Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mendung (Eccedentesiast)
MENU
About Us  

Kinara baru saja memasuki ruang kuliahnya, tak berminat mengeluarkan buku binder seperti yang biasa ia lakukan. Bangku di sebelahnya masih kosong, menandakan Anna masih di perjalanan.

Gadis itu melempar tasnya ke atas meja, menelungkupkan wajahnya di atas sana. Mood nya sedang tidak baik sejak semalam, ia baru bisa tertidur ketika jarum jam menunjuk ke angka tiga.

"Widihh tumben pagi banget mbak nya," sindir Anna menarik kursinya lebih dekat dengan Kinara.

Melihat Kinara yang tak merespon, Anna menggoyang-goyangkan bahu temannya itu.

"Woi, Ki! Bangun napa!"

Kinara hanya berdeham pelan malas mengangkat wajahnya.

"Astaga Ki, badan lo panas banget!" Pekik Anna setelah menempelkan tangannya di dahi Kinara.

"Mau gue anterin ke Klinik?"

"Nggak usah An, gue ok."

"Kenapa? Berantem lagi sama Alan?"Kinara seketika membuka lalu mengangkat wajahnya dari lipatan tangan, menatap lurus ke lawan bicara.

Hening sesaat sebelum bibir itu terbuka. "Menurut Lo, gue harus gimana An biar Bang Alan bisa maafin gue?"

Anna tak bereaksi menanggapi pertanyaan yang ia pun sulit memikirkan jawabannya. Dia menghembuskan napas panjang lalu menggeleng lemah.

"Lo dulu pernah bilang ke gue Ki. Kalau waktu adalah penyembuh segala rasa sakit, gue harap lo masih percaya sama hal itu."

"Makasih An, udah selalu ada buat gue. Dan Maaf...." Kinara tersenyum getir, menggantungkan kalimatnya.

"Buat apa?"

"Karena gue, Lo gak bisa sama bang Alan." Anna memalingkan wajahnya.

"Gue tau hubungan lo sama bang Alan. Lo bisa bohong sama semua orang, tapi gak sama gue, iya kan?" Lanjut Kinara membuat wajah Anna pias.

Kinara menunduk dalam. "Gue tau, Lo sengaja jauhin bang Alan karena gue. Maaf An, maaf gue...."

"Gue gak suka liat temen gue lemah kek begini, Ki." Gadis itu tersenyum hangat membuat Kinara mengangkat wajahnya membalas dengan senyumam singkat.

"Lo tau kan gue ini cewe toxic An, gue ini pembawa sial. Dengan lo terus di samping gue, lo hanya akan kehilangan apa yang harusnya lo miliki." Butiran kristal meluruh di akhir kalimatnya.

Anna meletakan kedua tangannya di atas bahu Kinara.

"Rasa itu udah sirna, Ki. Rasa itu gak sebanding sama persahabatan gue sama Lo. Stop menyalahkan diri. Gak sedetik pun gue nganggep lo pembawa sial, dan gak akan pernah. Semua yang udah terjadi adalah bagian dari takdir. Tentang Alan, dia udah dibutakan sama ego dan kebenciannya sendiri, gue gak nyesal kehilangan dia. Gak sekalipun, jadi lo berhenti nyalahin diri sendiri. Gue gak mau sahabat gue jadi lemah."

"Thanks An, gue beruntung selalu punya lo di samping gue."

Anna tersenyum lebar, "selalu ada hal yang harus kita syukuri ki, udah ah cengeng banget diketawain Kak Dimas tuh," ejek Anna menunjuk cowok yang berdiri di ambang pintu dengan dagunya.

Ngapain coba temennya syaiton ada di sini?

"Gue mau bolos, Ann. Mood gue lagi kacau, bilangin gue ke Klinik sama Pak Doni ya," pamit Kinara seketika pergi meninggalkan Anna yang bahkan belum sempat memprotesnya.

****

Vero mengutak atik ponselnya, membuka akun sosmed lalu mengeluarkannya lagi persis abg linglung. Tiba-tiba jemarinya tergerak mengetuk ikon galeri ponselnya, Vero melihat-lihat foto yang ada di hp nya. Tidak ada yang menarik persis galeri anak cowok biasanya. Air mukanya berubah kecut ketika matanya menangkap sebuah foto lama yang sarat akan kenangan. Mata Vero tak lepas dari seorang perempuan yang duduk di depan piano dengan balutan gaun putih yang anggun.

"Semoga kamu bahagia." Vero mematikan ponsel lalu memejamkan mata, rasa bersalah kembali menyeruak masuk mengusik hati dan pikirannya.

Vero butuh menenangkan diri, bolos dari Mata kuliah Bahasa inggris sepertinya hal yang tepat. Dengan pikiran yang kacau seperti ini otaknya tidak akan mampu menangkap rumus apapun.

Cowok itu berjalan menelusuri koridor yang sepi, kegiatan perkuliahan sedang berlangsung tentu tidak ada yang berkeliaran di jam ini. Langkah tanpa tujuan itu membawa Vero menuju ruang musik yang ada di lantai tiga gedung seni. Ruangan itu tidak terkunci, Vero masuk mengamati satu persatu alat musik yang tersusun rapi meski nampak debu di mana-mana. Vero duduk di depan sebuah piano yang sedikit berdebu. Dulu sewaktu SMA dia lebih sering menghabiskan waktu di ruang musik bersama Karisha ketimbang duduk di bangku kantin. Kenangan masa lalu kembali hadir merobek pertahanannya yang hampir runtuh.

"Woii Singa! Lo ngapain di mari?" Lengkingan Kinara memecah lamunan Vero, cowok itu mengangkat kepala menatap gadis yang tengah bersedekap di depan pintu.

"Bolos ya? Hayo ngaku!" Vero mendesis sebal, kenapa juga cewek itu ada di sini bukannya ruang musik terpisah jauh dari gedung Ekonomi?

"Berisik lo jelek! Lo sendiri ngapain di sini kalau bukan bolos hah?"

"Big No! Gue disini lagi cari udara segar." Kinara memasang muka menyebalkan.

"Tuh muka biasa aja woi gak usah di bikin bete juga kali!" Celetuk Kinar, berjalan ke arah Vero.

Tanpa aba-aba Kinar mengambil tempat di samping Vero menyisakan sedikit saja jarak keduanya.

"Siapa suruh lo deket-deket gue?"

"Kalo ga suka ya tinggal bangun kali, ribet banget hidup Lo! Gue gak butuh persetujuan buat duduk di sini, orang gue bayar juga."

Bukannya bangkit lalu keluar Vero malah menahan diri untuk tetap di samping Kinara, menunggu kelanjutan aksi cewek di sampingnya ini.

Jauh di dalam dadanya Kinar merasa debaran yang tak biasa, jantungnya berpacu dua kali lebih cepat dari semestinya.

"Lo tuh ya kalo gak bisa main musik ngapain pake acara ke ruang musik segala, nih gue ajarin." Tanpa sahutan dari Vero, Kinara meletakan jari-jemarinya di atas tuts piano.

Detik berikutnya, jemari lentik Kinara sudah menari menyambangi satu persatu tuts hitam dan putih itu, mengalunkan melodi yang indah.

Vero terdiam, melihat Kinar dari jarak sedekat ini benar-benar manis.

"I heard he sang a good song, I heard he had a style, and so I came to see him, and listen for a while.."

'Killing me softly' bergema di ruang musik yang hanya berisikan dua anak remaja itu, Vero terpaku, tenggelam dalam iris sebening embun.

"Strumming my pain with his fingers, singing my life with his word, Killing me softly with his song, Killing me softly with his song.."

Masih dalam ketersimaan Vero tidak menyadari permainan Kinar yang sudah usai sejak dua menit yang lalu.

"Natapnya biasa aja saepul kek gue punya utang aja!"

Ekspresi Vero kembali datar, bisa-bisa cewek di sebelahnya ini akan melambung tinggi dengan kesombongan kalau tau Vero begitu mengagumi permainan musiknya barusan.

"Gimana suka gak?"

"Gue suka Lo." Jleb! Tubuh Kinar tiba-tiba panas dingin, dadanya menghangat seperti ada kupu-kupu yang beterbangan di dalamnya. Belum pernah di rasakannya gemuruh sehebat ini saat berada di dekat Vero. Mungkin karena penuturannya barusan, apa Vero sedang menyatakan cinta?

"Maksud Kak Vero suka sama suara gue?"

"Bukan suaranya, tapi gue suka sama lo." Kinar menelan ludah susah payah, dia yakin wajahnya kini sudah memerah bak kepiting rebus.

Vero menatap Kinar intens sebelum kata berikutnya meluncur dari bibir. "Tapi boong. Palpale pal pale pal."

'Sialan lo! Tapi ngapain juga gue melting, arghh' Kinara membatin sebal.

"Em.. Ya bagus, soalnya gue juga gak mau sama Lo," sahut Kinar menjunjung tinggi harga diri dan gengsinya.

"Bilang aja ngarep jadi cewek gue iya kan?" Ledek Vero, tersenyum jahil.

"In your dream!!"

"Muka lo merah Ki, ciee yang pengen dipacarin."

"Paan sih! Bacot, gue mau masuk kelas mau jadi anak teladan Bhayy!" Pamit Kinara.

"Sejak kapan Lo belajar main piano?" Suara Vero mengurungkan langkah Kinara.

"Kepo!"

"Udah jelek bego lagi, gak punya kosakata lain selain kepo?!"

"Ck nyebelin emang Lo ya, serah gue dong, mulut mulut gue, mau ape Lo!"

"Serius nih, Lo kenapa gak main piano aja di malam inagurasi? Daripada nyanyi bikin sakit kuping."

Kinara memutar bola mata, "buktinya lo terpana kan sama suara emas gue yang bikin lo sakit kuping? Tapi sorry ya Kak Vero Angkasa, permainan piano gue terlalu mahal buat acara sekampungan itu! Gak sembarang orang gue kasih liat." Kinara mengibaskan rambut jumawa, mengangkat dagunya tinggi-tinggi.

"Hah! Berarti gue salah satu orang yang gak sembarangan dong?"

"Suka-suka Lo!"

"Ki gue serius, Lo suka piano sejak kapan?"

"Dari kecil, nyokap gue instruktur musik."

"Lo serius Ki? Sumpah nyokap Lo keren abis, gue jadi pengen ketemu."

Raut wajah Kinara berubah sendu, "gue duluan," pamit Kinar akhirnya.

****

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, sudah jauh dari jam tidurnya. Namun Vero masih bergerak gelisah di tempat tidurnya.

"Kesambet apaan gue ngomong gitu ke Kinar?" kepalanya terus memutar kejadian tadi siang di ruang musik. Apa Kinara tersipu akan pernyataan yang diakui Vero hanya bercanda itu?

Ada yang aneh dari Vero malam ini. Pertama, dia tidak bisa tidur hanya karena mengingat pertemuannya dengan Kinar tadi siang. Kedua, dia repot-repot memikirkan kalimat yang diucapkannya pada Kinara serta dampaknya terhadap gadis ajaib itu, ahh tentu tidak akan berdampak apa-apa karena Kinar percaya itu hanya bercanda. Lalu ketiga, Vero berkali-kali membuka aplikasi whatsapp nya, memelototi profil Kinara lalu mengeluarkannya lagi. Siklus itu terjadi berulang-ulang.

Vero mengacak rambutnya sebal, kerjapan mata bening Kinara mengisi ruang kepalanya membuat Vero tidak bisa berpikir jernih. Tiba-tiba ponselnya berdering nyaring, Vero beringsut dari tempat tidur lalu mengambil ponselnya dari meja belajar.

"Besok jangan lupa, kumpul di rumah Dimas," ujar Reyhan di seberang sana.

"Oke." Vero berujar singkat lalu mematikan sambungan telepon.

Vero merebahkan tubuhnya di atas kasur, menatap langit-langit kamarnya yang berwarna coklat madu. Lagi-lagi ingatannya tertubruk pada Kinara. Vero ingat sekali wajah sendu gadis itu ketika ia membahas perihal Ibu gadis itu.

Cewek se-cuek dan se-menyebalkan Kinara kenapa bisa begitu sensitif hanya dengan menyebut ibunya? Argghh Vero memukul kepalanya kesal, kenapa dia baru kepikiran sekarang. Apa mungkin Ibu Kinara sudah tiada? Mengingat reaksi Kinara siang itu rasanya pemikiran Vero ada benarnya. Lalu malam inagurasi, Vero mengingat kembali wajah pucat dan ketakutan Kinar saat itu apa penyebabnya? Banyak teka-teki yang belum diketahui Vero dari gadis itu, entah kenapa rasa penasarannya membuat Vero ingin mengenal Kinar lebih jauh. Di saat semua Mahasiswi Umarta memujanya, Kinara malah membencinya, tentu saja Vero penasaran. Kinara sukses membuang rasa kantuknya jauh-jauh membuat Vero terjaga lebih lama.

Tanpa ia sadari, gadis itu telah masuk jauh ke dalam hidupnya, mengambil peran penting atas dasar perasaan.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Memoreset (Sudah Terbit)
3925      1474     2     
Romance
Memoreset adalah sebuah cara agar seluruh ingatan buruk manusia dihilangkan. Melalui Memoreset inilah seorang gadis 15 tahun bernama Nita memberanikan diri untuk kabur dari masa-masa kelamnya, hingga ia tidak sadar melupakan sosok laki-laki bernama Fathir yang menyayanginya. Lalu, setelah sepuluh tahun berlalu dan mereka dipertemukan lagi, apakah yang akan dilakukan keduanya? Akankah Fathir t...
One-Week Lover
1932      973     0     
Romance
Walter Hoffman, mahasiswa yang kebosanan saat liburan kuliahnya, mendapati dirinya mengasuh seorang gadis yang entah dari mana saja muncul dan menduduki dirinya. Yang ia tak tahu, adalah fakta bahwa gadis itu bukan manusia, melainkan iblis yang terlempar dari dunia lain setelah bertarung sengit melawan pahlawan dunia lain. Morrigan, gadis bertinggi badan anak SD dengan gigi taring yang lucu, meng...
Wanita Di Sungai Emas (Pendek)
578      391     3     
Fantasy
Beberapa saat kemudian, aku tersandung oleh akar-akar pohon, dan sepertinya Cardy tidak mengetahui itu maka dari itu, dia tetap berlari... bodoh! Akupun mulai menyadari, bahwa ada sungai didekatku, dan aku mulai melihat refleksi diriku disungai. Aku mulai berpikir... mengapa aku harus mengikuti Cardy? Walaupun Cardy adalah teman dekatku... tetapi tidak semestinya aku mengikuti apa saja yang dia...
Teman Hidup
6864      2502     1     
Romance
Dhisti harus bersaing dengan saudara tirinya, Laras, untuk mendapatkan hati Damian, si pemilik kafe A Latte. Dhisti tahu kesempatannya sangat kecil apalagi Damian sangat mencintai Laras. Dhisti tidak menyerah karena ia selalu bertemu Damian di kafe. Dhisti percaya kalau cinta yang menjadi miliknya tidak akan ke mana. Seiring waktu berjalan, rasa cinta Damian bertambah besar pada Laras walau wan...
Tanpa Kamu, Aku Bisa Apa?
128      101     0     
Romance
Tidak ada yang pernah tahu bahwa pertemuan Anne dan Izyan hari itu adalah hal yang terbaik bagi kehidupan mereka berdua. Anne tak pernah menyangka bahwa ia akan bersama dengan seorang manager band indie dan merubah kehidupannya yang selalu menyendiri menjadi penuh warna. Sebuah rumah sederhana milik Anne menjadi saksi tangis dan canda mereka untuk merintis 'Karya Tuhan' hingga sukses mendunia. ...
I love you & I lost you
7114      2543     4     
Romance
Kehidupan Arina berubah 180 derajat bukan hanya karena bisnis ayahnya yang hancur, keluarganya pun ikut hancur. orang tuanya bercerai dan Arina hanya tinggal bersama adiknya di rumah, ayahnya yang harus dirawat karena mengalami depresi berat. Di tengah hancurnya keluarganya, Arina bertemu kembali dengan teman kecilnya, Arkan. Bertemunya kembali mereka membuka sebuah lembaran asmara, namun apa...
Under The Moonlight
2290      1120     2     
Romance
Ini kisah tentang Yul dan Hyori. Dua sahabat yang tak terpisahkan. Dua sahabat yang selalu berbagi mimpi dan tawa. Hingga keduanya tak sadar ‘ada perasaan lain’ yang tumbuh diantara mereka. Hingga keduanya lupa dengan ungkapan ‘there is no real friendship between girl and boy’ Akankah keduanya mampu melewati batas sahabat yang selama ini membelenggu keduanya? Bagaimana bisa aku m...
Kanvas Putih
163      142     0     
Humor
Namaku adalah Hasywa Engkak, yang berarti pengisi kehampaan dan burung hitam kecil. Nama yang memang sangat cocok untuk kehidupanku, hampa dan kecil. Kehidupanku sangat hampa, kosong seperti tidak ada isinya. Meskipun masa depanku terlihat sangat tertata, aku tidak merasakannya. Aku tidak bahagia. Wajahku tersenyum, tetapi hatiku tidak. Aku hidup dalam kebohongan. Berbohong untuk bertahan...
Premium
Take My Heart, Mr. Doctor!
6875      2007     2     
Romance
Devana Putri Aryan, seorang gadis remaja pelajar kelas 3 SMA. Ia suka sekali membaca novel. Terkadang ia berharap kisah cintanya bisa seindah kisah di novel-novel yang ia baca. Takdir hidupnya mempertemukan Deva dengan seorang lelaki yang senantiasa menjaganya dan selalu jadi obat untuk kesakitannya. Seorang dokter muda tampan bernama Aditya Iqbal Maulana. Dokter Iqbal berusaha keras agar s...
MAMPU
7647      2473     0     
Romance
Cerita ini didedikasikan untuk kalian yang pernah punya teman di masa kecil dan tinggalnya bertetanggaan. Itulah yang dialami oleh Andira, dia punya teman masa kecil yang bernama Anandra. Suatu hari mereka berpisah, tapi kemudian bertemu lagi setelah bertahun-tahun terlewat begitu saja. Mereka bisa saling mengungkapkan rasa rindu, tapi sayang. Anandra salah paham dan menganggap kalau Andira punya...