Kinara mengerjapkan matanya, saat ini dia berada di sebuah bukit kecil, hijau dan asri. Padang rumput meluas sejauh mata memandang. Di atas sana gumpalan putih nampak indah berseri, langit biru, mentari bersinar teduh.
Di hadapannya Kinara melihat seoang gadis kecil tengah duduk di sebuah ayunan kayu yang bergerak lambat. Gadis kecil itu memakai gaun putih, rambut hitam nya terurai lembut menutupi sebagian wajahnya yang putih berseri. Angin membelai lembut wajah dan tengkuknya, di sebelahnya berdiri seorang wanita muda, wajahnya putih, rambutnya panjang bergelombang. Wajahnya terlihat samar, hampir seperti bayang-bayang. Gaun merah muda yang dikenakan wanita itu melayang-layang diterbangkan angin, Dia tersenyum sembari mendorong ayunan putri kecilnya. Mereka tertawa, nampak seperti keluarga yang amat bahagia.
Dari arah barat Kinara melihat seorang lelaki berjalan menghampiri mereka. Sepertinya itu suami wanita tadi. Wajahnya sama seperti wanita itu, tidak terlihat jelas. Di tangannya terdapat setangkai bunga krisan, laki-laki itu mendekat menyelipkan bunga putih itu di telinga istri dan putri kecilnya.
"Embun peri kecil Ayah," bisiknya setelah mencium puncak kepala gadis kecil itu.
Bulir-bulir kristal mengalir dari sudut mata Kinara, ia ingin mendekat bergabung dengan keluarga bahagia itu.
"Embun." Kinara terlempar dari mimpi menuju alam sadar. Gadis itu menyipitkan mata menyambut sinar mentari yang masuk ke celah-celah kamarnya.
"Embun, siapa kamu?" Batin Kinara. Akhir-akhir ini dia sering bermimpi tentang gadis kecil yang tidak dikenalnya itu. Sejujurnya Kinara telah terbiasa dengan keping mimpi buruk yang terus menganggu di setiap tidurnya, menyisakan potongan teka-teki yang mengusik pikirannya.
Kinara bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi, hari ini dia harus berangkat ke Kampus lebih awal. Ada banyak hal yang perlu dia persiapan untuk menyambut malam inagurasi yang akan diadakan nanti malam. Jika ada yang bertanya apakah ia terpilih, tentu saja jawabannya iya. Vero sudah meremehkannya, untuk itu Kinara tidak mau membiarkan Vero menang dan mengejeknya. Cowok itu tidak pantas merendahkan bakat menyanyinya.
****
Hari ini juga dimanfaatkan Kinara untuk berlatih membaca puisi dibantu Vero sebagai pembimbingnya. Kinar tidak satu kelompok dengan Anna, teman satu kelompoknya terdiri dari tiga cewek yang lebih mencintai bedak dan lipstik dibanding dirinya sendiri, sandra, Vina dan Tari. Kemal, cowok lemah gemulai dan dua orang cewek penghuni perpustakaan yang kacamata nya setebal jari kelingking. Satu kelompok terdiri dari tujuh orang, diantara teman sekelompoknya hanya Kinar yang bisa diandalkan. Waktu Kinara protes, Vero membantah tegas bahwa tidak ada yang berani tampil selain dirinya. Menyebalkan memang, Vero sepertinya sengaja menempatkan Kinar di dalam kelompok yang kurang beruntung ini.
"Ayo dimulai lagi," interupsi Vero memecah lamunan Kinar.
"Aku, kalau sampai waktuku-"
"Stop!! Lo bisa serius dikit gak sih? Lo itu baca puisi bukan baca koran!" Bentak Vero.
Kinara meremas jemarinya menahan geram, sudah lebih dari lima kali Vero memintanya mengulang bagian itu.
"Gue bilang apa, gue gak bisa baca puisi!" Ketus Kinar tak terima dibentak Vero.
"Terus? Lo mau Kemal yang gantiin?" Lanjut Vero. Tentu saja Kinara tidak mau, bisa-bisa hancur nama baik kelompoknya.
"Hello Kinara, lo bisa gak sih serius dikit? Gue udah panas dari tadi nungguin Lo yang cuma ngulang-ngulang kalimat itu. Lo itu tau nya apa sih?" gerutu Kemal gemas, mereka sudah latihan hampir setengah jam tapi masih tidak ada perkembangan.
"Lo itu jadi cowok nyinyir banget sih!" Kinara mendengus sebal.
"Kalo gak mau di nyinyirin tampil yang bagus dong."
"Lo bener-bener ya-"
"Kinara please, lo gak kasian liat temen-temen Lo yang udah kepanasan dari tadi? Lo juga gak mau lama-lama di sini kan? Ayo dong Kinara please."
Demi mendengar ucapan Vero yang teramat lembut, Kinar tertegun mengunci sorot tajam pemuda itu dalam irisnya yang sebening embun. Vero benar, dirinya juga sudah lelah berdiri di bawah terik mentari sambil menahan diri untuk tidak mencabik-cabik mulut nyinyir kemal. Kinara memejamkan mata, menarik napas dalam dia harus menyelesaikan waktu latihan secepat mungkin karena setelah ini dia juga harus berlatih menyanyi dengan pengisi acara yang lain.
Aku.. Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Kinara barusaja menyelesaikan bait pertamanya, sejauh ini tidak ada protes dan koreksi. Vero hanya mengangguk-angguk, entah karena benar atau dia sudah lelah mengomentari Kinar. Lebih baik begitu, maka Kinar tidak harus mendengar nyinyiran Vero dan temannya yang lain. Terutama kemal, menyebut namanya saja sudah membuat Kinar geram.
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
"Cukup! Kalian boleh istirahat."
Seketika helaan napas terdengar serentak dari para adik tingkatnya, mereka mulai membubarkan diri satu persatu begitu juga dengan Kinar dan Vero. Keduanya enggan berbicara lagi, memilih pergi dengan hening.