Loading...
Logo TinLit
Read Story - Jelek? Siapa takut!
MENU
About Us  

Sore-sore seperti saat ini memang sangat cocok menikmati semangkuk indomie hangat dan segelas susu coklat di taman belakang rumah. Tak lupa dengan sebuah buku novel remaja yang siap untuk dibaca.

Notifikasi dari ponsel yang terus-terusan masuk karna komentar-komentar yang menghiasi laman akun sosial medianya karna ia yang beberapa menit lalu memposting sebuah foto selfie di kamar, cepat-cepat ia pilih mode silent.

"Berisik banget sih para manusia insecure," kata nya di depan layar ponsel.

Angin sepoy-sepoy seketika menerpa wajah cantik Aine saat ia akan menyuap satu sendok mie ke mulutnya, disusul dengan rintik-rintik hujan yang mulai turun membasahi bumi.

"Yah pake acara hujan segala lagi," dengusnya sebal.

Raut wajah yang semula berseri-seri, kini terganti dengan wajah masam khas Aine. Gadis angkuh itu mengembungkan pipi kesal dan menatap langit dengan pandangan marah.

Kepala nya tertunduk, menatap nanar makanan dan minuman yang ia masak dengan sepenuh hati tadi sekarang penuh dengan air hujan.

Aine berdiri menghentakkan kakinya. Setelah itu berlari ke halaman depan rumah. Menari-nari di bawah hujan dan langit mendung.

Ia tak lagi peduli pada semangkuk indomie, susu kesukaannya, maupun novel remaja yang baru saja ia beli kemarin sore.

Yang terpenting sekarang adalah dirinya bisa mandi hujan setelah sekian lama musim kemarau melanda kotanya.

Kesombongan, keangkuhan, kemarahan yang ada di dalam hati nya seolah hilang begitu saja. Tergantikan dengan Aine yang bermain di bawah air hujan bak anak kecil umur enam tahun yang belum mengerti apa-apa. Termasuk kecantikan.

Aine bahagia. Sangat bahagia. Bahkan rasanya lebih membahagiakan dari pujian yang datang dari mulut palsu seseorang.

Sebelum senyumnya pudar karna teriakan sepupunya, Abay, yang mengancam akan mengadu pada Bundanya.

"Nyebelin lo!"

"Wleee."

******

Sudah lima menit Aine hanya berdiri di depan rak buku yang menjulang tinggi tanpa bisa berbuat apa-apa.

Susah payah ia berjinjit untuk mengambil salah satu buku yang terpajang tapi masih tak bisa ia gapai.
Aine memutar otaknya, berusaha menemukan ide untuk mengambil buku tersebut. Sebenarnya bisa saja ia meminta tolong pada karyawan atau orang yang berada di sampingnya sekarang. Tapi entahlah, ia sedang tidak minat untuk mencari perhatian dengan menggunakan wajah cantiknya.

Apalagi dengan kata-kata yang di lontarkan Aga seminggu yang lalu. Semuanya masih melekat jelas di ingatan. Dan sudah seminggu pula ia tak melihat batang hidung lelaki dingin itu.

Ini semua karna kecerobohannya kemarin sore. Coba saja ia tidak membiarkan novel milik Bundanya basah karna hujan, pasti sekarang ia sudah bersantai di kamar sambil chatting dengan pacar online tercinta

Sepertinya, beberapa minggu belakangan ini hidupnya selalu di hantui dengan kesialan.

Atau justru orang lain yang hidupnya penuh kesialan karna dirinya?

Meski toko buku ini letaknya tak terlalu jauh dari rumahnya, tetap saja Aine merasa malas untuk datang.

Biasanya dulu ia sangat bersemangat untuk membeli novel-novel dengan berbagai genre atau sekedar menumpang baca saja. Tapi sekarang? Entahlah.

Dia rasa toko buku ini suasana nya sudah berubah sejak pemilik toko memutuskan untuk berhenti berjaga dan menyuruh anaknya untuk mengambil alih.

Bapak pemilik toko ini dulu sangat ramah dan murah senyum. Saking sering nya Aine datang, keduanya sampai akrab.

"Aw!" pekik Aine kecil. Kaget karna tak sadar menyenggol orang yang sedang duduk di belokan lorong rak buku.

Jadi dari tadi ia sudah jalan tanpa ia sendiri sadari?

"G-gue anu itu apa?" gagapnya tiba-tiba, membuat pemuda di depannya itu menaikkan satu alis nya.

Tunggu! Sepertinya dia kenal dengan sorot mata familiar itu.

"Kalau jalan liat-liat. Ini toko buku, bukan toko bangunan," ketusnya yang terdengar marah.

Tentu saja Aine tak terima di marahi seperti itu. Ya meski memang salahnya.

"Emang nya toko buku ini punya bonyok lo? Bu-"

"Iya. Toko buku ini punya orang tua gue," jawabnya memotong ucapan Aine.

Tanpa menunggu balasan dari dia, laki-laki dengan masker yang menutup setengah wajahnya itu berdiri dari duduknya dengan buku bacaan yang dengan cepat ia masukkan ke dalam kantong jaket hitam.

"Buku yang mau lo ambil tadi bisa langsung lo bayar di kasir," ucapnya singkat, lalu berlalu pergi.

Mendengar kata bayar, Aine segera meraba kantongnya dan benar saja, ia lupa membawa uang.

"Eh tunggu dulu dong. Boleh minta bayarin dulu gak? Ntar lo ikut kerumah gue, atau gak lo kasih aja rekening lo nanti gue langsung transfer," ucap Aine tanpa rasa malu.

Biar saja, toh orang cantik bebas melakukan apa pun!

Ini untuk kedua kalinya ia meminta bayar pada lelaki yang berbeda.

Tak di sangka, cowok di depannya itu membuka masker lalu tersenyum mengejek. Terlebih melihat wajah kaget Aina yang menatapnya tak percaya.

"COWOK TOILET?!" pekik Aine yang cepat-cepat ia bekap mulutnya.

"Berisik banget sih! Mulut lo bau tau gak?!" cetusnya mulai memunculkan aura menyebalkan.

"Aw! Sakit bego!" ringisnya perih akibat Aine yang menggigit tangannya.

"Lo!" Aine menunjuk wajah cowok itu, "Lo kan yang waktu itu udah gak ketahan lagi mau berak?!" ia ingat betul kejadian itu.

"Dan lo cewek yang ngatain gue panuan!" balasnya balik menunjuk wajah Aine.

Jujur gadis di depannya ini cantik sekali. Parasnya ayu nan menawan. Mata hitam pekat dengan bulu mata lentik, hidung mancung, wajah nya putih mulus, dan bibirnya yang merah alami dalam beberapa detik sempat membuatnya terpesona.

Namun mengingat mulutnya yang pedas, ia menepis jauh-jauh rasa kagumnya.

Tampaknya, menjadi cowok menyebalkan yang tak berhenti menjahili Aine lebih menarik dari pada menjadi cowok sok cool yang tergila-gila mengejar cinta gadis cantik itu.

Galang bukannya tidak tau dengan siapa ia berhadapan sekarang. Nama gadis itu tenar di mana-mana. Siapa yang tidak mengenal sosok nya yang cantik jelita bahkan masuk nominasi cewek tercantik nomor satu di sekolah mereka?

"Emang lo panuan jelek!" hardik Aine sembari bersedekap dada.

Mungkin dalam hidupnya baru kali ini ia berbohong ngatain orang jelek. Karna sebenarnya cowok bermulut pedas di depannya itu lumayan tampan.

"Sombong amat. Muka dempul aja belagu!" sinisnya bengis pada Aine.

"Ish lo tuh ya! Nyebelin banget sih! Siapa juga yang dempulan?! Orang gue natural begini!" sembur Aine mencak-mencak jengkel.

"Natural apanya? Dandan tuh yang sesuai umur aja Mbak. Ini umur masih delapan belas tahun tapi muka kayak tante-tante. Yang natural itu noh liat, cantik alami pake air wudhu!" ucap Galang sembari menunjuk salah satu pengunjung wanita yang berdiri tak jauh dari mereka.

Dia sepertinya suka adu mulut dengan Aine.

Aine pun menyadari jika berhadapan dengan Galang, ia tidak ada sedikitpun niatan untuk menunjukkan ke jaim an atau image baik yang ia buat-buat.

Bahkan mungkin baru Galang lah yang melihat Aine sebagai sosok gadis dengan tutur kata buruk.

"Cuih. Air wudhu mata lo! Orang dimana-mana kalau mau cantik itu ya dandan! Beli makeup, skincarean bego!" seru Aine galak.

"Lagian juga masih cantikan gue kali dari pada Mbak-Mbak itu. Mata lo tuh buta!" Aine mengibaskan rambutnya sengaja mengenai wajah Galang.

Biasanya mah kalau di hadapan cowok lain, dia akan bertingkah seakan paling tidak mengerti dunia per-skincare an.

Pokoknya di mana-mana ia selalu berkoar tentang rasa percaya diri!

"Make-up mampu kebeli. Giliran beli buku, minta bayarin orang. Gak modal lo!" ejek Galang.

"Gue-"

"Mas Galang, di cari Bapak di ruangan," ucap salah satu pegawai toko yang menghentikan adu mulut mereka berdua.

"Oh Iya Mas. Makasih ya," jawab si cabe man yang Aine baru tau namanya Galang.

Oh Tuhan. Kenapa dia akhir-akhir ini di pertemukan dengan dua cowok sama-sama bermulut tajam!

Satu dingin tak tersentuh tapi sekali ngomong bikin hati nyut-nyutan. Sedangkan yang ini nyebelin dan kalau ngomong gak bisa di rem! Alias nyelekit pedas!

"Woy! Gue belum selesai ngomong jelek!!" pekik Aine yang mendapat teguran dari petugas karna bising. Galang sempat menoleh kebelakang, menjulurkan lidahnya mengejek Aine dengan mata yang menjuling.

"Arghhh nyebelin lo panu!!" geram nya dengan gerakan seolah ingin mencakar Galang.

"Mbak."

"Apa?!"

"Maaf Mbak, buku nya-"

"Iya-iya nih gue balikin!" namun pegawai perempuan itu mencegahnya.

"Lho jangan Mbak. Buku nya biar saya bungkusin di depan ya. Mas Galang bilang ini gratis buat Mbak."

"HA?!"

Pegawa perempuan itu menepuk jidatnya pelan, "Eh salah Mbak. Kata Mas Galang, bukunya di bawa dulu aja, besok dia bakal tagih uangnya."

"APA?!"

Selain menjengkelkan, Galang medit juga ternyata. Tapi ia baru percaya kalau cowok itu pemilik toko buku yang lumayan besar ini.






 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Heliofili
2558      1146     2     
Romance
Hidup yang sedang kami jalani ini hanyalah kumpulan berkas yang pernah kami tandatangani di kehidupan sebelumnya— dari Sastra Purnama
Asoy Geboy
5868      1630     2     
Inspirational
Namanya Geboy, motonya Asoy, tapi hidupnya? Mlehoy! Nggak lengkap rasanya kalau Boy belum dibandingkan dengan Randu, sepupu sekaligus musuh bebuyutannya dari kecil. Setiap hari, ada saja kelebihan cowok itu yang dibicarakan papanya di meja makan. Satu-satunya hal yang bisa Boy banggakan adalah kedudukannya sebagai Ketua Geng Senter. Tapi, siapa sangka? Lomba Kompetensi Siswa yang menjadi p...
Of Girls and Glory
4057      1630     1     
Inspirational
Pada tahun keempatnya di Aqiela Ru'ya, untuk pertama kalinya, Annika harus berbeda kamar dengan Kiara, sahabatnya. Awalnya Annika masih percaya bahwa persahabatan mereka akan tetap utuh seperti biasanya. Namun, Kiara sungguh berubah! Mulai dari lebih banyak bermain dengan klub eksklusif sekolah hingga janji-janji yang tidak ditepati. Annika diam-diam menyusun sebuah rencana untuk mempertahank...
The Skylarked Fate
6878      2071     0     
Fantasy
Gilbert tidak pernah menerima takdir yang diberikan Eros padanya. Bagaimanapun usaha Patricia, Gilbert tidak pernah bisa membalas perasaannya. Seperti itu terus pada reinkarnasi ketujuh. Namun, sebuah fakta meluluhlantakkan perasaan Gilbert. Pada akhirnya, ia diberi kesempatan baru untuk berusaha memperbaiki hubungannya dengan Patricia.
The Arcana : Ace of Wands
164      143     1     
Fantasy
Sejak hilang nya Tobiaz, kota West Montero diserang pasukan berzirah perak yang mengerikan. Zack dan Kay terjebak dalam dunia lain bernama Arcana. Terdiri dari empat Kerajaan, Wands, Swords, Pentacles, dan Cups. Zack harus bertahan dari Nefarion, Ksatria Wands yang ingin merebut pedang api dan membunuhnya. Zack dan Kay berhasil kabur, namun harus berhadapan dengan Pascal, pria aneh yang meminta Z...
Premium
Take My Heart, Mr. Doctor!
6534      1942     2     
Romance
Devana Putri Aryan, seorang gadis remaja pelajar kelas 3 SMA. Ia suka sekali membaca novel. Terkadang ia berharap kisah cintanya bisa seindah kisah di novel-novel yang ia baca. Takdir hidupnya mempertemukan Deva dengan seorang lelaki yang senantiasa menjaganya dan selalu jadi obat untuk kesakitannya. Seorang dokter muda tampan bernama Aditya Iqbal Maulana. Dokter Iqbal berusaha keras agar s...
Romance is the Hook
4694      1545     1     
Romance
Tidak ada hal lain yang ia butuhkan dalam hidupnya selain kebebasan dan balas dendam. Almira Garcia Pradnyani memulai pekerjaannya sebagai editor di Gautama Books dengan satu tujuan besar untuk membuktikan kemampuannya sendiri pada keluarga ibunya. Namun jalan menuju keberhasilan tidaklah mudah. Berawal dari satu kotak cinnamon rolls dan keisengan Reynaldo Pramana membuat Almira menambah satu ...
Adiksi
7695      2305     2     
Inspirational
Tolong ... Siapa pun, tolong aku ... nafsu ini terlalu besar, tangan ini terlalu gatal untuk mencari, dan mata ini tidak bisa menutup karena ingin melihat. Jika saja aku tidak pernah masuk ke dalam perangkap setan ini, mungkin hidupku akan jauh lebih bahagia. Aku menyesal ... Aku menyesal ... Izinkan aku untuk sembuh. Niatku besar, tetapi mengapa ... mengapa nafsu ini juga sama besarnya!...
Kanvas Putih
151      132     0     
Humor
Namaku adalah Hasywa Engkak, yang berarti pengisi kehampaan dan burung hitam kecil. Nama yang memang sangat cocok untuk kehidupanku, hampa dan kecil. Kehidupanku sangat hampa, kosong seperti tidak ada isinya. Meskipun masa depanku terlihat sangat tertata, aku tidak merasakannya. Aku tidak bahagia. Wajahku tersenyum, tetapi hatiku tidak. Aku hidup dalam kebohongan. Berbohong untuk bertahan...
A.P.I (A Perfect Imaginer)
173      147     1     
Fantasy
Seorang pelajar biasa dan pemalas, Robert, diharuskan melakukan petualangan diluar nalarnya ketika seseorang datang ke kamarnya dan mengatakan dia adalah penduduk Dunia Antarklan yang menjemput Robert untuk kembali ke dunia asli Robert. Misi penjemputan ini bersamaan dengan rencana Si Jubah Hitam, sang penguasa Klan Kegelapan, yang akan mencuri sebuah bongkahan dari Klan Api.