Loading...
Logo TinLit
Read Story - Gunay and His Broken Life
MENU
About Us  

Gunay sebenarnya tahu, mereka berdua ini hanyalah orang-orang yang baru dikenalnya ketika baru masuk universitas. Wajar mereka tidak mengetahui sedikit pun tentang masa lalunya yang pahit. Masa lalu yang membuatnya berakhir dengan mengurus keponakannya seorang diri.

Semua tragedi itu terjadi ketika dia masih SMA. Di mana orang-orang ini belum dijumpainya sekali pun. Lagi pula, dia memang tidak pernah berniat untuk menceritakannya pada siapapun.

Tapi Dimas yang paham akan situasi ini merasa perlu bertindak sesuatu. Dia pun berdiri, memegang pundak Gunay. "Udah, Nay. Gue yakin mereka gak ada maksud buat nyinggung lo."

Dimas juga mengerti posisi Ozi dan Doni. Sebelumnya mereka juga sering bercanda beberapa kali. Tapi pada dasarnya memang Gunay sudah bertemperamen kasar sejak masuk kuliah. Harusnya mereka bisa mengerti itu, dan bukannya malah semakin memancingnya.

Dia pun hanya memberi isyarat kepada dua orang temannya melalui alisnya. Meminta mereka untuk segera memahami situasi.

Yang duluan berbicara adalah Doni, dia berdiri sambil berkata tulus, "Maafin gue, Nay. Gue emang suka asal ceplos orangnya."

"Iya, Nay, gue juga." Ozi menyahut. "Gue gak maksud apa-apa. Cuma pengen ngajak lo seneng-seneng sesekali. Oh, kalo lo gak keberatan, gimana kalo lo ajak ponakan lo ke tempat futsal? Kita bisa ajak dia main juga. Ngajarin dia haha, gimana?"

Ozi memang tipe orang seperti ini, emosinya statis, cepat sekali berubah. Cepat juga merubah suasana keadaan sekitar.

Gunay menatap hening ketiga temannya, tersenyum kecut, tiba-tiba menepuk pipinya sendiri. "Gue kenapa sih!"

Dia pun duduk kembali dengan tenang, lalu berkata pada ketiga temannya, "Kita futsalnya weekend ini aja. Bener kata Ozi, gue bisa bawa Rayhan ke tempat futsal sesekali, pasti dia seneng."

Mereka berempat tersenyum. Ketiga temannya seketika menghela napas lega. Untuk menyurutkan emosi Gunay memang butuh usaha ekstra. Dia ini sudah seperti tuan putri jantan yang mana emosinya mudah sekali berubah-ubah. Sesaat kemudian, mereka pun mulai bercengkrama lagi seolah perdebatan tadi tidak pernah terjadi.

Ketika Gunay menyesap es tehnya melalui pipet, matanya tak sengaja menangkap seorang gadis dengan jilbab panjang yang baru saja memasuki kantin.

Tanpa sadar dia bergumam, "Kanselir ...."

Dimas di sebelahnya yang sedang bermain ponsel mendengar gumaman itu, dia menoleh mengikuti arah pandang Gunay. "Hah? Mana?"

Setelah mendapati arah pandang Gunay, Dimas memicingkan matanya untuk melihat gadis itu lebih jelas. "Bukannya Kanselir lagi kuliah di Turki? Kok ada di sini?"

Gadis yang mereka lihat itu sedang menghadap belakang, jadi tidak bisa mengatasi keraguan mereka.

Setelah beberapa saat, gadis itu pun akhirnya membalik badan. Seketika wajah kedua pemuda itu jatuh. Gadis itu bukanlah yang seperti mereka pikirkan, bukan Kanselir. Itu hanyalah gadis jurusan lain yang juga biasa mengenakan jilbab panjang dan rok lebar.

Gunay mendesah sedih. Dimas di sampingnya menepuk-nepuk pundaknya meledek, "Halu lo udah ngeri banget, Nay. Semua cewe yang pake pakaian kayak gitu lo sangka Kanselir."

"Ck, lo juga kan ikutan liatin dia tadi," ujar Gunay tak terima.

"Haha, gue kan juga penasaran. Btw, lo gak ada niat nyusul dia ke Turki? Ntar kalo dia kecantol sama bule Turki gimana?"

"Lo jangan nakut-nakutin, dong."

"Hahah, udah-udah, gak usah sedih, gue bantu doa, kok. Supaya dia ada niatan balik lagi ke sini."

Dua orang pemuda di depan mereka merasa perlu nimbrung dalam percakapan ini. Ozi bertanya, "Kalian ngomongin Kanselir? Sumpah ya, gue dari dulu penasaran banget, gimana rupa cewek idaman tuan muda kita ini."

Doni mencoba serius, "Nay, kita nih temen lo. Ceritain lah masa lalu lo, gimana lo deket sama Kanselir, teman atau musuh lo pas SMA, sampe gimana lo akhirnya jadi gak mood sama segala hal gini. Biar kita ngertiin perasaan lo, jangan ada yang disembunyiin."

Gunay terdiam sebentar, menghela napas. Menceritakan masa lalunya berarti sama dengan mengingatnya kembali. Dia tidak ingin mengingat kenangan itu lagi, tidak sama sekali.

Tapi, masa lalunya sebenernya tidak semuanya buruk. Ada beberapa benang-benang biru yang tidak sedikit pun ingin dia lupakan. Kenangan manis yang seringkali terbayang dalam mimpinya. Berharap itu akan terjadi lagi, tapi sayang, semua itu tetap hanya mimpi dan mimpi.

Sejujurnya tidak masalah jika menceritakan sedikit kenangan manis itu, membaginya dengan teman-temannya.

Dia pun mengangguk, mengangkat kepalanya lalu menatap mereka bergantian. "Gue gak mau cerita."

Ketiganya serentak menghempas meja kesal.

Tapi Dimas di sampingnya tiba-tiba berujar, "Kalo Gunay gak mau cerita, biar gue yang cerita."

Dua orang lainnya terlihat senang. Dimas menatap Gunay untuk melihat reaksinya, tapi dia hanya diam menandakan persetujuan.

Jadi dia pun mulai membuka mulut, untuk membuka cerita dimulai dari kenangan yang menurutnya manis bagi Gunay.

.

.

.

Enam tahun yang lalu.

Di pagi hari yang cerah, dua gadis cantik dengan hijab panjang yang menutup dada mereka sedang berjalan berdampingan memasuki gerbang sekolah mereka.

Salah seorang gadis itu adalah Kanselir, dan di sebelahnya adalah sahabatnya yang bernama Yumna.

Kedua gadis itu memiliki gaya berpakaian yang sama namun fisik yang cukup berbeda.

Kanselir sedikit lebih pendek dari Yumna dan kulitnya putih. Wajahnya berbentuk bulat telur dengan lemak di pipi yang menggantung. Sementara Yumna, kulit wajahnya yang eksotis dan wajahnya yang tirus semakin menambah kesan manis dalam dirinya.

Di atas gerbang sekolah mereka itu, tertulis dengan sangat indah ukiran nama sekolah tersebut, Havers High School. Sangat elegan. Di sekitar ukiran itu, dihiasi berbagai macam lampu warna-warni yang sedang redup, tapi pasti akan sangat indah di malam hari.

Titt tittt!!!

Tiba-tiba suara klakson sepeda motor mengejutkan dua gadis itu membuat mereka dengan refleks menyingkir ke pinggiran gerbang.

Tittt

Tittt

Suara bising itu tak henti-hentinya memenuhi indra pendengaran mereka berdua. Sangat memekakkan telinga hingga membuat emosi.

Sekumpulan anak laki-laki yang mengendarai sepeda motor dengan berbagai merek datang berbaris-baris bergerombolan seperti sedang konvoi. Pengendara paling depan mengendarai kendaraan yang tampak paling mahal di antara yang lainnya. Melirik sejenak ke arah dua gadis itu, menatap mereka dengan angkuh seolah ingin berkata, keren kan gue.

Tatapan menjengkelkan anak laki-laki itu membuat suasana hati Kanselir yang sudah buruk bertambah makin buruk. Dia pun menghentakkan kakinya ke tanah dengan marah. Berteriak keras pada pemimpin gerombolan itu, "Gunay!!!"

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Depaysement (Sudah Terbit / Open PO)
3583      1488     2     
Mystery
Aniara Indramayu adalah pemuda biasa; baru lulus kuliah dan sibuk dengan pekerjaan sebagai ilustrator 'freelance' yang pendapatannya tidak stabil. Jalan hidupnya terjungkir balik ketika sahabatnya mengajaknya pergi ke sebuah pameran lukisan. Entah kenapa, setelah melihat salah satu lukisan yang dipamerkan, pikiran Aniara dirundung adegan-adegan misterius yang tidak berasal dari memorinya. Tid...
Let Me Go
2555      1069     3     
Romance
Bagi Brian, Soraya hanyalah sebuah ilusi yang menyiksa pikirannya tiap detik, menit, jam, hari, bulan bahkan tahun. Soraya hanyalah seseorang yang dapat membuat Brian rela menjadi budak rasa takutnya. Soraya hanyalah bagian dari lembar masa lalunya yang tidak ingin dia kenang. Dua tahun Brian hidup tenang tanpa Soraya menginvasi pikirannya. Sampai hari itu akhirnya tiba, Soraya kem...
Puisi, Untuk...
19719      3199     10     
Romance
Ini untuk siapa saja yang merasakan hal serupa. Merasakan hal yang tidak bisa diucapkan hanya bisa ditulis.
A Man behind the Whistle
1443      638     2     
Action
Apa harga yang harus kau tukarkan untuk sebuah kebenaran? Bagi Hans, kepercayaan merupakan satu-satunya jalan untuk menemukannya. Broadway telah mendidiknya menjadi the great shadow executant, tentu dengan nyanyian merdu nan membisik dari para Whistles. Organisasi sekaligus keluarga yang harus Hans habisi. Ia akan menghentak masa lalu, ia akan menemukan jati dirinya!
DariLyanka
2895      1001     26     
Romance
"Aku memulai kisah ini denganmu,karena ingin kamu memberi warna pada duniaku,selain Hitam dan Putih yang ku tau,tapi kamu malah memberi ku Abu-abu" -Lyanka "Semua itu berawal dari ketidak jelasan, hidup mu terlalu berharga untuk ku sakiti,maka dari itu aku tak bisa memutuskan untuk memberimu warna Pink atau Biru seperti kesukaanmu" - Daril
Lost in Drama
1870      733     4     
Romance
"Drama itu hanya untuk perempuan, ceritanya terlalu manis dan terkesan dibuat-buat." Ujar seorang pemuda yang menatap cuek seorang gadis yang tengah bertolak pinggang di dekatnya itu. Si gadis mendengus. "Kau berkata begitu karena iri pada pemeran utama laki-laki yang lebih daripadamu." "Jangan berkata sembarangan." "Memang benar, kau tidak bisa berb...
Aku Takut Tidur Malam Ini
261      164     0     
Short Story
Kukkuruyuk-kukuruyuk, tekek-tekek... suara kokok ayam yang diikuti suara tekek, binatang melata sebangsa cicak ini membangunkan Nadia. Nadia baru saja memejamkan mata, namun ia segera terbangun dengan raut wajah penuh kebingungan. Dilihat jam beker di dekat jam tidurnya. Jam itu menunjukkan 23.23 menjelang tengah malam. “Ternyata baru jam sebelas malam”, ucap Nadia. Di dalam hati ia juga bert...
Perihal Waktu
411      288     4     
Short Story
"Semesta tidak pernah salah mengatur sebuah pertemuan antara Kau dan Aku"
Dream
612      447     5     
Short Story
1 mimpi dialami oleh 2 orang yang berbeda? Kalau mereka dipertemukan bagaimana ya?
Phased
5912      1760     8     
Romance
Belva adalah gadis lugu yang mudah jatuh cinta, bukan, bukan karena ia gadis yang bodoh dan baperan. Dia adalah gadis yang menyimpan banyak luka, rahasia, dan tangisan. Dia jatuh cinta bukan juga karena perasaan, tetapi karena ia rindu terhadap sosok Arga, abangnya yang sudah meninggal, hingga berusaha mencari-cari sosok Arga pada laki-laki lain. Obsesi dan trauma telah menutup hatinya, dan mengu...