Minggu pagi Kinara memutuskan untuk jogging di sekitaran komplek perumahan, sekedar mencari udara segar dan membeli sarapan. Kinara mengenakan training coklat dan kaus putih polos, rambutnya digulung ke atas menampilkan lehernya yang putih jenjang.
Gadis itu menyusuri jalanan aspal yang membentang luas, di sebelah barat terdapat taman bermain yang nampak sepi karena masih terlalu pagi. Kinara berlarian kecil, mendaratkan tubuhnya di bangku panjang yang menghadap ke kolam ikan. Di sekeliling taman itu tersusun pohon-pohon yang hijau dan rindang. Riak air memanjakan telinganya membuat gadis itu tersenyum samar. Sepertinya ia akan berdiam di sini menunggu matahari naik ke permukaan.
Kinara mengeluarkan benda pipih dari saku training-nya, berselancar ria di dunia maya. Tangannya tergerak mencari akun instagram bernama Vero. Kinar mendengus, banyak sekali akun dengan nama tersebut dasar nama pasaran! Tidak lama ia menemukan sebuah akun dengan nama
Angkasa_Vero.
'yes ketemu'
Kinara membatin, "gilak banyak juga followersnya, wajar sih cakep."
Munafik jika Kinara tidak mengakui Vero ganteng dan tipe idaman cewek.
Niatnya Kinar ingin melihat-lihat poto Vero dari jaman dahulu. Sembilan postingan, tidak ada yang menarik sampai di postingan terakhir juni 2017 Kinar menemukan seorang perempuan yang begitu anggun di depan sebuah piano putih.
Wajah gadis itu begitu manis walau sedang tidak tersenyum. Rambut sebahunya berwarna hitam legam.
"Kayanya pernah liat, dimana ya?" Tanyanya pada diri sendiri. Kinara merasa begitu familiar melihat wajah itu. Semakin memandanginya, semakin kinara merasa tidak nyaman.
Ada sesuatu yang mengganjal di hati Kinara ketika melihat perempuan itu di postingan Vero. Mungkin kah cewek itu pacarnya Vero?
Lalu di mana dia sekarang? Rasanya Kinara tidak pernah melihatnya di Umarta, atau bisa jadi dia berada di sekolah lain. Mengapa rasanya sangat tidak nyaman? Tapi mengapa juga Kinar merasa tidak nyaman? Toh dia bukan siapa-siapanya Vero.
'Gue cemburu? Oh jelas itu sangat tidak masuk akal Kinara!' gumamnya dalam hati.
Rasanya terlalu awal untuk disebut kecemburuan.
Mata Kinara melebar ketika melihat layar ponselnya, tanpa sengaja tangannya menekan love di postingan tersebut.
"Mati gue." Kinara menggigit bibir bawahnya, meskipun di unlove, Vero pasti tetap akan mengetahuinya.
Vero pasti akan besar kepala jika dirinya ketahuan stalking, bodo amat lah sudah terlanjur juga.
"Sendiri aja." Kinara menoleh ke samping ketika suara itu mengusik pendengarannya.
"Lho? Kak Dimas ngapain di sini?"
"Ngikutin Lo," ujar Dimas, mengedipkan sebelah matanya.
Kinara mengerutkan kening kemudian berucap, "najis."
Dimas mengacak gemas puncak kepala Kinara sembari menyodorkan minuman isotonik. "Mana temen lo? Tumben, biasanya berdua mulu."
"Ini mah modus namanya. Jangan main-main sama Anna, temen gue anak baik-baik. Awas Lo!" Celoteh Kinara dengan nada mengancam.
"Kalau gue mainnya baik-baik, boleh?" goda Dimas.
"Serah lu dah Samsul."
"Ngapain liat-liat?" Cicit Kinara seketika mematikan layar ponselnya yang sempat dicuri pandang oleh Dimas.
"Galak banget! Nanti cepat tua." Dimas menunjuk wajah Kinara yang langsung ditepis kasar oleh cewek itu.
Alih-alih kesakitan, Dimas malah tertawa gemas sambil mencubit pipi Kinara.
"Sakit woi!"
"Santai Ki, emosian mulu."
"SUKA SUKA GUE! ADA MASALAH?"
"Anjir ngegas, PMS Bu?"
"Urusannya sama Lo apa Saepul? Mau beliin gue pembalut?"
"Ya enggak juga sih, rugi dong gue."
"Yaudah, pergi sono!"
"Yee, galak. Pantes jomlo."
Kinara hanya memutar bola matanya, malas menanggapi cowo itu.
Sejenak, terjadi keheningan di antara keduanya. Baik Kinara ataupun Dimas sama-sama asyik memandangi pemandangan di sekitar mereka.
"Bunda Hana baik banget ya." Dimas menoleh ketika Kinara kembali membuka pembicaraan.
"Baik banget persis anaknya."Senyum di wajah Dimas melengkung sempurna membuat Kinara mendesis tak suka.
Najis nih cowo!
"Lo beruntung Kak masih punya Ibu yang sangat amat sayang sama Kak Dimas."
Senyum di wajah Dimas seketika memudar, menatap Kinara yang sedang memandang lurus ke depan dengan tatapan kosong. Napas Dimas tercekat, Iris sebening embun itu seperti menyimpan berjuta kesedihan dan kerinduan yang sangat dalam.
"Lo salah Ki...." Kinara menoleh.
"Gue memang beruntung, karena memiliki Ibu sambung sebaik Bunda Hana."
"Maksudnya?"
Dimas menghela napas kemudian berujar, "Bunda Hana bukan nyokap kandung gue, Mama gue udah pisah sama Bokap sejak gue SD."
"Sorry-"
"Santai aja. As you see, Bunda Hana baik banget dan gue bersyukur untuk itu. Takdir udah ngambil nyokap gue, lalu Tuhan menggantinya dengan malaikat yang sama baiknya." Dimas tersenyum menjawab segala rasa penasaran Kinara.
Keringat mengucur dari dahi Kinara, matahari sudah terasa menyengat dan membakar kulit, Kinara memutuskan pulang ke rumah.
****
Dering handphone membawa jiwa Kinara menuju alam sadar, cewek itu melirik ke arah jam dinding sebelum mengambil ponsel. Pukul dua siang, siapa yang berani membangunkan Kinara dari tidur lelapnya?
Cowok sinting
Kinar menautkan kedua alis, mimpi apa tuh cowok menelponnya di jam ini? Well Kinar sudah mengganti nama kontak Vero di Hp nya.
"Kenapa Lo nelpon? Akhirnya lo yang duluan kangen sama gue."
Di seberang sana Vero mendengus, tingkat Pd cewek itu terlalu tinggi.
"Cie stalking,"
Mendengar kalimat Vero Kinar langsung terdiam, wajahnya dihiasi semburat merah. Untung Vero tidak bisa melihatnya, kalau iya dapat dipastikan Kinar akan malu semalu-malunya.
"Gak usah Ge'er! siapa juga yang stalking, sok ngartis banget."
"Maling mana ada yang ngaku Ki."
"Sialan Lo emang, kalo iya kenapa? ada masalah gue stalking postingan norak lo itu?"
"Hah?! berarti lo ngakuin dong stalking gue." Vero terkekeh geli, Kinara pasti tengah menahan malu.
"Hah?! berarti lo ngakuin dong kalo postingan lo norak?"
"Cie stalking ciee, penasaran banget sih sama gue?"
"Diem Lo Ah!"
"Kalo penasaran bilang aja gak usah gengsi." Ejek Vero, tersenyum penuh kemenangan.
"What ever! Kalo mau ngajak berantem mending gak usah nelpon!"
"Iya gue mau berantem sama setan tengil."
"Denger ya cowok sinting, gue cantik dan itu fakta bye!" Kinara ingin menyudahi namun urung mematikan sambungan telepon itu.
"Gue mau ngingetin jangan sering-sering nelpon nanti lo suka sama gue!"
"Gue gak suka cewek petakilan," seru Vero tak terima.
"Halah bacot! Naksir gue baru tau rasa Lo!" Setelah mengatakan itu Kinara memutuskan sambungan telepon, membanting ponselnya ke kasur.