Loading...
Logo TinLit
Read Story - Jelek? Siapa takut!
MENU
About Us  

"Kenalan nya nanti aja. Sekarang lo mau apa?" tanyanya lembut.

Aine mengangguk setuju. Matanya jelalatan ke setiap sudut jualan, "Yaudah. Gue mau apa ya? Gu-"

"Please jangan jawab terserah," potong lelaki itu seolah tau apa yang akan gadis di depannya ini katakan. Jawaban itu sudah terlalu melekat di otak nya. Jawaban yang 'mungkin' akan dilontarkan perempuan pada umumnya.

Aine berdecak kesal, "Ck! Gak usah samain gue sama cewek lain, ya," dengus nya tak suka.

"Eh?"

"Iya. Lo pasti ngira gue bakal jawab terserah 'kan? Enak aja! Gue selalu punya jawaban sendiri tau," sungutnya merajuk.

Cowok dengan paras tampan itu terkekeh pelan, "Iya-iya." diluar dugaan, tangan kekar nya dengan lancang mengacak rambut Aine. Apa-apaan dirinya ini, di sentuh laki-laki yang tak dikenalnya.

Aine blushing. Terhitung sudah kesekian kalinya laki-laki ini membuat nya tersipu malu. Tadi karna ucapan sekarang tingkah laku. Kurang ajar sekali dia. Dia sampai lupa dengan pacar onlinenya yang pasti sudah menunggu sosial medianya aktif.

Seolah tersadar akan tindakan nya, laki-laki itu segera meminta maaf tak enakan. "Duh kepegang lagi. Sorry."

"Iya, santai aja."

"Jadi lo mau makan apa?"

"Menurut lo enak nya makan apa?" tanya Aine balik. Dia memang bukan tipikal orang yang mudah memilih.

Terlihat lelaki itu berpikir sebentar sebelum menjawab. Tangannya mengusap dagunya, "Em, kita kesana aja, ya?" tunjuk nya pada sebuah gerobak bakso bakar.

"Kesana?"

Lelaki itu mengangguk, "Iya, Ai. Banyak makanan enak-enak tadi. Udah gue incip semua," kata dia menyakinkan bahwa makanan itu rasanya enak.

"Yaudah, ayo!" tanpa sadar Aine menautkan jari-jari kecilnya dengan telapak tangan besar milik lelaki itu. Dia terlalu bersemangat. Melihat kelakuan nya yang tiba-tiba, membuat sudut bibir lelaki itu melengkung.

Sesampainya digerobak jualan, tanpa babibubebo, ia langsung teriak tanpa memperhatikan orang sekitar yang tengah antri.

"Mang beli!" jeritnya kuat dengan nada khas seorang anak kecil yang sedang jajan diwarung sambil memainkan beras.

"Iya Neng?" tanya Mamang bakso, sedangkan tangan nya sibuk mengoles-oles kan bumbu pada makanan yang ditusuk itu.

"Bakso bakar nya berapaan mang?" tanya Ainedengan meneguk salivanya. Perutnya saat ini keroncongan. Dia lapar.

"Dua rebu neng."

"Oh. Jelek," panggil nya pada lelaki itu yang berada tepat di belakangnya.

"Hm?"

"Mau beli berapa biji?"

"Terserah lo aja," jawab nya singkat.

"Mang, pesan bakso bakarnya 20 biji ya?" pinta nya menyengir kuda.

Sebagai jawaban mamang tukang bakso mengacungkan jari yang membentuk 'oke'

"Pedes apa manis Neng?"

"Campur aja mang," jawabnya cepat.

Ena, menit kemudian, bakso bakar pesanan nya pun jadi. Lumayan cepat, meskipun dirinya harus rela antri walau hanya sebentar. Tentu saja beberapa cowok yang seumuran dengannya curi-curi pandang.

"Psstt. Bayar!" perintah Aine memberi kode.

"Siap tuan putri," balas nya dengan gerakan hormat.

Selepas membayar, mereka berdua pun mencari tempat untuk menikmati makanan. Ya sekalian mengobrol. Lelaki itu mengedarkan pandangan, dan matanya tertuju pada sebuah bukit kecil yang lebih mirip tumpukan tanah didekat air mancur.

"Kita kesana aja." tanpa menunggu jawaban Aine, ia langsung menarik tangan Aine diiringi lari kecil.

"Nah! Ayok duduk," ucap nya dengan tangan yang sibuk membersihkan tempat duduk bagian Aine.

"Iya, makasih."

Kriuk krukk (suara bunyi perut)

"Eh?" lelaki itu terkekeh ringan melihat ekspresi gadis disampingnya yang tampak malu-malu.

"Sorry, ya," ucap Aine dengan cengengesan. Malu sedikit.

"Lo laper banget ya? Sampe bunyi gitu." tunjuk nya pada perut Aine yang datar.

"Hehehe, iya," jawabnya tak enakan dengan tangan yang menyelipkan anak rambut.

"Yaudah, makan gih." tanpa malu-malu, Aine melahap makanan dengan semangat. Persetan dengan rasa malu, yang penting ia kenyang. Beruntung banget, sih, gue. Dijajanin gini hihihi. batinnya bersorak senang.

"Lo mau?" disodorkan nya bungkusan plastik yang isinya masih setengah.

Lelaki itu menggeleng pelan, "Nggak. Makan aja," tolak nya.

Suasana hening menyelimuti mereka berdua. Dirinya yang sibuk memandang lalu lalang orang-orang yang lewat, dan Aine yang sibuk dengan makanan nya.

"Ai?" panggil nya pada Aine yang tengah mengunyah.

"Hm?" sahut Aine. Dia sudah tidak terlalu memperdulikan dari mana lelaki itu tau namanya.

"Lo tadi kesini sama siapa? Sendirian, ya?" tanya nya mengulang pertanyaan yang sempat ia lontarkan tadi.

"Nggak," ia menggeleng.

"Terus sama siapa? Kenapa tadi gue liat lo sendirian?" tanya nya bertubi-tubi.

"Gue tadi kesini sama temen. Tapi tiba-tiba dia ninggalin gitu aja," jawab Aine dengan raut wajah murung. Sengaja berbohong, malas untuk mengakui Abay sebagai sepupu.

Ini semua gara-gara Abay. Awas Lo, Bay!

"Kayak dia yang ninggalin pas sayang-sayang nya, ya?" Aine tertawa renyah dengan lelucon yang diucapkan laki-laki itu.

"Bisa aja kutu parit. Pengalaman ya? Hahaha becanda."

"Cewek apa cowok Ai?"

"Siapa?" tanya Aine jahil sengaja.

"Lo," jawab nya malas.

Ia terkekeh pelan,"Hihihi ngambek ni ya ngambek. Cielah." tangan Aine menusuk-nusuk pipi si cowok.

"Lagian lo sih," sebalnya pura-pura merajuk.

"Ya mangap."

"Heh! Kan tadi udah dibilangin, minta maaf yang benar."

"Iya maaf ya Jelek," ucap nya, "Cowok. Temen gue itu cowok," sambung nya kemudian.

"Oh. Temen apa pacar?" lelaki itu memicingkan mata curiga.

"Banyak tanya banget lo. Wartawan, ya?"

"Serius." lelaki itu menampilkan wajah datar.

"Temen, lah! Gue jomblo tau," sungutnya. Jomblo di dunia nyata, lanjutnya dalam hati.

"Syukurlah," gumam lelaki itu.

"Apa?"

"Apa? Enggak apa-apa,"

"Gak jelas banget," Aine tertawa lepas melihat ekspresi bodoh lelaki itu.

"Terus aja ketawa terus,"

"Dih ngambekan," ejek nya, "Kalau lo sama siapa kesini? Sendirian juga?" tanya Aine.

"Enggak. Tadi sama temen. Rombongan malah," jawab nya jujur.

"Terus kenapa lo sendirian tadi? Teman lo mana?" giliran ia yang banyak tanya.

"Banyak tanya banget lo. Wartawan ya?" laki-laki itu meniru ucapan Aine beberapa saat yang lalu.

"Eh? Hahahah sialan. Copas lo."

"Biarin. Btw temen gue tadi udah pulang duluan," cerita nya singkat.

"Terus kenapa lo masih ada disini? Mau nyopet, ya, lo?" selidik Aine.

Laki-laki itu membulatkan mata terkejut, "Lo ini, ya! Kayak nya demen banget nuduh-nuduh orang. Perdagangan manusia, cenayang lah, sekarang? Copet lah," cerocos nya.

"Bodoamat gak denger pake bh." Aine menutup telinganya pura-pura tak mendengar.

"Warna item ya Ai?" tebak lelaki itu mesum.

Bukk

"Adaww! Sakit hei," ringis nya pura-pura kesakitan dengan pukulan Aine. Biarin deh. Yang penting dia seneng, batin nya.

"Sukurin! Siapa suruh jadi orang hentai."

"Wibu ya?" tanya nya saat mendengar kata yang tak asing di telinga nya.

"Apaan?"

"Itu tadi, 'hentai',"

"Oh, bukan bego. Gue cuma pernah denger teman cowok gue sering ngomong gitu. Pas gue tanya artinya, mesum 'kan?" lelaki itu mengangguk.

"Banyak banget kayaknya temen cowok. Habis ini kita mau kemana lagi?"

"Nyari Gulali!" jerit Aine girang setelah menelan habis bakso bakar terakhirnya.

"Let's go, princess!"

Setelah itu mereka berdua menjelajahi setiap penjuru makanan berharap mendapatkan gulali.

"Nah, lo tunggu di sini, gue aja yang beliin, " ujar laki-laki itu.

"Gak! Gue mau ikut. Tadi temen gue juga gitu, di suruh nunggu ujung-ujung nya di tinggal," rengek Aine.

"Yaudah, itu tuh di sana stan nya." tunjuk nya pada stan yang menyediakan gulali.

"Ayo!"

Baru saja Kiu melangkah kan kaki nya, tiba-tiba perasaan nya tak enak kala melihat punggung seseorang yang tampak familiar di mata nya tengah berdiri didepan stan yang akan mereka tuju.

"Cowok toilet?" gumam Aine menajamkan penglihatan. Ah, dia jadi badmood. Pasti cowok toilet itu bakal ngeledeknya lagi.

"Kita pulang aja deh."

"Lho kok pulang?" tanya nya bingung.

"Udah gak mood lagi."

Lelaki itu mengangguk paham, "Oh yaudah, ayo pulang."

"Nggak."

"Ha? Tadi katanya mau pulang. Sekarang enggak. Maunya apa sih?"

"Maksudnya kita pulang, tapi gue nunggu di parkiran dan lo yang beli gulali," perintah Aine seraya membuang hingus di pinggir selokan.

"Apa liat-liat? Mau ingus? Nih-nih," dengan jahilnya ia mengelap bekas ingusnya pada kaus yang dipakai lelaki itu. Tapi tak ada sedikitpun raut wajah jijik yang di tampilkan si cowok.

"Eh? Lo gak jijik? Ini ingus lho! Ingus," tunjuk nya pada ingus nya yang berwarna putih.

"Nggak."

"Yaudah sana gih. Ngapain masih disini?"

"Bentar. Kenapa lo gak mau ikut?" tanya nya bingung.

"Anu. Gue capek jalan. Ah udah ah, sana cepetan! Kalau gak pergi sekarang gu-"

"Iya princees," jawab nya cepat dengan gerakan tubuh bak seorang prajurit. Aine mengulum senyumnya

"Yaudah, gue tunggu di sana, ya!"

***

Semilir angin dan udara yang dingin membuat Aine tanpa sadar melingkarkan tangan nya pada pinggang lelaki tak di kenalnya itu.

"Jelek," panggil nya pada dia yang fokus menyetir.

Tuk

"Woy!" ia memekik karna panggilan nya tak di sahut. Tak lupa dengan pukulan di helm milik laki-laki itu.

"Apa?" tanyanya dengan sedikit berteriak.

"Enggak," jawab Aine datar. Tak ada obrolan lagi setelah itu, hanya keheningan yang menyelimuti kedua nya.

"Ai?" tak ada sahutan. Ia melirik Aine dari spion. Gadis itu tertidur rupanya. Untung saja alamat rumah Aine sudah ia sebutkan. Cowok itu lantas memegang erat tangan Aine di pinggangnya agar Aine tidak jatuh.

Jarak dari alun-alun kota kerumah Aine tidak lah lama. Hanya memerlukan waktu 20 menit untuk sampai dirumah nya.

Ia bergumam, "Rumah nya yang mana, ya?"

"Mau bangunin tapi gak tega. Hadeh," dengan sedikit terpaksa lelaki itu berusaha membangunkan Aine yang sudah sampai di pulau kapuk.

"Ai? Bangun Ai, bangun," belum ada tanda-tanda pergerakan.

"Ai bangun!"

Berhasil!

"Hoam. Udah nyampe, ya?" tanya nya setengah sadar. Nyawanya belum terkumpul sepenuhnya.

"Udah."

"Lho kok berhenti depan gerbang?"

"Ya kan aku gak tau rumah kamu yang mana," jawab nya kikuk.

"Mamang satpam kemana, ya?" Lelaki itu mengedikkan bahu tak tahu.

"Yaudah lurus aja. Ntar aku tunjukin rumah gue." lelaki itu mengangguk dan tancap gas.

"Nah! Itu tuh rumah gue. Yang cat putih," tunjuk nya pada rumah dengan gaya klasik sederhana dengan halaman luas di depan nya.

"Itu?"

"Iya."

Selepas ia turun dari motor, mereka berdua tengah berdiri di depan pagar.

"Makasih banget ya lo udah nemenin gue jalan-jalan malam ini. Ya walau pun gak sengaja sih hehe," ucap nya dengan tawa kecil di akhir kalimat, "Traktir gue lagi," katanya di iringi senyum termanis nya.

"Sama-sama. Gulali nya mana?"

"Eh? Gulali nya udah gue makan di motor tadi."

"Gak malu lo di liatin orang-orang?" Dia hanya menggelengkan kepala tanda 'tak malu'.

"Ngapain malu? Orang gue cantik."

"Iya deh. Gue cuma nanya doang tadi," tutur nya, "Gue boleh nanya?"

"Satu pertanyaan seribu. Mau?" canda Aine.

"Hahaha. Gue serius."

"Iyeeee, becanda doang. Mau nanya apa?"

"Kenapa tadi tiba-tiba minta pulang?" tanya nya penasaran.

"Soal itu-" terhenti sebentar.

"Aduhhh perut gue sakit banget. Gue masuk duluan, ya! Dadahh hati-hati." Kata nya dengan tangan yang memegang perut seolah-olah tengah menahan sakit. Melihat orang di depan nya tengah ber acting membuat lelaki itu mendengkus paham.

"Tapi Ai-" melihat laki-laki di hadapan nya ini ingin berbicara lagi, dengan cepat dirinya berlari masuk kedalam rumah.

"JANGAN LUPA TUTUP GERBANG!" teriak Aine di sela-sela larinya.

Cowok itu berdiri termangu.

"Kayak ada yang kurang, tapi apa?" gumamnya seraya mengaitkan helm yang dipakai Aine tadi.

"Astaga kenalan!" dia mendongak keatas kearah ruangan yang sepertinya itu kamar Aine karna lampu yang baru saja dihidupkan,

"Hey! Lo belum tau nama gue!"

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Lebih dari Cinta Rahwana kepada Sinta
3170      1602     0     
Romance
Pernahkan mendengarkan kisah Ramayana? Jika pernah mendengarnya, cerita ini hampir memiliki kisah yang sama dengan romansa dua sejoli ini. Namun, bukan cerita Rama dan Sinta yang akan diceritakan. Namun keagungan cinta Rahwana kepada Sinta yang akan diulas dalam cerita ini. Betapa agung dan hormatnya Rahwana, raksasa yang merajai Alengka dengan segala kemewahan dan kekuasaannya yang luas. Raksas...
Premium
Antara Aku Pelangi & Hujan
16421      1584     0     
Romance
Zayn bertemu dengan seorang gadis yang sedang menangis di tengah derasnya hujan dan tanpa sadar Zayn tertarik dengan gadis tersebut Ternyata gadis tersebut membawa Zayn pada sebuah rahasia masa lalu yang di lupakan Zayn Membawanya pada sesuatu yang tidak terduga
Nyanyian Burung di Ufuk Senja
3703      1328     0     
Romance
Perceraian orangtua Salma membuatnya memiliki kebimbangan dalam menentukan suami masa depannya. Ada tiga pria yang menghiasi kehidupannya. Bram, teman Salma dari semenjak SMA. Dia sudah mengejar-ngejar Salma bahkan sampai menyatakan perasaannya. Namun Salma merasa dirinya dan Bram berada di dunia yang berbeda. Pria kedua adalah Bagas. Salma bertemu Bagas di komunitas Pencinta Literasi di kampu...
Si Neng: Cahaya Gema
175      151     0     
Romance
Neng ialah seorang perempuan sederhana dengan semua hal yang tidak bisa dibanggakan harus bertemu dengan sosok Gema, teman satu kelasnya yang memiliki kehidupan yang sempurna. Mereka bersama walau dengan segala arah yang berbeda, mampu kah Gema menerima Neng dengan segala kemalangannya ? dan mampu kah Neng membuka hatinya untuk dapat percaya bahwa ia pantas bagi sosok Gema ? ini bukan hanya sede...
The Arcana : Ace of Wands
164      143     1     
Fantasy
Sejak hilang nya Tobiaz, kota West Montero diserang pasukan berzirah perak yang mengerikan. Zack dan Kay terjebak dalam dunia lain bernama Arcana. Terdiri dari empat Kerajaan, Wands, Swords, Pentacles, dan Cups. Zack harus bertahan dari Nefarion, Ksatria Wands yang ingin merebut pedang api dan membunuhnya. Zack dan Kay berhasil kabur, namun harus berhadapan dengan Pascal, pria aneh yang meminta Z...
The Sunset is Beautiful Isn't It?
2259      693     11     
Romance
Anindya: Jangan menyukai bunga yang sudah layu. Dia tidak akan tumbuh saat kamu rawat dan bawa pulang. Angkasa: Sayangnya saya suka bunga layu, meski bunga itu kering saya akan menjaganya. —//— Tau google maps? Dia menunjukkan banyak jalan alternatif untuk sampai ke tujuan. Kadang kita diarahkan pada jalan kecil tak ramai penduduk karena itu lebih cepat...
I love you & I lost you
6792      2445     4     
Romance
Kehidupan Arina berubah 180 derajat bukan hanya karena bisnis ayahnya yang hancur, keluarganya pun ikut hancur. orang tuanya bercerai dan Arina hanya tinggal bersama adiknya di rumah, ayahnya yang harus dirawat karena mengalami depresi berat. Di tengah hancurnya keluarganya, Arina bertemu kembali dengan teman kecilnya, Arkan. Bertemunya kembali mereka membuka sebuah lembaran asmara, namun apa...
The Skylarked Fate
6925      2076     0     
Fantasy
Gilbert tidak pernah menerima takdir yang diberikan Eros padanya. Bagaimanapun usaha Patricia, Gilbert tidak pernah bisa membalas perasaannya. Seperti itu terus pada reinkarnasi ketujuh. Namun, sebuah fakta meluluhlantakkan perasaan Gilbert. Pada akhirnya, ia diberi kesempatan baru untuk berusaha memperbaiki hubungannya dengan Patricia.
MAMPU
7099      2366     0     
Romance
Cerita ini didedikasikan untuk kalian yang pernah punya teman di masa kecil dan tinggalnya bertetanggaan. Itulah yang dialami oleh Andira, dia punya teman masa kecil yang bernama Anandra. Suatu hari mereka berpisah, tapi kemudian bertemu lagi setelah bertahun-tahun terlewat begitu saja. Mereka bisa saling mengungkapkan rasa rindu, tapi sayang. Anandra salah paham dan menganggap kalau Andira punya...
Gunay and His Broken Life
8149      2469     0     
Romance
Hidup Gunay adalah kakaknya. Kakaknya adalah hidup Gunay. Pemuda malang ini telah ditinggal ibunya sejak kecil yang membuatnya secara naluri menganggap kakaknya adalah pengganti sosok ibu baginya. Hidupnya begitu bergantung pada gadis itu. Mulai dari ia bangun tidur, hingga kembali lagi ke tempat tidur yang keluar dari mulutnya hanyalah "kakak, kakak, dan kakak" Sampai memberi makan ikan...