Kebanyakan orang dingin jarang menampakkan kepeduliaannya,bahkan memberi hadiah saja juga tak mungkin. Berlaku untuk pria seperti Adelar. Ia dingin,perfeksionis,raut wajahnya tak terbaca,mudah marah,sensitif,apalagi soal hadiah dia tidak pernah kepikiran memberikan itu.
Citra seperti ini sudah mendarah daging dan melekat. Tak banyak yang tidak suka sebenarnya dekat dengan Adelar namun dikarenakan Adelar Mahasiswa pintar,kaya dan merupakan anak seorang pejabat dikotanya itu membuat yang tak suka padanya enggan membullynya.
-Perpustakaan Kampus,11.45 siang-
"Ini untuk mu" Adelar menyodorkan dua coklat cadburry dan ferrero rocher.
"Ha ?! apa ini?? untuk ku?"
"Hmm, Ayah ku yang membelikannya. Makanlah aku membelikannya juga kepada yang lain"
Adelar menggaruk tungkuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Ia sangat gugup karena berbohong soal coklat yang dibagikannya kepada yang lain,padahal ia hanya memberikan kepada Aram seorang.
"Baiklah, terima kasih"
Aram menyimpan coklat itu ke tas nya dan melanjutkan membaca bukunya tanpa menghiraukan Adelar yang masih berdiri dihadapannya.
"Ada apa? ada yang mau kau sampaikan?"
"Coklatnya kenapa tidak kau makan?"
"Nanti saja dirumah, aku tidak terlalu lapar"
"Nanti takutnya coklat itu meleleh"
"Tidak akan meleleh, disini full Ac"
"Baiklah, terserah kau saja"
Adelar pun meninggalkan Aram, ia sedikit kecewa sepertinya Aram tidak terlalu menyukai hadiahnya itu.
Astaga Ad, seharusnya kau tidak perlu memberikan coklat itu, memalukan saja"
*****
-Taman Kampus,14.00 siang-
Astaga dimana coklat itu,seharusnya ada disini..kenapa sekarang tidak ada?
Aram yang sibuk mencari coklat kesana kemari, mulai balik ke perpus sampai bolak balik ke kelas dan ruang praktek.
Adelar yang mencoba ke taman kampus hendak membaca buku dan memakan roti sandwich buatan si mbak dirumah tiba tiba ia melihat ada dua coklat dengan merek yang sama dia belikan untuk Aram, coklat itu ada di kursi dan dibawah terik panas matahari.
ya betul sekali coklat itu meleleh.
Aram balik ke taman kampus dan mendapati Adelar berdiri menyamping kursi taman dan memegang sesuatu yang tampaknya warna kecoklatan yang cair di tangannya. Semakin mendekat ia mulai sadar bahwa itu coklat yang Adelar kasih dan coklat itu sudah meleleh.
"Ad, emmmm..maaf aku tidak tahu mengapa coklat itu ada disini"
"Apakah coklat ini jalan sendiri"
"hey, hehe maksud ku bukan itu, sepertinya aku lupa menaruhnya kedalam tas lagi"
"Kau sempat memakannya?"
"Tidak, tadi yang makan Sandy.. Ia melihat aku mengeluarkan coklat dari tas"
"Jadi kau belum makan ini sedikit pun?"
"Belum, tapi...."
"Sudah lah,tidak apa..ini akan ku buang saja"
"Hei, mengapa kau membuangnya..itu kan bisa di dingin kan kembali"
Aram mencoba menghentikan Adelar membuang coklat yang meleleh di tangannya. Namun sia sia saja, Adelar enggan menanggapi dan membuang coklat itu ke tong sampah.
Aku menyesal memberikan coklat itu padanya, dia tidak menghargai sedikit pun, memalukan !
*****
'Happy Reading'
Yessika Simbolon