Perusahaan di mana Meira bekerja adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa yang menangani berbagai infrastruktur mulai dari mendesain bangunan, pembangunan gedung sekaligus jasa percetakan.
Gedung kerja Meira terdiri dari lima lantai, lantai satu merupakan basemen dan parkiran. Lantai dua digunakan sebagai ruang administrasi, ruang tamu dan pantry. Lantai tiga difungsikan sebagai ruang untuk bagian keuangan, finance, marketing dan pajak.
Lantai empat ditempati department IT, legal dan desain yang merupakan department dimana Meira bekerja. Terakhir lantai lima tempat para eksekutif bekerja. Mulai dari Kepala Supervisor, Manajer dan jajaran Direksi.
Meski bergerak di bidang jasa, jadwal kerja mereka tidak kalah padat dibanding perusahaan lainnya. Jam masuk kerja di mulai pukul tujuh pagi dan berakhir pukul lima sore setiap hari senin sampai jumat.
Setiap department mempunyai jadwal weekly meetingnya masing-masing. Khusus Meira memperoleh jadwal di hari Kamis. Peserta meeting terdiri dari beberapa karyawan antar divisi dengan kepala superdivisi dan sub divisi terkait yang akan menjadi pemimpin dalam rapat yang sedang berlangsung.
Siang itu topik pembahasan mereka adalah projek pesanan kalender dari para client.
Di karenakan hampir 30 puluh persen client yang mereka tangani meminta denah layout kantor si client bekerja, sehingga membuat Meira dan juga tim harus membagi kelompok untuk melakukan pemetaan tempat dan denah layout.
Seperti yang sudah dikhawatirkan olehnya, Meira akan digabungkan dengan seorang senior yang tidak dia sukai.
Bukan karena penampilannya yang sedikit berbeda. Bukan juga karena ia nyaris tidak memiliki rambut di kepalanya. Hanya saja senior itu sedikit genit pada semua karyawan wanita.
Bila ditegur, dia akan berdalih dan mengaku sedang bercanda. Pernah sekali, karyawati bagian PPIC atau bagian pengadaan dan kontrol persediaan digodanya hingga menangis, namun tidak ada tindakan yang disanksikan oleh pihak kantor kepadanya.
Hal tersebut justru membuatnya semakin bertindak sesuka hati dan bebas menggoda para karyawati yang ada dengan mulut lihainya itu.
"Di karenakan tiga puluh persen customer meminta ganti layout dan kesulitan mengirimkan desainnya. Maka kami putuskan untuk kalian hunting ke lapangan minggu depan." Ucap Andrei, salah satu Supervisor tim Meira.
"Tentunya tugas ini kalian lakukan secara berkelompok. Berikut pembagian denah kalian masing-masing. Mungkin Ada hal yang mau ditanyakan?" Ucap Hendra sambil menunjukkan layar yang berisi nama, kelompok, jadwal dan lokasi tugas mereka masing-masing.
Meira mendapatkan jatah di dua perusahan di area Sidoarjo. Memang tidak terlalu jauh dari kantornya saat ini hanya berjarak kurang dari satu jam bila ditempuh menggunakan mobil dengan kondisi lalu lintas yang lancar tanpa macet. Namun yang menjadi kendala adalah jadwal pengambilan fotonya.
Di layar yang ditunjukkan oleh Hendra, tertulis pukul 16.00 sore untuk perusahaan yang pertama dan pukul 07.00 untuk perusahaan kedua.
Itu berarti mau tidak mau Meira harus menginap di Sidoarjo bersama senior genit itu.
"Sir. I have an excuse." Melvin yang duduk di ujung sebelah pintu mengacungkan tangannya.
"Oke, Go on." Andrei menanggapi santai.
"May I switch position with Meira?" Melvin melirik ke arah Meira sesaat kemudian kembali menatap Andrei yang terpisah beberapa meter darinya.
Melvin mengerti betul perangai mesum Tommy yang sering kali tidak bisa diatur. Mengetahui rekan kerjanya kemungkinan dalam bahaya, Melvin dengan tanggap berusaha menggantikan posisi Meira dengannya.
Hening sejenak.
Semua orang saling bertatapan. Beberapa malah menatap Melvin, termasuk Tommy yang ikut serta hadir dalam ruangan itu.
"That's-"
"You can't." Stevanus yang merupakan kepala seluruh Supervisor memotong kalimat Andrei dengan tegas.
"But Sir-"
"You can't Melvin. All of this chart have been selected well by me." Suasana yang mulanya serius kini bertambah tegang.
"Also, you are new employee here and Meira is senior. Last, you can't speak Bahasa very well. What are you gonna do with people there who can't speak English?" Stevanus menatap Melvin dengan tatapan seperti ingin mencabik-cabik karyawan yang dipanggilnya 'anak baru' itu.
Memang bila dibandingkan dengan Meira yang sudah bekerja hampir lima tahun di sana, Melvin bukanlah tandingannya.
Namun meski begitu, kemampuan Melvin bisa dikatakan sangat baik. Ia juga cepat tanggap dan mudah belajar. Masalah terbesarnya adalah ia masih belum fasih berbahasa Indonesia, terutama bahasa Jawa yang menjadi salah satu bahasa daerah yang digunakan di sana.
Setelah hening sepuluh detik Andrei kembali bersuara.
"Any question? Ada pertanyaan lagi?"
"Lokal Transport!"
"Sangu!"
Beberapa orang lainnya bersemangat menanyakan ongkos yang akan mereka dapatkan untuk perjalanan dinas ini.
"Untuk seluruh akomodasi, silahkan mengisi formulir ini kemudian ditanda tangani Supervisor tim masing-masing. Setelahnya, kalian bisa klaim ke bagian Finance." Hendra menjelaskan sambil menunjukkan formulir yang harus diisi.
Nyaris seluruh orang di dalam ruangan itu tampak senang dengan rencana tugas dinas ini. Tidak dengan Meira. Ia hanya tediam menatap nanar ke arah meja rapat dihadapannya.
"Semangat, semangat!" Tommy, tanpa disadari sudah berdiri di belakang Meira sambil menepuk-nepuk pundaknya dengan aneh.
Tommy menatap Meira sambil tersenyum menyeringai, tatapan matanya memindai seluruh tubuh Meira kemudian tangannya mulai meremas bahu kanan Meira.
Meira yang merasa tidak nyaman langsung berdiri, menarik selembar formulir dan bergegas menuju ruang kerjanya.
¤¤¤