"Buat lo," kata Galang seraya menyodorkan satu permen dan air mineral botol pada Aine.
Aine sedikit kaget menyadari kehadiran Galang. Pasalnya cowok itu tadi pamit pergi setelah mereka sampai di lapangan futsal sekolah yang ternyata sudah sepi tidak ada kegiatan ekstrakurikuler di laksanakan.
Dia kira Galang akan pergi lama, ternyata sepuluh menit pun tidak sampai, ia sudah kembali.
Dengan cepat Aine melemparkan puntung rokok yang tersisa setengah itu ke tanah lalu menginjaknya hingga padam.
"Lo ngerokok?" tanya Galang yang dari wajahnya sudah tampak tak terkejut lagi.
Dia mengambil posisi duduk menghadap Aine.
"Pertanyaan tolol," jawab Aine bengis.
Ia paling tidak suka dengan pertanyaan basa-basi. Kecuali ia yang bertanya. Orang cantik mah bebas.
"Cewek yang image nya baik-baik kek lo ternyata bejat juga ya," ujar Galang santai.
"Jijik lo ngeliat cewek ngerokok?" tanya Aine seraya membuang muka.
Ini pertama kalinya ada orang yang melihatnya merokok. Selama ini tidak ada yang mengetahui kebiasaan buruknya itu. Tapi tak apa. Asalkan perilaku bejat nya yang lain masih tersimpan rapi, ia aman.
"Gak. Itu hak asasi setiap manusia."
Galang memberikan jawaban di sertai senyuman lebar. Senyum yang jarang sekali terlihat di raut wajahnya yang selalu tampil datar dengan tatapan yang menakutkan.
"Bagus deh. Makasih ya buat air mineral dan ini permen." Aine membuka bungkus permen rasa strawberry itu, lalu memasukkannya dalam mulut.
"Itu gak gratis. Bay-"
"Lo itung aja utang gue sama lo berapa," potong Aine cepat. Kupingnya sensi sekali mendengar kata hutang.
Galang memperhatikan Aine dengan seksama. Setiap inci wajah gadis itu tidak ada yang tidak mempesona. Terlebih lagi lesung pipit yang Aine punya. Menambah kesan manis di wajahnya yang jutek.
"Lo suka 'kan sama gue?"
Mata Galang membulat mendengar kalimat yang terlontar dari cewek di depannya itu.
"Lo gila?"
Aine menggeleng, "Enggaklah. Lo kali yang gila," balasnya ketus.
"Percaya diri itu boleh. Yang gak boleh itu terlalu percaya diri sampai nganggep semua orang itu suka sama lo!" seloroh Galang yang tidak terlalu di tanggapi Aine. Gadis itu fokus memandang langit sore dengan kaki yang terjulur ke depan.
"Woy gue lagi ngomong sama lo," kesak Galang karna di abaikan Aine.
Aine melirik nya sekilas, "Sorry. Gue cuma mau ngomong sama orang yang suka gue," jawabnya simple.
Sontak saja jawabannya itu membuat mulut Galang menganga lebar hingga menjatuhkan rahang.
"Lo bener-bener ya. Nyebelin banget gila jadi cewek. Modelan gini yang katanya primadona sekolah sampe ngebuat cowok-cowok bertekuk lutut di depan lo?"
Galang berkata tak percaya, "Gue yakin mereka semua pasti buta," lanjutnya.
Tanpa di duga, kali ini Aine merespon ucapannya, "Hati-hati, nanti lo sendiri lagi yang buta karna cinta sama gue," ujar Aine mengangkat bibirnya ke atas, kemudian mengedipkan sebelah matanya.
"Aine."
Kedua nya kompak menoleh ke belakang ke arah sumber suara. Rupanya ada Abay.
Tapi ada yang berbeda dengan tatapan Abay kali ini. Bahkan aura panas bisa di rasakan Aine antara Abay dan lelaki yang sekarang berdiri di sampingnya itu.
"Pulang sekarang," ucap Abay tanpa babibu menarik tangan Aine.
"E-eh Abay tunggu dulu. Kenapa sih? Duluan aja kalau mau pulang. Lagian gue juga biasanya pulang sendiri," ujar Aine kebingungan.
Terlebih dengan Galang yang hanya diam saja dengan ekspresi wajah juga sama kagetnya melihat Abay.
Namun Abay terus memaksa nya untuk berjalan menjauh.
"Abay lepasin sakit tolol!" seru Aine meringis sakit karna tarikan kuat tangan Abay di lengannya.
Nafas Abay terlihat menggebu-gebu. Dadanya naik turun seperti tengah menahan amarah. Bibirnya menggelatup, "Gak mau tau, apapun alasannya gue gak mau lagi liat lo deket sama cowok itu," tekan Abay.
"Maksud lo Galang?"
Abay membuang muka, lalu meraih helm dan memasang nya di kepala Aine, "Naik," perintah nya.
Mau tidak mau, Aine pun naik ke motor Abay. Queen bullyng itu pulang dengan rasa penasaran sekaligus bingung yang menyergap pikirannya.
Sekilas Aine melihat Galang yang berjalan menuju parkiran. Tatapan keduanya sempar bertubrukan, sebelum Galang mengalihkan pandangannya.
*****
Senyum di bibir Aine terbit, ia sudah mencari keberadaan Abay dari tadi dan menemukan sepupu nya itu berada di halaman belakang.
Sebenarnya ia merasa tidak nyaman atas pertemuan Abay dan Galang di sekolah tadi. Rasanya Aine ingin bertanya sekali banyak hal tentang keduanya.
Aine berdiri di belakang tubuh Abay. Pria itu nampaknya juga sudah selesai menelepon.
"Bay," panggil Aine sambil memegang pundak Abay pelan.
Abay menoleh ke arah Aine, lalu cepat-cepat menyembunyikan ponselnya, "Eh, Ai. Sejak kapan lo disini?"
"Baru."
Aine menangkap gerak-gerik mencurigakan dari sepupu nya itu, ekspresi Abay ia ia lihat kali ini pun terasa beda. Tak ada aura-aura kekonyolan yang terpancar. Terganti dengan Abay dengan tatapan matanya yang serius.
"Lo oke?"
"Apanya? Oh, lo mau minta gue bikinin susu cokelat ya? Yaudah tunggu bentar."
Aine menyusul Abay yang pergi kearah dapur. Padahal bukan itu tujuan utamanya.
"Bay lo keliatan gelisah banget, kenapa?" tanya Aine karna Abay yang terus menatap pergerakan jarum jam yang terpasang di pergelangan tangan. Waktu terus berlalu tanpa ia sadari.
"Ah, enggak," jawab Abay sekilas seraya mengaduk susu.
Aine menimbang apa tidak apa jika bertanya sekarang? Tapi bagaimana jika yang ia dapatkan hanya tatapan kesal Abay?
"Lo kenal sama Galang?" tanyanya ragu-ragu.
Jelas Aine bingung kalau sampai Abay ternyata mengenal Galang. Kan Abay murid baru di sekolahnya.
"Bay jawab dong," rengek nya karna Abay hanya diam.
"Nggak."
"Terus kalau enggak kenapa lo ngelarang gue buat deket-deket dia?"
Abay menaikkan kedua alisnya, "Karna gue gak suka aja."
"Ck. Ribet lo. Orang dia gak ngapa-ngapaian. Ya meskipun mulutnya pedes pake banget, tapi dia kayaknya cowok baik.
"Ta-"
"Udahlah Bay, lagian wajar aja kalau dia mau deketin gue. Secara gue kan cantik hahaha gak kayak si cupu jelek itu cuih najis!" tutur Aine mengingat wajah jerawatan Elea.
Abay berdecak sebal, "Lo tuh kenapa gampang banget sih di deketin?"
"Maksud lo gue murahan gitu? Eh! Ati-ati ya kalau ngomong!" bentak Aine, matanya seketika jadi panas. Hatinya berdenyut sakit lantaran ucapan Abay yang secara tidak langsung menghina dirinya.
Ia pun langsung berlari ke kamar dan mengunci pintu. Tak lupa sengaja menutup pintu kamar dengan cara membantingnya keras. Biarkan saja! Biar Abay tau kalau kali ini ia benar-benar marah.
Di bawah sana, Abay mengacak rambut frustasi sambil mengumpati Galang.
Sial. Gara-gara musuh nya itu, Abay jadi harus marahan lagi dengan Aine. Mana membujuk gadis itu sama susah nya dengan memecah teka-teki siapa dalang di balik kecelakaan sang sahabat.
Drrtt drrttt....
Pandangan Aine berpindah pada ponsel yang bergetar di atas meja.
Dengan wajah sembab akibat menangis semalaman, ia mungkin akan terlambat hari ini ke sekolah. Mana perutnya keroncongan lapar.
Puyu is callingg.....
"Aine!" teriak seorang wanita yang Aine yakini itu adalah Kaia.
Buru buru Aine menjauhkan benda pipih itu dari telinganya.
"Lo deket ya sama Galang?!"
Aine yang masih di serang rasa kantuk, seketika melotot kaget. Dari mana Kaia tau jika ia dekat dengan Galang? Ah, tidak-tidak. Walaupun tidak bisa di bilang dekat, tapi tetap saja ini membingungkan.
"Enggak. Emangnya kenapa sih?"
"Lo cepetan ke sekolah sekarang, bentar lagi bel bunyi."
"Tap-"
"Biar di sekolah aja gue ceritain!"
Tutttt
Call ended
Tak ingin terlalu lama di buat penasaran, Aine langsung buru-buru masuk ke kamar mandi. Tapi langkah nya terhenti karna handphone nya kembali berbunyi.
"Katanya tadi di ceritain di sekolah aja!" seru Aine tanpa melihat dulu siapa yang menelfon.
Bunyi dekhaman dari seberang sana menyadarkan Aine. Ia membekap mulutnya kaget karna sang pacar online lah yang menelfon.
Gadis yang masih memakai piyama tidur itu melempar handuknya dan kembali duduk di kasur.
"Astaga sayang!! Kemana aja, sih? Kenapa baru nelfon sekarang? Aku kangen tauuu," ucap nya manja sambil mengerucut kan bibir.
Pacar nya yang Aine sering panggil dengan sebutan Pasha itu alias Pacar Rahasia Aine terkekeh pelan mendengar nada ngambek dari sang gadis.
"Hahaha maaf ya? Aku akhir-akhir ini sibuk banget. Aku kira kamu gak angkat telfon aku," ucap Pasha.
"Iya gak pa-pa kok, aku ngerti. Kan kita berdua punya kesibukan masing-masing," sahut Aine mengesampingkan egonya.
"Kamu belum berangkat sekolah? Ini udah siang lho Ai."
Iya. Aine sudah memustukan untuk jujur pada Pasha jika nama aslinya Aine. Walau lelaki itu masih nyaman dengan status palsu nya.
"Sebenernya tadi udah mau mandi-"
"Oh kalau gitu udahan dulu gak pa-pa. Nanti kamu telat lagi."
"Ih gak mauu. Aku kan masih kangen. Kamu gak kangen ya sama aku?"
Helaan nafas Pasha terdengar berat, "Kangen dong Ai. Aku janji ntar malem aku telfon lagi oke? Sekarang kamu mandi, siap-siap ke sekolah, have a nice day nona cantik."
Bahkan Pasha sudah mematikan telfon sebelum Aine membalas ucapan have a nice day nya.