Dengan langkah penuh percaya diri, Aine menyusuri koridor menuju
kelas laki-laki yang beberapa hari lalu ia tekadkan dalam hati untuk membuat nya jatuh cinta pada dirinya.
Bibir nya yang di beri sentuhan lipgloss menambah kesan manis di wajah Aine. Bukan hal yang sulit untuknya menemukan informasi tentang siapapun dan apapun. Toh, kecantikannya selalu bisa di andalkan. Kedip mata sekali, di jamin para lelaki akan menuruti apapun kemauannya.
"Eh ada neng geulis. Tumben banget main ke daerah ips, nyari siapa Neng?" tanya salah satu cowok berkulit sawo matang di tengah-tengah rombongan mereka yang lagi nongkrong di depan kelas.
"Ya pasti nyari gue lah!" celetuk yang lain membuatnya mendapatkan sorakan huu dari teman-temannya.
"Yeuu sirik aja lo pada. Lagian dari pada lo semua, Aine pasti bakal milih gue lah kalau mau kencan. Ya gak sayang?" godanya menaik turunkan kedua alis. Dalam hati Aine bergidik ngeri. Demi apapun ia jijik sekali melihat penampilan urak-urakan lelaki itu.
Dih ogah banget kencan sama lo. Najis! Umpatnya dalam hati.
Aine menyelipkan anak rambutnya di telinga, tak lupa mengulas senyuman manis walaupun ia ingin muntah.
"Hahaha bisa aja. Gue lagi nyari Aga. Dia ada di dalam gak ya kira-kira?" tanya Aine ramah.
Para cowok-cowok itu mendesah lesu saat mendengar sosok nama yang di cari si primadona. Saingannya gak main-main bos!
"Maksud lo Agantara?"
Aine menoleh pada cowok yang wajahnya lumayan tampan itu. Ah, Aine tau dia siapa. Si atlet sekolah yang di kenal akan sifat playboy nya.
Kalau tidak salah, seingatnya dulu cowok itu pernah mengirimnya sepucuk surat cinta yang memuakkan dan cokelat mahal di loker Aine. Tapi sayangnya Aine tidak ada gairah untuk membalas semua itu.
"Nah iya hehehe. Boleh tolong panggilin gak?" Aine mengeluarkan jurus puppy eyes nya.
"Boleh. Tapi bales dulu dong surat gue yang lo anggurin gitu aja," kata nya penuh harap. Sedangkan teman-temannya sibuk mentertawakan sambil geleng-geleng kepala melihat si playboy kelas kakap kembali beraksi.
Aine mengusap tengkuknya canggung. Bingung bagaimana cara menjawabnya. Kalau ia jawab jujur, pasti dirinya akan di cap gadis yang jual mahal. Tapi kalau balas Iya, ogah banget ew!
"Kenapa cari gue?"
Pucuk di cinta, bulan bun tiba. Sosok yang ia cari akhirnya keluar kelas juga.
"Gue ada perlu sama lo. Boleh ngobrol bentar gak?"
"Gak."
Demi apapun Aga menolaknya lagi? Di depan para cowok-cowok yang mengejarnya pula. Mau di kemanakan wajah cantiknya?! Apa kata orang yang melihat penolakan memalukan ini?!
"Woilah Ga! Gila bener lo. Cewek secantik Aine mau ngobrol sama lo masa di tolak," ucap cowok yang pertama kali menegur Aine tadi.
Aga melirik wajah Aine yang merah padam menahan malu. Ia sebenarnya malas sekali untuk keluar. Tapi karna cowok-cowok di dalam kelasnya yang pada ribut semua karna kehadiran Aine ke kelas mereka, jadinya dia terpaksa menemui gadis itu.
"Yaudah lo aja yang ngobrol samaa dia," ketus Aga, kemudian berlalu pergi.
"Aga tunggu!" teriak Aine berlari mengejar Aga yang punggungnya sudah hilang dari balik koridor.
"Itu beneran Aga nolak Aine? Goblok banget anjir!" decak nya melongo terheran melihat pemandangan yang tak biasa tadi.
"Kalau Aga goblok, terus lo apa? Tolol? Udah tau surat cinta gak di lirik, ini malah minta bales secara terang-terangan. Harga diri coy!!" seru temannya pada si Playboy yang memasang wajah anteng.
Genan mengusap rambutnya ke belakang, "Ya biasa aja sih. Gue emang gak ada harga diri, tapi gue bisa beli cewek dengan harga murah. Dapet diskon lagi!" balasnya tak mau kalah. Sontak saja ucapannya itu mendapatkan geplakan.
"Tobat lo titisan firaun!" sedangkan ia hanya tertawa saja mendengar umpatan kasar teman-temannya.
"Aga-Aga. Sok-sok an nolak, padahal dulu kagum setengah mati sama dia," gumam Genan sepelan mungkin. Dirinya dan Aga bersahabat dekat, jadi ia tau betul tentang cowok yang dulunya di kenal humoris, tapi sekarang malah sebaliknya. Dingin dan tak tersentuh.
Sayangnya, Genan sendiri tidak tau penyebab nya apa.
"Aga kenapa sih?! Kok jadi cuek gini sama gue?" sebal Aine mengehentak-hentakkan kaki di lantai saat Aga akhirnya berhenti berjalan.
Aga berbalik badan, "Mau lo apa?"
"Ya gue gak mau apa-apa sih. Tapi gue bingung aja kenapa lo jadi berubah gini. Kalau gue ada salah sama lo malem itu, gue minta maaf ya? Oh atau gue balikin aja ya duit lo." Aine merogoh beberapa lembar uang dari saku bajunya.
"Gue gak butuh duit lo," ucap Aga menatapnya datar.
"Tapi Ga, ayolah. Lo cuek banget sih jadi cowok. Mau banget gue kejer-kejer gini?"
Sial. Aine tidak dapat menahan sikap sombongnya yang keluar begitu saja. Lihatlah bagaimana sekarang Aga melihatnya dengan sorot mata jijik.
"Yang mau di kejer-kejer sama lo siapa? Gue bahkan gak tertarik ngobrol sama lo Nona Aine," lontar Aga nyelekit sampai ulu hati.
"Terus kalau lo gak tertarik ngobrol sama gue, kenapa malem itu lo ngebet banget ngajak kenalan ha?!" bentak Aine marah. Dadanya kembang kempis menahan emosi. Kalau saja yang di depannya ini seorang siswa jelek, sudah ia bikin menderita detik ini juga.
Dia masih ingat dengan sangat jelas bagaimana sikap ramah Aga yang berusaha untuk mengajaknya berkenalan. Bahkan sampai mau-mau saja menghantar Aine pulang demi sebuah perkenalan yang gagal.
Tapi hari ini kenapa malah Aine yang seakan ngebet mendekati Aga?
"Kenapa cuma diem? Jawab pertanyaan gue!" serunya karna Aga hanya diam saja.
"Gak ada yang lucu Aga." Ia benci sekali dengan senyum Aga yang penuh akan arti.
Aga mengedikkan bahunya sekilas, "Buat senyum gak harus ada hal lucu. Senyum juga boleh saat ngeliat orang menderita. Benar 'kan?"
Deg
Mendengar nya Aine terdiam seribu kata. Mengapa kalimat itu seperti sindiran untuk dirinya?
"Kenapa diem? Setuju kan sama omongan gue?"
"Enggak. Pemikiran lo kolot!" sembur Aine demi menutupi kegugupannya.
"Oh ya?" Aga menyunggingkan bibir tebalnya keatas. Matanya menyorot tubuh Aine dari atas sampai bawah, kemudian menggeleng kan kepala.
"Gue bingung sama cowok-cowok yang tergila-gila sama lo. Apa sih special nya diri seorang Aine? Gue rasa gak ada."
Aga mendekatkan wajahnya perlahan, membuat Aine salah tingkah dan tanpa sadar memejamkan matanya. Lalu kata-kata yang di bisikkan Aga di telinganya, membuat Aine tercengang dengan dada yang berdebar kencang menahan amarah yang bergejolak.
"Lo gak lebih dari seorang gadis sombong yang terlalu mengandalkan sebuah kecantikan."
Aga tak bereaksi apa-apa kala Aine mendorong tubuhnya ke belakang. Kobaran api yang terpancar di mata hitam pekat gadis itu bisa ia lihat dengan sangat jelas.
"Gue sumpahin lo jatuh cinta sama cewek jelek, buruk rupa, sekaligus bodoh!" teriak Aine tepat di depan wajah Aga yang tampak setenang lautan.
JDARRR
Petir seketika menyambar di langit yang tiba-tiba mendung. Aine jadi ngeri sendiri dengan sumpahan nya tadi.
"Ya, semoga Tuhan mengabulkan do'a lo," balas Aga semakin menbuat kemarahan Aine meningkat. Ia pun berlalu pergi tanpa merasa bersalah sedikitpun.