternyata baru jam sebelas malam”, ucap Nadia. Di dalam hati ia juga bert...
Tembak, Jangan?
244      204     0     
Romance
"Kalau kamu suka sama dia, sudah tembak aja. Aku rela kok asal kamu yang membahagiakan dia." A'an terdiam seribu bahasa. Kalimat yang dia dengar sendiri dari sahabatnya justru terdengar amat menyakitkan baginya. Bagaimana mungkin, dia bisa bahagia di atas leburnya hati orang lain.
DEWDROP
1049      541     4     
Short Story
Aku memang tak mengerti semua tentang dirimu. Sekuat apapun aku mencoba membuatmu melihatku. Aku tahu ini egois ketika aku terus memaksamu berada di sisiku. Aku mungkin tidak bisa terus bertahan jika kau terus membuatku terjatuh dalam kebimbangan. Ketika terkadang kau memberiku harapan setinggi angkasa, saat itu juga kau dapat menghempaskanku hingga ke dasar bumi. Lalu haruskah aku tetap bertahan...
Our Different Way
4862      1909     0     
Romance
Novel ini mengisahkan tokoh utama bernama Haira, seorang siswa SMA berusia tujuh belas tahun yang baru saja rujuk kembali dengan pacarnya, Gian. Mereka berdua tentu senang karena bisa kembali merajut kasih setelah tidak pernah bertemu lebih dari setahun akibat putus. Namun, di tengah hubungan yang sedang hangat-hangatnya, mereka diterpa oleh permasalahan pelik yang tidak pernah mereka bayangk...
Altitude : 2.958 AMSL
708      483     0     
Short Story
Seseorang pernah berkata padanya bahwa ketinggian adalah tempat terbaik untuk jatuh cinta. Namun, berhati-hatilah. Ketinggian juga suka bercanda.
Train to Heaven
616      455     2     
Fantasy
Bagaimana jika kereta yang kamu naiki mengalami kecelakaan dan kamu terlempar di kereta misterius yang berbeda dari sebelumnya? Kasih pulang ke daerah asalnya setelah lulus menjadi Sarjana di Bandung. Di perjalanan, ternyata kereta yang dia naiki mengalami kecelakaan dan dia di gerbong 1 mengalami dampak yang parah. Saat bangun, ia mendapati dirinya berpindah tempat di kereta yang tidak ia ken...
Wait! This's Fifty-Fifty, but...
126      110     0     
Romance
Is he coming? Of course, I'm a good girl and a perfect woman. No, all possibilities have the same opportunity.