Sok polos, tukang bully, dan naif. Kalau ditanya emang ada cewek kayak gitu? Jawabannya ada! Aine namanya. Di anugerahi wajah yang terpahat hampir sempurna membuat tingkat kepercayaan diri gadis itu melampaui batas kesombongannya.

Walau dikenal jomblo abadi di dunia nyata, tapi diam-diam Ai...Read More >>"> Jelek? Siapa takut! (Chapter 4. Duh! Lupa kenalan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Jelek? Siapa takut!
MENU
About Us  

"Kenalan nya nanti aja. Sekarang lo mau apa?" tanyanya lembut.

Aine mengangguk setuju. Matanya jelalatan ke setiap sudut jualan, "Yaudah. Gue mau apa ya? Gu-"

"Please jangan jawab terserah," potong lelaki itu seolah tau apa yang akan gadis di depannya ini katakan. Jawaban itu sudah terlalu melekat di otak nya. Jawaban yang 'mungkin' akan dilontarkan perempuan pada umumnya.

Aine berdecak kesal, "Ck! Gak usah samain gue sama cewek lain, ya," dengus nya tak suka.

"Eh?"

"Iya. Lo pasti ngira gue bakal jawab terserah 'kan? Enak aja! Gue selalu punya jawaban sendiri tau," sungutnya merajuk.

Cowok dengan paras tampan itu terkekeh pelan, "Iya-iya." diluar dugaan, tangan kekar nya dengan lancang mengacak rambut Aine. Apa-apaan dirinya ini, di sentuh laki-laki yang tak dikenalnya.

Aine blushing. Terhitung sudah kesekian kalinya laki-laki ini membuat nya tersipu malu. Tadi karna ucapan sekarang tingkah laku. Kurang ajar sekali dia. Dia sampai lupa dengan pacar onlinenya yang pasti sudah menunggu sosial medianya aktif.

Seolah tersadar akan tindakan nya, laki-laki itu segera meminta maaf tak enakan. "Duh kepegang lagi. Sorry."

"Iya, santai aja."

"Jadi lo mau makan apa?"

"Menurut lo enak nya makan apa?" tanya Aine balik. Dia memang bukan tipikal orang yang mudah memilih.

Terlihat lelaki itu berpikir sebentar sebelum menjawab. Tangannya mengusap dagunya, "Em, kita kesana aja, ya?" tunjuk nya pada sebuah gerobak bakso bakar.

"Kesana?"

Lelaki itu mengangguk, "Iya, Ai. Banyak makanan enak-enak tadi. Udah gue incip semua," kata dia menyakinkan bahwa makanan itu rasanya enak.

"Yaudah, ayo!" tanpa sadar Aine menautkan jari-jari kecilnya dengan telapak tangan besar milik lelaki itu. Dia terlalu bersemangat. Melihat kelakuan nya yang tiba-tiba, membuat sudut bibir lelaki itu melengkung.

Sesampainya digerobak jualan, tanpa babibubebo, ia langsung teriak tanpa memperhatikan orang sekitar yang tengah antri.

"Mang beli!" jeritnya kuat dengan nada khas seorang anak kecil yang sedang jajan diwarung sambil memainkan beras.

"Iya Neng?" tanya Mamang bakso, sedangkan tangan nya sibuk mengoles-oles kan bumbu pada makanan yang ditusuk itu.

"Bakso bakar nya berapaan mang?" tanya Ainedengan meneguk salivanya. Perutnya saat ini keroncongan. Dia lapar.

"Dua rebu neng."

"Oh. Jelek," panggil nya pada lelaki itu yang berada tepat di belakangnya.

"Hm?"

"Mau beli berapa biji?"

"Terserah lo aja," jawab nya singkat.

"Mang, pesan bakso bakarnya 20 biji ya?" pinta nya menyengir kuda.

Sebagai jawaban mamang tukang bakso mengacungkan jari yang membentuk 'oke'

"Pedes apa manis Neng?"

"Campur aja mang," jawabnya cepat.

Ena, menit kemudian, bakso bakar pesanan nya pun jadi. Lumayan cepat, meskipun dirinya harus rela antri walau hanya sebentar. Tentu saja beberapa cowok yang seumuran dengannya curi-curi pandang.

"Psstt. Bayar!" perintah Aine memberi kode.

"Siap tuan putri," balas nya dengan gerakan hormat.

Selepas membayar, mereka berdua pun mencari tempat untuk menikmati makanan. Ya sekalian mengobrol. Lelaki itu mengedarkan pandangan, dan matanya tertuju pada sebuah bukit kecil yang lebih mirip tumpukan tanah didekat air mancur.

"Kita kesana aja." tanpa menunggu jawaban Aine, ia langsung menarik tangan Aine diiringi lari kecil.

"Nah! Ayok duduk," ucap nya dengan tangan yang sibuk membersihkan tempat duduk bagian Aine.

"Iya, makasih."

Kriuk krukk (suara bunyi perut)

"Eh?" lelaki itu terkekeh ringan melihat ekspresi gadis disampingnya yang tampak malu-malu.

"Sorry, ya," ucap Aine dengan cengengesan. Malu sedikit.

"Lo laper banget ya? Sampe bunyi gitu." tunjuk nya pada perut Aine yang datar.

"Hehehe, iya," jawabnya tak enakan dengan tangan yang menyelipkan anak rambut.

"Yaudah, makan gih." tanpa malu-malu, Aine melahap makanan dengan semangat. Persetan dengan rasa malu, yang penting ia kenyang. Beruntung banget, sih, gue. Dijajanin gini hihihi. batinnya bersorak senang.

"Lo mau?" disodorkan nya bungkusan plastik yang isinya masih setengah.

Lelaki itu menggeleng pelan, "Nggak. Makan aja," tolak nya.

Suasana hening menyelimuti mereka berdua. Dirinya yang sibuk memandang lalu lalang orang-orang yang lewat, dan Aine yang sibuk dengan makanan nya.

"Ai?" panggil nya pada Aine yang tengah mengunyah.

"Hm?" sahut Aine. Dia sudah tidak terlalu memperdulikan dari mana lelaki itu tau namanya.

"Lo tadi kesini sama siapa? Sendirian, ya?" tanya nya mengulang pertanyaan yang sempat ia lontarkan tadi.

"Nggak," ia menggeleng.

"Terus sama siapa? Kenapa tadi gue liat lo sendirian?" tanya nya bertubi-tubi.

"Gue tadi kesini sama temen. Tapi tiba-tiba dia ninggalin gitu aja," jawab Aine dengan raut wajah murung. Sengaja berbohong, malas untuk mengakui Abay sebagai sepupu.

Ini semua gara-gara Abay. Awas Lo, Bay!

"Kayak dia yang ninggalin pas sayang-sayang nya, ya?" Aine tertawa renyah dengan lelucon yang diucapkan laki-laki itu.

"Bisa aja kutu parit. Pengalaman ya? Hahaha becanda."

"Cewek apa cowok Ai?"

"Siapa?" tanya Aine jahil sengaja.

"Lo," jawab nya malas.

Ia terkekeh pelan,"Hihihi ngambek ni ya ngambek. Cielah." tangan Aine menusuk-nusuk pipi si cowok.

"Lagian lo sih," sebalnya pura-pura merajuk.

"Ya mangap."

"Heh! Kan tadi udah dibilangin, minta maaf yang benar."

"Iya maaf ya Jelek," ucap nya, "Cowok. Temen gue itu cowok," sambung nya kemudian.

"Oh. Temen apa pacar?" lelaki itu memicingkan mata curiga.

"Banyak tanya banget lo. Wartawan, ya?"

"Serius." lelaki itu menampilkan wajah datar.

"Temen, lah! Gue jomblo tau," sungutnya. Jomblo di dunia nyata, lanjutnya dalam hati.

"Syukurlah," gumam lelaki itu.

"Apa?"

"Apa? Enggak apa-apa,"

"Gak jelas banget," Aine tertawa lepas melihat ekspresi bodoh lelaki itu.

"Terus aja ketawa terus,"

"Dih ngambekan," ejek nya, "Kalau lo sama siapa kesini? Sendirian juga?" tanya Aine.

"Enggak. Tadi sama temen. Rombongan malah," jawab nya jujur.

"Terus kenapa lo sendirian tadi? Teman lo mana?" giliran ia yang banyak tanya.

"Banyak tanya banget lo. Wartawan ya?" laki-laki itu meniru ucapan Aine beberapa saat yang lalu.

"Eh? Hahahah sialan. Copas lo."

"Biarin. Btw temen gue tadi udah pulang duluan," cerita nya singkat.

"Terus kenapa lo masih ada disini? Mau nyopet, ya, lo?" selidik Aine.

Laki-laki itu membulatkan mata terkejut, "Lo ini, ya! Kayak nya demen banget nuduh-nuduh orang. Perdagangan manusia, cenayang lah, sekarang? Copet lah," cerocos nya.

"Bodoamat gak denger pake bh." Aine menutup telinganya pura-pura tak mendengar.

"Warna item ya Ai?" tebak lelaki itu mesum.

Bukk

"Adaww! Sakit hei," ringis nya pura-pura kesakitan dengan pukulan Aine. Biarin deh. Yang penting dia seneng, batin nya.

"Sukurin! Siapa suruh jadi orang hentai."

"Wibu ya?" tanya nya saat mendengar kata yang tak asing di telinga nya.

"Apaan?"

"Itu tadi, 'hentai',"

"Oh, bukan bego. Gue cuma pernah denger teman cowok gue sering ngomong gitu. Pas gue tanya artinya, mesum 'kan?" lelaki itu mengangguk.

"Banyak banget kayaknya temen cowok. Habis ini kita mau kemana lagi?"

"Nyari Gulali!" jerit Aine girang setelah menelan habis bakso bakar terakhirnya.

"Let's go, princess!"

Setelah itu mereka berdua menjelajahi setiap penjuru makanan berharap mendapatkan gulali.

"Nah, lo tunggu di sini, gue aja yang beliin, " ujar laki-laki itu.

"Gak! Gue mau ikut. Tadi temen gue juga gitu, di suruh nunggu ujung-ujung nya di tinggal," rengek Aine.

"Yaudah, itu tuh di sana stan nya." tunjuk nya pada stan yang menyediakan gulali.

"Ayo!"

Baru saja Kiu melangkah kan kaki nya, tiba-tiba perasaan nya tak enak kala melihat punggung seseorang yang tampak familiar di mata nya tengah berdiri didepan stan yang akan mereka tuju.

"Cowok toilet?" gumam Aine menajamkan penglihatan. Ah, dia jadi badmood. Pasti cowok toilet itu bakal ngeledeknya lagi.

"Kita pulang aja deh."

"Lho kok pulang?" tanya nya bingung.

"Udah gak mood lagi."

Lelaki itu mengangguk paham, "Oh yaudah, ayo pulang."

"Nggak."

"Ha? Tadi katanya mau pulang. Sekarang enggak. Maunya apa sih?"

"Maksudnya kita pulang, tapi gue nunggu di parkiran dan lo yang beli gulali," perintah Aine seraya membuang hingus di pinggir selokan.

"Apa liat-liat? Mau ingus? Nih-nih," dengan jahilnya ia mengelap bekas ingusnya pada kaus yang dipakai lelaki itu. Tapi tak ada sedikitpun raut wajah jijik yang di tampilkan si cowok.

"Eh? Lo gak jijik? Ini ingus lho! Ingus," tunjuk nya pada ingus nya yang berwarna putih.

"Nggak."

"Yaudah sana gih. Ngapain masih disini?"

"Bentar. Kenapa lo gak mau ikut?" tanya nya bingung.

"Anu. Gue capek jalan. Ah udah ah, sana cepetan! Kalau gak pergi sekarang gu-"

"Iya princees," jawab nya cepat dengan gerakan tubuh bak seorang prajurit. Aine mengulum senyumnya

"Yaudah, gue tunggu di sana, ya!"

***

Semilir angin dan udara yang dingin membuat Aine tanpa sadar melingkarkan tangan nya pada pinggang lelaki tak di kenalnya itu.

"Jelek," panggil nya pada dia yang fokus menyetir.

Tuk

"Woy!" ia memekik karna panggilan nya tak di sahut. Tak lupa dengan pukulan di helm milik laki-laki itu.

"Apa?" tanyanya dengan sedikit berteriak.

"Enggak," jawab Aine datar. Tak ada obrolan lagi setelah itu, hanya keheningan yang menyelimuti kedua nya.

"Ai?" tak ada sahutan. Ia melirik Aine dari spion. Gadis itu tertidur rupanya. Untung saja alamat rumah Aine sudah ia sebutkan. Cowok itu lantas memegang erat tangan Aine di pinggangnya agar Aine tidak jatuh.

Jarak dari alun-alun kota kerumah Aine tidak lah lama. Hanya memerlukan waktu 20 menit untuk sampai dirumah nya.

Ia bergumam, "Rumah nya yang mana, ya?"

"Mau bangunin tapi gak tega. Hadeh," dengan sedikit terpaksa lelaki itu berusaha membangunkan Aine yang sudah sampai di pulau kapuk.

"Ai? Bangun Ai, bangun," belum ada tanda-tanda pergerakan.

"Ai bangun!"

Berhasil!

"Hoam. Udah nyampe, ya?" tanya nya setengah sadar. Nyawanya belum terkumpul sepenuhnya.

"Udah."

"Lho kok berhenti depan gerbang?"

"Ya kan aku gak tau rumah kamu yang mana," jawab nya kikuk.

"Mamang satpam kemana, ya?" Lelaki itu mengedikkan bahu tak tahu.

"Yaudah lurus aja. Ntar aku tunjukin rumah gue." lelaki itu mengangguk dan tancap gas.

"Nah! Itu tuh rumah gue. Yang cat putih," tunjuk nya pada rumah dengan gaya klasik sederhana dengan halaman luas di depan nya.

"Itu?"

"Iya."

Selepas ia turun dari motor, mereka berdua tengah berdiri di depan pagar.

"Makasih banget ya lo udah nemenin gue jalan-jalan malam ini. Ya walau pun gak sengaja sih hehe," ucap nya dengan tawa kecil di akhir kalimat, "Traktir gue lagi," katanya di iringi senyum termanis nya.

"Sama-sama. Gulali nya mana?"

"Eh? Gulali nya udah gue makan di motor tadi."

"Gak malu lo di liatin orang-orang?" Dia hanya menggelengkan kepala tanda 'tak malu'.

"Ngapain malu? Orang gue cantik."

"Iya deh. Gue cuma nanya doang tadi," tutur nya, "Gue boleh nanya?"

"Satu pertanyaan seribu. Mau?" canda Aine.

"Hahaha. Gue serius."

"Iyeeee, becanda doang. Mau nanya apa?"

"Kenapa tadi tiba-tiba minta pulang?" tanya nya penasaran.

"Soal itu-" terhenti sebentar.

"Aduhhh perut gue sakit banget. Gue masuk duluan, ya! Dadahh hati-hati." Kata nya dengan tangan yang memegang perut seolah-olah tengah menahan sakit. Melihat orang di depan nya tengah ber acting membuat lelaki itu mendengkus paham.

"Tapi Ai-" melihat laki-laki di hadapan nya ini ingin berbicara lagi, dengan cepat dirinya berlari masuk kedalam rumah.

"JANGAN LUPA TUTUP GERBANG!" teriak Aine di sela-sela larinya.

Cowok itu berdiri termangu.

"Kayak ada yang kurang, tapi apa?" gumamnya seraya mengaitkan helm yang dipakai Aine tadi.

"Astaga kenalan!" dia mendongak keatas kearah ruangan yang sepertinya itu kamar Aine karna lampu yang baru saja dihidupkan,

"Hey! Lo belum tau nama gue!"

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Premium
Dunia Tanpa Gadget
7845      2335     32     
True Story
Muridmurid SMA 2 atau biasa disebut SMADA menjunjung tinggi toleransi meskipun mereka terdiri dari suku agama dan ras yang berbedabeda Perselisihan di antara mereka tidak pernah dipicu oleh perbedaan suku agama dan ras tetapi lebih kepada kepentingan dan perasaan pribadi Mereka tidak pernah melecehkan teman mereka dari golongan minoritas Bersama mereka menjalani hidup masa remaja mereka dengan ko...
Seharap
4411      1960     0     
Inspirational
Tisha tidak pernah menyangka, keberaniannya menyanggupi tantangan dari sang kakak untuk mendekati seorang pengunjung setia perpustakaan akan menyeretnya pada sebuah hubungan yang meresahkan. Segala kepasifan dan keteraturan Tisha terusik. Dia yang terbiasa menyendiri dalam sepi harus terlibat berbagai aktivitas sosial yang selama ini sangat dihindari. Akankah Tisha bisa melepaskan diri dan ...
Unlosing You
264      175     4     
Romance
... Naas nya, Kiran harus menerima keputusan guru untuk duduk sebangku dengan Aldo--cowok dingin itu. Lambat laun menjalin persahabatan, membuat Kiran sadar bahwa dia terus penasaran dengan cerita tentang Aldo dan tercebur ke dalam lubang perasaan di antara mereka. Bisakah Kiran melepaskannya?
The Skylarked Fate
4097      1508     0     
Fantasy
Gilbert tidak pernah menerima takdir yang diberikan Eros padanya. Bagaimanapun usaha Patricia, Gilbert tidak pernah bisa membalas perasaannya. Seperti itu terus pada reinkarnasi ketujuh. Namun, sebuah fakta meluluhlantakkan perasaan Gilbert. Pada akhirnya, ia diberi kesempatan baru untuk berusaha memperbaiki hubungannya dengan Patricia.
Lebih dari Cinta Rahwana kepada Sinta
541      420     0     
Romance
Pernahkan mendengarkan kisah Ramayana? Jika pernah mendengarnya, cerita ini hampir memiliki kisah yang sama dengan romansa dua sejoli ini. Namun, bukan cerita Rama dan Sinta yang akan diceritakan. Namun keagungan cinta Rahwana kepada Sinta yang akan diulas dalam cerita ini. Betapa agung dan hormatnya Rahwana, raksasa yang merajai Alengka dengan segala kemewahan dan kekuasaannya yang luas. Raksas...
Cinta di Sepertiga Malam Terakhir
3702      1080     1     
Romance
Seorang wanita berdarah Sunda memiliki wajah yang memikat siapapun yang melihatnya. Ia harus menerima banyak kenyataan yang mau tak mau harus diterimanya. Mulai dari pesantren, pengorbanan, dan lain hal tak terduga lainnya. Banyak pria yang datang melamarnya, namun semuanya ditolak. Bukan karena ia penyuka sesama jenis! Tetapi karena ia sedang menunggu orang yang namanya sudah terlukis indah diha...
AUNTUMN GARDENIA
99      87     1     
Romance
Tahun ini, dia tidak datang lagi. Apa yang sedang dia lakukan? Apa yang sedang dia pikirkan? Apakah dia sedang kesulitan? Sweater hangat berwarna coklat muda bermotif rusa putih yang Eliza Vjeshte kenakan tidak mampu menahan dinginnya sore hari ini. Dengan tampang putus asa ia mengeluarkan kamera polaroid yang ada di dalam tasnya, kemudian menaiki jembatan Triste di atas kolam ikan berukura...
DI ANTARA DOEA HATI
703      343     1     
Romance
Setelah peristiwa penembakan yang menewaskan Sang mantan kekasih, membuat Kanaya Larasati diliputi kecemasan. Bayang-bayang masa lalu terus menghantuinya. "Siapapun yang akan menjadi pasanganmu akan berakgir tragis," ucap seorang cenayang. Hal tersebut membuat sahabat kecilnya Reyhan, seorang perwira tinggi Angkatan Darat begitu mengkhawatirkannya. Dia berencana untuk menikahi gadis itu. Disaa...
Rembulan
645      342     2     
Romance
Orang-orang acap kali berkata, "orang yang gagal dalam keluarga, dia akan berhasil dalam percintaan." Hal itu tidak berlaku bagi Luna. Gadis mungil dengan paras seindah peri namun memiliki kehidupan seperti sihir. Luna selalu percaya akan cahaya rembulan yang setiap malam menyinari, tetapi sebenarnya dia ditipu oleh alam semesta. Bagaimana rasanya memiliki keluarga namun tak bisa dianggap ...
A.P.I (A Perfect Imaginer)
81      69     1     
Fantasy
Seorang pelajar biasa dan pemalas, Robert, diharuskan melakukan petualangan diluar nalarnya ketika seseorang datang ke kamarnya dan mengatakan dia adalah penduduk Dunia Antarklan yang menjemput Robert untuk kembali ke dunia asli Robert. Misi penjemputan ini bersamaan dengan rencana Si Jubah Hitam, sang penguasa Klan Kegelapan, yang akan mencuri sebuah bongkahan dari Klan Api.