"Siapa?" Suara pintu yang dibuka dari dalam menginterupsi omelan Kinara. Dari dalam sana keluar seorang wanita dengan rambut sebahu yang sedang membawa nampan berisi minuman.
"Siang Bunda," sapa Vero ramah sembari mencium punggung tangan wanita tersebut.
"Siang juga Vero, Rey dan Galang sudah menunggu di atas."
Wanita itu tersenyum, lalu matanya menangkap anak perempuan yang wajahnya sedikit tersembunyi di balik tubuh Vero. "Dengan siapa?"
"Hai ta.. tan-te."
Tarrrrr! Nampan yang ada di tangannya seketika terlepas lalu membentur lantai. Wajah wanita itu terlihat syok dan terkejut.
"Bunda nggak apa-apa?" Pekik Dimas yang muncul dari dalam.
Wanita berkepala empat itu memungut kembali kesadarannya. "Dimas kok gak bilang mau bawa Kinara ke rumah?"
"Lho Tante tahu nama saya?" Tanya Kinara bingung, pasalnya ini kali pertama ia bertemu dengan wanita tersebut.
"Eh itu Dimas cerita ke Tante, katanya Vero punya temen cewek namanya Kinara, tante pikir itu kamu benar kan?"
Kinara tersenyum lembut. "Iya Tante, kenalin nama saya Kinara." Meraih punggung tangan wanita itu lalu mengecupnya lembut.
"Nama kamu cantik sekali. Hana, Bundanya Dimas."
"Buset Lo cerita apa aja ke Bunda tapir?" celetuk Vero.
Dimas baru ingin menjawab ketika Hana menginterupsi perkataannya. "Ayo masuk nggak enak kelamaan di luar."
"Maaf Tante, boleh saya bantu beresin pecahan gelasnya?"
"Ah tidak usah biar Tante aja, Kamu masuk gih." Hana mengelus lembut puncak kepala Kinara membuat gadis belia itu tersenyum, lalu beringsut masuk mengejar Vero yang sudah mendahuluinya.
Di tempatnya Dimas masih belum beranjak. 'sejak kapan gue cerita ke Bunda tentang Kinara?' batinnya penuh tanya.
****
Kinara duduk di salah satu sofa yang ada di ruang keluarga, Vero menyuruhnya menunggu di sana sedang cowok itu naik ke kamar Dimas bersama temannya yang lain. Entah apa yang mereka kerjakan di atas? Yang jelas Kinar tidak mungkin ikut ke sana. Aroma Apel memenuhi penciuman Kinara sejak masuk ke dalam rumah berlantai tiga itu. Rumah Dimas begitu nyaman dan tertata rapi. Kinara mengedarkan pandangan memperhatikan beberapa pigura yang terpajang di dinding.
"Hai sendiri aja, tante bikinin Kamu jus jeruk suka nggak?" tanya Hana saat tiba di ruang keluarga dengan nampan berisi dua gelas minuman dan camilan.
Kinara berujar sopan, "makasih Tante, Kinar suka kok."
"Kamu pacarnya Vero ya?" Tanya Hana tiba-tiba membuat Kinara tersedak.
"Maaf-maaf, Tante ngagetin ya?"
"Nggak apa-apa Tan, Kita gak pacaran kok cuma temen."
'Temen dari mana? Musuh iya.'
"Kirain pacaran, Vero jarang ngajak temen cewek soalnya. Vero itu teman masa kecilnya Dimas, dia anak yang baik."
"Ah iya Tante, syukurlah. Maaf tante, apa kita pernah ketemu sebelumnya?"
"Uhukkkk." Hana tersedak minuman yang baru ditenggaknya.
"Em- Tante baru ketemu Kamu hari ini Kinar. Mungkin yang kamu maksud orang lain?"
"Mungkin iya Tan, Kinar ngerasa pernah kenal dengan orang yang mirip Tante."
"Perasaan Kamu saja mungkin. Oh iya Kamu nggak penasaran mereka ngapain di atas?"
"Memangnya ngapain Tan?"
"Biasanya kalau udah kumpul seringnya mainan PS atau nonton film."
Dalam hati Kinara menyumpah serapah. Jadi Vero ke sini cuma untuk main? Dasar tidak punya hati! Tega sekali dia membiarkan Kinara menunggu, kan Vero bisa mengantarnya lebih dulu. 'Dasar cowo!'
"Kinara, Kamu baik-baik aja kan?"
"I.. iya Tante maaf ngelamun." Kinara tersenyum kikuk. "Jadi Kak Vero deket banget ya tan sama Kak Dimas?"
Sebenarnya Kinara bosan dengan bahasan-bahasan yang sama sekali tidak menarik untuk dibicarakan. Namun Kinara tetap melanjutkannya untuk menghargai Ibu dari kakak kelasnya itu. Lagian ngobrol dengan Hana cukup menyenangkan, orangnya ramah dan kelihatannya sangat penyayang.
"Di antara mereka Dimas dan Vero memang yang paling dekat, dari dulu selalu bertiga sudah seperti saudara."
"Bertiga?"
Hana tersenyum menyadari ucapannya. "Eh maaf tante jadi keinget Risha."
"Risha siapa tante?"
"Sahabat kecil Dimas juga, dibanding Dimas Risha lebih dekat dengan Vero sih. Dari dulu mereka udah kaya lem, lengket terus." Hana terkekeh di ujung katanya dengan tatapan yang menerawang jauh.
Entah mengapa Kinar merasa tidak suka ketika Hana menyebutkan nama orang lain yang konon sahabat Vero dan Dimas di masa kecilnya. Kinar jadi iri karena tidak menjadi bagian dari masa lalu mereka.
"Sekarang Dia dimana? Apa Kak Vero masih sering ketemu?" Ada nada kecemburuan di dalam kalimatnya.
Senyum yang semula tercetak jelas di wajah Hana perlahan memudar. "Semoga dia bahagia di sana, Tuhan lebih sayang Risha."
"Maaf Tante." Hana mengangguk.
Kinar merasa tak enak sekaligus bersalah sempat mencemburui orang yang sudah tiada.
"Kalau Kinar boleh tau dia meninggal karena apa?"
"Kecelakaan tiga tahun yang lalu." Kinara menggumam pelan.
"Kalau Kamu sendiri bagaimana sekolahnya?"
"Baik tan, normal-normal aja."
Mata Hana berkilatan, di dalam iris itu Kinara bisa melihat kerinduan dan kebahagiaan. Mungkin karena sebelumnya wanita itu membahas Karisha, sahabat putranya.
"Lalu keadaan keluarga kamu bagaimana?" Tanya Hana lagi.
Mengingat keluarganya wajah Kinara berubah murung, ia berujar dengan suara parau, "sepi tante, keluarga Kinar kacau."
Sebelumnya Kinara tidak pernah terbuka perihal keluarganya kepada siapapun, namun di hadapan Hana dirinya seolah mendapat sugesti untuk membuat Hana masuk ke dalam area rentannya.
"Di rumah cuma ada Kinar sama Abang, Papa sama Kakak perempuan Kinar sibuk bekerja di luar kota, dan mama udah meninggal."
"Ikhlas ya sayang semuanya Tuhan yang mengatur, Kamu harus tetap bahagia. Tante selalu ada kalau kamu butuh tempat berkeluh kesah."
Perasaan Kinara menghangat seperti ada yang membelai lembut uluh hatinya. Mungkin karena Kinar terlalu rindu akan Mamanya.
"Tante, apa boleh Kinar peluk tante?" Mata Hana sontak berkaca-kaca, berdekatan dengan Kinara membuatnya terlalu emosional. Dalam hitungan detik gadis belia itu meluncur ke dalam dekapannya. Hana membelai lembut rambut hitam Kinara lalu mencium puncak kepalanya.
'Semoga kamu bahagia.' bulir bening mengalir dari sudut mata seiring doa yang ia rapalkan dalam diamnya.
Hangat, menenangkan. Dua kata itu lebih dari cukup mendeskripsikan perasaan Kinara saat itu. Berada di dalam pelukan Hana membuat dirinya ingin waktu berjalan lebih lambat. Mata Kinara memanas, dia memejamkan mata bersamaan tetes pertama yang mengalir di wajahnya.
'Thanks Kak Vero.'
Selang beberapa menit Hana mengurai pelukan tersebut. "Kinara." Kinar menatap intens kedua iris Hana menunggu kelanjutan ucapan wanita itu.
"Apa Tante boleh minta sesuatu sama Kamu?"
"Apa tante?"
"Bisa Kamu panggil tante 'Bunda' seperti teman Dimas yang lainnya?"
Perasaan Kinara menghangat, belum satu hari ia mengenal wanita itu tetapi rasanya ia sudah mengenal lama. Kinara tersenyum simpul, membalas dengan anggukan kepala.
"Terima kasih sayang, bantuin Bunda masak mau?"
"Iya Bunda." Sekali lagi Hana membelai rambut Kinara sebelum bangkit menuju dapur.