"Kinar kamu baik-baik aja?"
"Maksud kakak? Kinar nggak kenapa-napa tuh." Kinar berujar di tengah kunyahan roti selai kacangnya.
"Maksud Kakak Kamu kenapa dari tadi senyum-senyum terus? Adik Kakak lagi bahagia ya?"
Kinar menahan bibir untuk tidak tersenyum namun nihil, sabit itu sudah terlihat di bibir mungilnya. "Kinar bahagia banget karena Kak Qya bakalan ada di rumah seminggu penuh."
Ujar Kinar menggebu, enggan menyudahi semu merah di pipinya.
"Bener karena Kakak?" Mata Qya berkilatan jahil meminta penjelasan yang lain.
"Iya Kakak, Kinar seneng banget ada Kakak di rumah. Yaudah kalo gitu udahan ya Kak, mau berangkat takut telat."
Usai meminta izin Kinar menyalami tangan Kakaknya.
"Hati-hati."
"Non." Panggilan Bi Iim terdengar detik itu juga.
"Non Kinar di depan ada pacar nya Non, katanya teh mau berangkat ke Kampus bareng."
Mata Kinara melebar. "Mati gue! Bibi kok lemes banget sih!"
Kinara mengambil langkah lebar menyejajarkan dengan Azqya yang sudah berada di depannya.
"Siapa nih?" Qya tersenyum ramah ketika sampai di ruang tengah.
"Kenalin Kak saya Vero pacarnya Kinar, saya mau ajak Kinar berangkat bareng, boleh?"
"Oh adik Kakak udah gede ternyata. Kalau kamu bisa pastiin Kinar sampai dengan selamat, Kakak izinin," sahut Qya serius.
"Saya janji Kak, Kinar pulang tanpa ada yang kurang."
"Kakak bercanda Vero, hati-hati ya." Setelah kalimat itu, Qya mendekatkan wajahnya ke Vero membisikkan sesuatu yang sama sekali tidak bisa didengar oleh adiknya itu.
****
"Kak Vero lo itu apa apaan sih! Ngapain juga pake acara jemput gue ke rumah?" omel Kinar ketika duduk di kursi penumpang mobil Vero.
"Aku nggak boleh nih jemput pacar sendiri?"
"Paan sih! Geli tauk, nggak ada Aku Kamu please deh!" Kinara memberengut namun semu merah di pipinya enggan diajak kompromi.
"Terus maunya apa? Sayang?" goda Vero.
"Tauk ah!"
"Pipi Lo merah." Refleks Kinara menutupi wajahya kedua tangan.
"Tadi Kak Qya bisikin apa?"
"Kepo!" Kinara mengerucutkan bibir kesal.
"Gak usah cemberut, muka Lo makin jelek kalo gini," ejek Vero membuat Kinar menatap tajam padanya.
"Bercanda," lanjut Vero mengundang garis lengkung di bibir Kinara. "Gitu dong! Kan makin cantik kalau senyum."
"Baru sadar kalo gue cantik?"
"Cantik dong kan pacar gue."
"Kalo bukan pacar?"
Veru tersenyum jahil kemudian berujar, "ya gitu deh."
"Kak Vero!"
"Apa sayang?" Vero mengacak rambut Kinara membuat gadis itu memalingkan wajah ke jendela sembari menahan senyumnya.
Melihat tingkah Kinara, tangan Vero terulur mencubit pipi cewek itu hingga meringis, sedang Vero malah tertawa puas.
Sekitar lima belas menit mereka sampai di lahan parkir Umarta. Ada banyak pasang mata yang memperhatikan. Kinara merasa gugup dan malu, Kinara terganggu dengan tatapan sinis para Mahasiswi di sekolahnya tetapi Vero tidak mempedulikan itu. Bahkan Vero sengaja mengantar Kinara sampai ke depan kelasnya, menimbulkan riuh nyinyiran sekaligus cuitan.
"Pulangnya tunggu di parkiran." Vero beranjak meninggalkan koridor kelas sepuluh.
Kinar baru saja mendaratkan badannya di bangku ketika kelasnya mendadak ramai, padahal bel sudah berbunyi sejak dua menit yang lalu.
Setelah sampai di tempat duduknya Kinara malah cengengesan sambil menggoyang-goyangkan badannya di depan Anna.
"Lo kenapa dah?" Kinara tidak menjawab, masih asyik senyum-senyum sendiri.
"Paan sih Lo! Gak jelas banget." Lagi lagi Kinara menampilkan cengiran kudanya kemudian beranjak mengambil posisi duduk di samping Anna.
"Omaigat Ki Lo berangkat bareng Kak Vero?"
"Kinar! Emang iya Lo pacarnya Kak Vero?"
"Ki Lo beneran udah jadian sama Kak Vero?"
Dan masih banyak pertanyaan lagi dari tekan sekelasnya yang tidak dijawab oleh Kinara. Di tempat duduk Anna mengerutkan kening bingung sekaligus surprise dengan apa yang ia dengar.
"Plis deh yang kepo munduran dikit napa! Gue harus jadi orang pertama yang tau!" ujar Anna, mengusir teman satu kelasnya dengan kibasan tangan.
"Ki, Lo jadian sama Kak Vero?" Kinar mengedikkan bahu seraya tersenyum.
"Ihh kok gue baru di kasih tau?"
Lagi-lagi Kinar hanya tersenyum.
"Lo jahat banget sih! Kok taken duluan? Tapi nggak papa sih gue ikhlasin deh semoga lo seneng dan gue cepet ditembak gebetan."
Kinar tak tahan untuk tidak bersuara. "Lo kok gak bilang punya gebetan?"
Anna mendengus. "Bukan gue yang gak bilang tapi Lo yang gak peka sama sekitar."
"Ya maaf, kan Lo tau gue orangnya gak kepo sama lingkungan. Jadi siapa gebetan Lo?"
"Katanya nggak kepo?"
"Serius nanya."
"Lo kenal kok orangnya." Anna senyam-senyum tidak jelas.
"Anna!"
"Berisik! Gue gak mau dimasukin bk sama Dora," bisik Anna ketika guru kimia sudah berada di kelas mereka. Dilihat dari sudut manapun Bu Mey tidak ada mirip-miripnya dengan Dora, teman Kinar yang satu ini memang rada Aneh.
Kinara menghela napas kasar. "Kurang ajar banget sih Lo! Udah bikin gue penasaran setengah mati juga."
Kinara merasakan getaran di kolong mejanya, diam-diam dia membaca pesan masuk yang ternyata dari Vero.
"Belajar yang rajin, gue nggak mau punya cewek bego. See you lil princess." Kinara tidak bisa berhenti tersenyum, terus mengulang kalimat manis tersebut di otaknya.
****
Genap tiga minggu sejak Vero resmi menanggalkan status jomlonya. Selama waktu itu pula ketiga temannya, Dimas, Reyhan dan Galang tak henti-henti dibuat melongo sekaligus jijik melihat kelakuan Vero dan Kinar yang mendadak menjadi bucin tingkat atas. Kerap kali Reyhan memergoki Vero yang senyam-senyum memandangi ponsel, saat Reyhan bertanya Vero selalu menjawab "sirik lo!"
Musibah sekaligus anugrah untuk mereka. Setidaknya dengan kubucinan menjijikan sahabatnya itu mereka tidak harus menutup telinga lagi setiap kali couple absurd itu beradu mulut.
Seperti malam itu saat ketiga nya sibuk bergulat dengan game Vero malah mengasingkan diri di balkon rumah Dimas.
"Lo masih waras kan Vey?" selidik Galang berusaha mengintip sesuatu yang tertera di layar ponsel milik Vero.
Vero sontak mematikan layar ponselnya. "Berisik lo tapir! Ganggu suasana aja!"
"Apaan woi?" Reyhan yang penasaran turut mendekat.
"Temen Lo satu ini ngebucin mulu macam anak SMP baru kenal cewek."
"Iri? Bilang Bos!"
"Hahai... Papale palpale," lanjut Galang menggoyang-goyangkan pantatnya, sebelum tangan lebar Reyhan menjitak kepalanya.
Vero mengembangkan senyum sempurna membiarkan teman-temannya berbincang ria.
"Yaelah biarin aja lang, namanya juga pacar pertama ya norak! Seenggaknya temen kita satu ini bisa move on."
Reyhan benar, Kinara adalah pacar pertama Vero sedangkan Risha adalah cinta pertamanya.
"Abisnya bucin banget nih anak, lo tahu dia tadi nyuruh cewek tengilnya itu nge-pap langit katanya biar jauh mereka tetap menatap langit yang sama, Anjay gelaaay!" urai Galang dengan tatapan jijik.
Tawa Reyhan menyembur. "Sumpah ini bukan lo banget bro."
Sebenarnya Vero juga sulit mengenali dirinya sendiri, semenjak kehadiran Kinara dunianya terasa lebih baik. Tidak ada lagi kesedihan dan rasa sesal yang biasa menghantuinya. Kinara membuatnya lebih banyak tersenyum hanya dengan tingkahnya yang lucu dan menggemaskan.
"Cewek gue lucu ya?" Vero kembali tersenyum dengan mata menerawang jauh.
Galang bergidik ngeri lantas menatap Vero dengan tatapan jijik. "Tuh kan Rey temen lo ini udah gak waras."
"Siapa yang lo bilang lucu?" Dimas bersungut, ikut bergabung bersama ketiganya. "Lo nggak inget terakhir ke rumah gue udah dua stik PS yang dia rusakin?"
Mereka masih ingat dengan jelas bagaimana wajah kesal Dimas kala Kinara membanting stik PS nya dari lantai dua ke halaman bawah. Lalu dengan santainya gadis itu berujar dengan wajah polos. "Maaf ya Kak Dimas, main ps nggak baik buat kesehatan mata."
Saat itu Dimas hanya bisa menatap hampa benda kesayangannya yang sudah tidak berbentuk. Namun mau bagaimana lagi? Cewek itu membuatnya tidak bisa marah dan mengomel. Vero benar, apapun kelakukan cewek ajaib itu tetap saja dia tidak bisa membuat orang mengomel panjang lebar, Kinara selucu itu. Bahkan Reyhan yang hampir setiap hari ribut dan berdebat dengan Kinara tidak pernah bisa membenci cewek itu.
"Tuh anak tumben udah jarang main ke sini?" tanya galang setelah puas menertawai kesialan Dimas.
"Gue malah berharap dia gak pernah lagi ke rumah gue. Bisa habis barang-barang gue sama tuh bocah."
Memang benar semenjak berpacaran dengan Vero, Kinara jadi lebih sering main ke rumah Dimas. Bukan Vero yang mengajaknya ikut tetapi Kinar sendiri yang memintanya. Saat Vero protes Kinar akan berujar "Aku kangen sama Bunda Hana." Sedekat itu hubungan mereka. Vero jadi kasihan Kinara terlihat begitu merindukan pigur seorang ibu.
.
Salam Dunia Oren 🧡