Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mendung (Eccedentesiast)
MENU
About Us  

Kinara mengerjapkan mata berulang kali sembari memegangi kepalanya yang terasa berat. Aroma khas obat-obatan menyeruak menusuk indra penciuman, persis aroma ruangan terkutuk yang sering di kunjunginya belakangan ini.

"Udah baikan?"

"Kak Dimas?" Kinara mulai membuka mata sepenuhnya mendapati Dimas yang duduk di sebelah brankar-nya.

"Kok gue ada di sini?"

"Lo pingsan di parkiran makanya gue bawa ke sini."

"Oh iya, ini jam berapa?" tanya Kinar sembari memerhatikan sekeliling, baru kali ini dia menginjakkan kaki di Ruang Kesehatan kampusnya.

"Bentar lagi juga pulang." Kinar mengangguk, rupanya sudah cukup lama dia berbaring.

"By the way thanks ya kak." Dimas tidak menyahut, dia hanya memperhatikan Kinar, merasa kasihan.

"Ngeliatnya biasa aja, gue gak suka dikasihani." Kinara mengubah posisinya menjadi duduk.

"Lo gak nanya Vero kemana?"

"Kemana emangnya?" Kinara baru sadar tadi pagi ia naik taksi ke Kampus.

"Dia lagi di sekret, rapat mingguan. Kelar langsung nyusul ke sini," kinar mengangguk. "Oh ya, Anna juga nitip lo ke gue, dia masih di kelas."

"Gue bisa temenin Lo di sini sampe Vero datang."

"Kak Dimas balik aja, gue baik-baik aja kok."

"Tanggung bolos, gue tau Lo nggak baik-baik aja Ki. Mungkin gue nggak bisa kasih solusi tapi seenggaknya gue bisa jadi pendengar yang baik."

****

"Bunda, Kinar pulang ya," pamit Kinara pada Hana.

"Iya sayang hat-hati, bawa mobilnya jangan ngebut-ngebut ya Vero." Vero mengangguk lalu mencium punggung tangan Hana bergantian dengan Kinara.

Mobil yang mereka tumpangi keluar dari pekarangan rumah Dimas. Sudah sore, Kinara tidak mau mengkhawatirkan kakaknya. Terlebih dia sudah berjanji.

"Telepon gue kalo Lo butuh sesuatu." Kinara tersenyum masuk ke halaman rumahnya.

Malam hari nya Kinara beranjak menuju kamar Alan.

"Coba lo ngomong baik-baik sama dia."

Ucapan Dimas masih terngiang di telinga Kinara. Cowok itu benar tidak ada salahnya Kinar mencoba. Semoga kali ini Alan menghiraukannya. Kinara menelan saliva-nya dan mencoba memberanikan diri.

"Siapa?" Terdengar sahutan dari dalam setelah pintu diketuk.

Dengan pelan Kinar membuka pintu dan berjalan dengan langkah gemetar menghampiri Abangnya yang berada di balkon.

"Bang Alan."

Alan menoleh mendapati iris mata Kinara yang terlihat sendu. Rasa bersalah kembali mencuat dalam dadanya mengingat kejadian tadi pagi. Hanya beberapa detik, setelahnya Alan kembali memalingkan wajah. Alan bukanlah orang yang mudah luluh karena rasa iba, bencinya mungkin sudah mengakar.

"Ngapain Lo di sini?" Alan bertanya dalam nada dingin.

Kinara menggigit bibir bawahnya, memberanikan diri mendekati Alan yang berdiri membelakanginya.

"Kinar tau Bang Alan gak pernah suka sama kehadiran Kinar, Kinar juga tau Abang gak akan maafin Kinar. Tapi Kinar mau tau apa ini hanya karena Mama? Kinar berhak tau alasan Abang benci Kinar!"

Tubuh Alan membeku, dia tidak tahu harus bersikap seperti apa.

"Gue rasa Lo cukup cerdas untuk mengerti semuanya. Gue gak perlu kasih alasan kenapa gue bersikap seperti ini. Berhenti sok polos dan sok gak tau apa-apa Kinara! Lo tanya sama diri lo sendiri!" Tajam Alan dengan penuh penekanan.

Kinara merinding ketika Alan sengaja mengeja dengan nama 'Kinara' bukan 'Alea'. Iris bening Kinara berkaca-kaca.

"Jadi benar semuanya karena meninggalnya Mama? Abang tahu kan itu cuma kecelakaan? Kinara juga kehilangan Mama, Kinar juga terluka lebih dari Abang. Kinar sama sekali nggak mau kehilangan Mama sama seperti Abang. Tapi takdir berkata lain, andai Kinar tahu hari itu akan ada kecelakaan Kinar nggak akan maksa Mama pergi malam itu. Tapi Kinar bukan Tuhan Bang."

Alan tersenyum getir, baginya penjelasan Kinar tidak berguna. Dirinya akan tetap kecewa. "Dulu gue bangga punya adik kaya lo, tapi sekarang gue bahkan gak mau ngeliat muka lo! Percuma lo ngomong kayak gini, karena itu nggak bisa ngerubah apapun, yang ada gue makin benci sama lo Kinara! Gue muak ngeliat muka lo yang sok tersakiti. Sampai kapanpun gue akan tetap benci sama lo! Gue benci sama takdir buruk yang menimpa orang yang gue sayang semenjak kehadiran lo Kinara. Gue harap lo segera lenyap dari pandangan gue, bila perlu dari kehidupan ini!"

Setitik air mata lolos dari sudut mata Kinara, mendengar secara langsung nyatanya jauh lebih menyakitkan. Tidak ada nada membentak dalam perkataan Alan tapi mengapa dada Kinara begitu sesak mendengarnya? Sebegitu besar-kah kebencian Alan terhadap dirinya? Sebegitu berharapnya kah Alan akan kepergiaannya.

"Abang benar gak ada gunanya juga Aku ngomong kayak gini sama Abang. Toh hati Abang udah membatu, mata Abang udah dibutakan kebencian. Tapi Aku mohon, jangan beri aku alasan untuk segera pergi dari dunia ini."

Kinara memejamkan matanya, menghapus jejak air yang menempel di pipinya. Ia harus segera pergi jika tidak mau hatinya lebih patah lagi. Sejauh ini dia sudah berusaha untuk bertahan, dia tidak boleh kalah pada takdir. Kinara tidak boleh lemah hanya karena perkataan orang lain.

Kinara harus tetap berdiri kokoh setegar karang di lautan.

Perihal keluarganya, tidak ada yang bisa diperbaiki. Kinara menyerah, biar saja semesta bertindak semaunya.

Alan menatap nanar punggung Kinara hingga hilang sempurna di balik tembok. Selepas kepergian adiknya itu, Alan hanya bisa mematung tanpa bisa beranjak sedikitpun.

"Andai Kamu tahu alasan sebenarnya kenapa Abang benci sama Lea? Abang gak bisa ngasih tau sekalipun Abang mau. Abang sayang Lea, tapi rasa sayang ini gak bisa ngalahain kebencian itu."

****

Pukul dua belas malam Kinara belum bisa tidur, percakapan dengan Alan terus bergema seolah ingin menetap di pikirannya.

Selama itu juga tangisnya tak mau berhenti, dia menangis, meraung di bawah bantalnya yang sudah basah oleh air mata. Sakit itu datang lagi, entah mengapa sakit fisiknya selalu hadir ketika batinnya terluka. Kinara ingin berteriak, ingin marah sejadi-jadinya, hingga rasanya ia ingin mati saja.

Batinnya terus berteriak merapalkan kenapa? dan kenapa?

Pacar Sinting
"Gue butuh Lo, Kak."

Entah mendapat keberanian dari mana Kinara mengetikkan pesan singkat kepada Vero, cowok yang kini menyandang status sebagai kekasihnya. Mungkin ini saatnya Kinara membiarkan Vero masuk ke dalam area rentannya.

Tak lama dering telepon bergema.

"Halo," suara Kinar terdengar serak.

"Sepuluh menit gue sampai di rumah Lo." Belum sempat Kinara protes Vero sudah memutuskan sambungan sepihak.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kala Badai Menerpa
1166      562     1     
Romance
Azzura Arraya Bagaswara, gadis kelahiran Bandung yang mencari tujuan dirinya untuk tetap hidup di dunia ini. Masalah-masalah ia hadapi sendiri dan selalu ia sembunyikan dari orang-orang. Hingga pada akhirnya, masa lalunya kembali lagi untuknya. Akankah Reza dapat membuat Raya menjadi seseorang yang terbuka begitu juga sebaliknya?
A.P.I (A Perfect Imaginer)
144      122     1     
Fantasy
Seorang pelajar biasa dan pemalas, Robert, diharuskan melakukan petualangan diluar nalarnya ketika seseorang datang ke kamarnya dan mengatakan dia adalah penduduk Dunia Antarklan yang menjemput Robert untuk kembali ke dunia asli Robert. Misi penjemputan ini bersamaan dengan rencana Si Jubah Hitam, sang penguasa Klan Kegelapan, yang akan mencuri sebuah bongkahan dari Klan Api.
Tulus Paling Serius
2495      941     0     
Romance
Kisah ini tentang seorang pria bernama Arsya yang dengan tulus menunggu cintanya terbalaskan. Kisah tentang Arsya yang ingin menghabiskan waktu dengan hanya satu orang wanita, walau wanita itu terus berpaling dan membencinya. Lantas akankah lamanya penantian Arsya berbuah manis atau kah penantiannya hanya akan menjadi waktu yang banyak terbuang dan sia-sia?
AUNTUMN GARDENIA
139      121     1     
Romance
Tahun ini, dia tidak datang lagi. Apa yang sedang dia lakukan? Apa yang sedang dia pikirkan? Apakah dia sedang kesulitan? Sweater hangat berwarna coklat muda bermotif rusa putih yang Eliza Vjeshte kenakan tidak mampu menahan dinginnya sore hari ini. Dengan tampang putus asa ia mengeluarkan kamera polaroid yang ada di dalam tasnya, kemudian menaiki jembatan Triste di atas kolam ikan berukura...
I love you & I lost you
5957      2261     4     
Romance
Kehidupan Arina berubah 180 derajat bukan hanya karena bisnis ayahnya yang hancur, keluarganya pun ikut hancur. orang tuanya bercerai dan Arina hanya tinggal bersama adiknya di rumah, ayahnya yang harus dirawat karena mengalami depresi berat. Di tengah hancurnya keluarganya, Arina bertemu kembali dengan teman kecilnya, Arkan. Bertemunya kembali mereka membuka sebuah lembaran asmara, namun apa...
PATANGGA
769      530     1     
Fantasy
Suatu malam ada kejadian aneh yang menimpa Yumi. Sebuah sapu terbang yang tiba-tiba masuk ke kamarnya melalui jendela. Muncul pula Eiden, lelaki tampan dengan jubah hitam panjang, pemilik sapu terbang itu. Patangga, nama sapu terbang milik Eiden. Satu fakta mengejutkan, Patangga akan hidup bersama orang yang didatanginya sesuai dengan kebijakan dari Kementerian Sihir di dunia Eiden. Yumi ingin...
Premium
Claudia
5858      1555     1     
Fan Fiction
"Aku sayang banget sama Mama, Papa dan Kakak. Aku sangat bangga punya Mama, Papa dan Kakak. Tapi kenapa akhirnya ada sesuatu yang membuatku terkejut dan benar-benar tidak menyangka! Kenyataan itu sangat sulit untukku terima!" Itulah kata Claudia kala mendapati ada seorang wanita paruh baya yang mengaku sebagai Ibu. Sudah pasti Claudia tak percaya. Bagaimana mungkin wanita itu adalah I...
Under The Moonlight
1971      1002     2     
Romance
Ini kisah tentang Yul dan Hyori. Dua sahabat yang tak terpisahkan. Dua sahabat yang selalu berbagi mimpi dan tawa. Hingga keduanya tak sadar ‘ada perasaan lain’ yang tumbuh diantara mereka. Hingga keduanya lupa dengan ungkapan ‘there is no real friendship between girl and boy’ Akankah keduanya mampu melewati batas sahabat yang selama ini membelenggu keduanya? Bagaimana bisa aku m...
ALMOND
939      554     1     
Fan Fiction
"Kamu tahu kenapa aku suka almond?" Anara Azalea menikmati potongan kacang almond ditangannya. "Almond itu bagian penting dalam tubuh kita. Bukan kacang almondnya, tapi bagian di otak kita yang berbentuk mirip almond." lanjut Nara. "itu amygdala, Ra." Ucap Cio. "Aku lebih suka panggilnya Almond." Nara tersenyum. "Biar aku bisa inget kalau Almond adalah rasa yang paling aku suka di dunia." Nara ...
Pria Malam
994      609     0     
Mystery
Semenjak aku memiliki sebuah café. Ada seorang Pria yang menarik perhatianku. Ia selalu pergi pada pukul 07.50 malam. Tepat sepuluh menit sebelum café tutup. Ia menghabiskan kopinya dalam tiga kali tegak. Melemparkan pertanyaan ringan padaku lalu pergi menghilang ditelan malam. Tapi sehari, dua hari, oh tidak nyaris seminggi pria yang selalu datang itu tidak terlihat. Tiba-tiba ia muncul dan be...