Mungkin bagi sebagian orang, malam minggu termasuk malam yang menyenangkan. Bisa bersantai-santai tanpa perlu memikirkan pr atau pekerjaan kantor. Tetapi tak sedikit pula yang membenci.
Biasanya di malam seperti sekarang, Aine melakukan rutinitas nya, yaitu berdoa agar hujan turun. Akan tetapi untuk malam ini, tidak dulu. Dirinya sangat-sangat menantikan malam yang sudah ditunggu-tunggu dari jauh-jauh hari.
Teman sekaligus sepupunya yang paling menyebalkan itu tumben sekali mengajaknya pergi jalan-jalan menikmati alun-alun kota Bandung. Ralat. Lebih tepatnya menepati janji yang ia buat sesuai permintaan Aine hitung-hitung sebagai permintaan maaf.
Ya walaupun tidak seperti sahabat nya yang lain yang pergi bersama pacar. Menurutnya tidak ada pacar, sepupu cecunguk pun jadi. Yang tentunya ia sudah memasang rencana jahat untuk memeras sepupu jelek nya itu.
"Duh, gak sabar banget anjir," ucap Aine tak sabaran di depan cermin seraya merias tatanan rambut nya yang di biarkan tergerai indah. Jarang sekali ia berpenampilan seperti ini.
"Pasti si curut bangga banget punya sepupu se-cantik gue hahaha," ujar nya berbangga diri.
"Jelek banget, sih, Ai. Gimana cowok-cowok di Jubels gak suka coba? Wajah mulus, bibir merah merona, dagu belah tengah," kata nya meraba-raba wajah nya yang nyaris terpahat tidak sempurna. Ralat, sempurna.
Kalau sahabat-sahabat nya mendengar ucapan pick me girl-nya itu, sudah pasti ia akan di ledek habis-habisan. Tak ayal kadang mereka berceletuk seperti,
"Merendah untuk meroket bangsat."
"Bukan Puy, tapi merendah untuk melonte."
"Sok-sokan insecure, tuh gak liat cewek-cewek di sekililing lo. Mereka udah insecure, nambah dengerin lo ngomong gitu, tambah deh insecure. Dasar bego!"
Atau yang paling ia suka, sahutan dari Puyu,"Bagus Ai. Lanjutin jiwa kepedean lo. Siapa tau lo jadi insinyur," celetuk nya sambil menepuk-nepuk pundak Aine.
Setiap mengingat itu, ia pasti langsung rindu dengan mereka. Padahal baru dua hari yang lalu mereka bertemu dan berghibah bersama.
Suara notifikasi dari ponsel nya, menyadarkan Aine dari lamunan. Sudah di pastikan itu si kutu gajah.
"Lima menit lo gak keluar, jangan harap ada susu cokelat dirumah selama sebulan." kira-kira, seperti itulah isi chat darinya.
Benar saja, saat Aine mengintip dari balik gorden kamar, seorang cowok tengah berdiri dengan sesekali menendang apa saja yang ada didepan sepatu sneakers nya.
Nama sepupunya itu Abay. Anak dari Kakak tiri Bunda-nya. Lelaki itu di utus oleh kedua orang tuanya untuk tinggal sementara dirumah Aine karna ada pekerjaan di luar negeri. Tapi karna sifat Abay yang annoying membuat Aine tak terlalu suka dengannya. Kecuali ada sogokan seperti ini hehehe.
Abay memang cowok tampan. Tapi akan menjelma menjadi monyet dadakan kala didepan Aine.
"Duh, cepat banget sih siapnya," dumel Aine dengan tangan nya yang terus bergerak lincah memilih baju apa yang akan ia kenakan. Tanpa perlu waktu lama, ia menarik drees warna cokelat selutut dipadukan dengan flatshoes senada.
"Oke sip. Buset... Gak nyangka juga gue punya bodygoals."
Aine melenggak lenggok kan badannya di depan cermin besar kamar yang ia beli hanya untuk ootd. Selain mempunyai sifat percaya diri yang sangat tinggi, jangan heran kalau Aine juga sering sekali merendah diri untuk minta dipuji. Tipikal gadis yang haus akan pujian.
Sementara itu didepan rumah Abay menunggu dengan perasaan kesal. Lama sekali ini. Batinnya.
"Buset cuma di read doang. Giliran gue yang kayak gini udah ngomel-ngomel pasti. Dasar betina," gerutunya. Abay hanya mampu merutuki chatnya dengan Aine, tapi tak mampu untuk berbicara di depan sang sepupu jahat hati. Bisa-bisa ia kena bakar hidup-hidup.
Membayangkan nya saja sudah membuat bulu kuduknya merinding.
"Lama banget sih Aine. Dandan gak dandan juga sama aja," rutuknya tak sudah-sudah.
"Apa kata lo?" celetuk seseorang dari belakang. Abay memutar badan 180 derajat untuk melihat orang tersebut.
Deg! Mampus.
Suara familiar yang sudah sangat-sangat ia hafal menambah suasana horor malam ini. Mati lo Bay. Ringis nya.
Di sana berdiri Aine dengan raut wajah yang seakan menantang Abay. Speechlees. Itu yang ia rasakan saat melihat penampilan Aine yang berbeda dari biasanya. Tapi dengan cepat ia merubah raut wajah nya menjadi datar.
"Wess, selow buk. Becanda doang elah," jawab nya santai.
"Kenapa lo ngeliatin gue gitu? Oh, gue tau. Gue cantik 'kan?" ujar nya sombong.
"Najis. Tapi ya boleh lah, gak terlalu malu-maluin buat ke sana. Tumben banget dandan," cibir Abay memperhatikan penampilan Aine dari atas sampai bawah.
"Banyak cincong lo. Apa salahnya sih muji gue?!" semburnya dengan wajah ditekuk kesal.
Abay mengibaskan tangan di udara, "Ya-ya-ya. Lo cantik, puas?"
"Gak ikhlas."
"Mau terus ngambek apa perginya batal?" Oh, tidak. Aine tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Susah payah ia berdandan untuk tebar pesona, masa gak jadi?!
"Yaudah ayo."
"Ettt, bentar. Lo udah izin belum sama Bunda?" tanya Abay menahan pergelangan tangannya.
"Apa kata lo? Bunda? Heh! Panggil tante aja, ya. Itu Bunda gue." Aine memukul lengan Abay yang pura-pura mengaduh kesakitan.
"Iya. Maksud gue itu busett. Galak amat, sih," ejek Abay.
"Iya udah. Cepetann ihh, gue udah laper nih."
"Skuy." Mereka berdua pun pergi dengan mobil Abay. Awalnya tadi Abay sudah memanasi motor kesayangannya, tapi berhubung Aine memakai drees, jadi mau tak mau dia mengeluarkan mobil.
Hiruk pikuk suasana ramai menghiasai alun-alun kota saat ini. Dengan banyak pasangan remaja yang sedang di mabuk cinta. Tetapi tak sedikit pula yang sendirian menikmati suasana malam. Lalu lalang orang-orang membuat nya terpekik girang.
Setelah sampai di tempat tujuan. Dia langsung loncat-loncat seperti anak kecil. Terlalu girang sampai-sampai orang-orang melihat mereka berdua seperti binatang yang baru lepas dari kandang nya.
"Ih, Ya Allah bagus banget Ya Allah. Terimakasih Ya Allah karna telah membukakan pintu hati sepupu hamba yang jelek nya gak ketulungan ini Ya Rabb..."
Aine menadahkan tangan seperti orang yang sedang berdoa mengucap syukur, "Ih Bay, ada gulali woy! Ada gulali. Eh, ada egg roll old version juga. Huee gak mau tau, pokok nya lo harus beliin itu semua," rengek nya manja.
"Egg roll old version apaan?" tanya Abay karna baru pertama kali mendengar nama makanan yang cukup asing di telinga itu.
"Telur gulung, bego! Itu doang masa gak tau."
Abay mengangguk-angguk. Oh, jadi itu bahasa kerennya?
"Pokoknya lo beliin semuanya!"
"Iya-iya! Tenang aja nanti gue beliin, kok. Sekalian sama mamang gerobak nya," ujar Abay spontan yang membuat Aine melonjak kegirangan.
"Yeay! Yuhuu!!!"
"Udah ih, lo gak malu apa diliatin orang-orang gitu?" tanya Abay yang sudah kelewat malu akan tingkah dirinya.
"Malu? Buat apa coba? Asal lo tau, ya, gue terakhir kali pergi ke alun-alun itu waktu kelas tujuh smp. Lagian juga orang-orang ngeliatin kita tuh karna kagum sama kecantikan gue. Masa itu doang gak tau." Abay memutar bola mata malas mendengarnya.
"Hm," balasnya singkat.
"Atau jangan-jangan lo yang malu ngajak gue kesini?" tanya nya dengan wajah yang dibuat sesedih mungkin.
"Apaan, sih, nggak. Gue gak pernah malu ngajak lo kemana pun," elak Abay.
"Yaudah. Yuk makan hehehe."
"Lo mau apa? Lo tunggu disitu aja, ya?" tunjuknya pada bangku kosong. "Biar lo gak capek," imbuhnya.
"Gak, ah, mending kita cari makan berdua. Biar gak kerasa banget gue jomblo nya," tolak Aine.
Dering telfon dari ponsel Abay membuat langkah keduanya terhenti.
Drtt drttt
"Eh bentar. Ada yang nelfon," kata Abay. Tanpa menunggu persetujuan Aine, dirinya perlahan menjauh untuk berbicara dengan seseorang diseberang sana.
"Penting banget kayak nya," gumam Aine pelan. Sembari menunggu Abay menelfon, Aine terus melihat-lihat keadaan di sini. "Kali aja ada yang lagi kena tembak gitu, kan seru hehehe," pikir nya nyeleneh.
Tiga puluh menit sudah berlalu tapi Abay tak kunjung kembali. Membuat Aine khawatir tak karuan.
"Ck! Abay kemana, sih? Lama bener. Perasaan cuma bentaran doang tadi bilang nya," gerutu nya sebal campur cemas.
15 missed call, and 30 unread message from Abayi
"Dering ponsel gue matiin pula. Haduh," cicit nya lesu.
Abayi
Ai, maaf banget gue pergi duluan ya? Ada urusan yang harus gue selesain malam ini juga. Traktiran nya nanti gue ganti. Sorry banget!
Read.
"Anjir! Dia ninggalin gue sendirian? Mati gue. Mana lupa bawak dompet lagi," lirihnya di antara bisingnya suasana alun-alun. Sekarang lihat lah dirinya. Seperti anak hilang saja.
Hanya satu yang bisa mendeskripsikan perasaan nya kali ini 'Cemas' hanya itu. Sudah berulang kali ia berusaha menelfon Abay. Tetapi laki-laki yang terpaut satu tahun diatas nya itu tak kunjung menerima telfon dari nya.
No yang anda tuju sedang tidak aktif. Silahkan hubungi beberapa saat lagi. Suara dari operator tersebut menambah kekesalan Aine pada Abay.
"Sialan. Gak aktif." karena cemas, ia menggigit bibir nya sampai keluar darah sedikit. Ciri saat ia sedang panik akan sesuatu.
"Temen-temen yang lain pasti lagi malmingan. Kena semprot lagi ada kalau gue minta tolong." ia terus mengoceh akan keadaan tanpa tau ada orang lain yang berdiri di samping nya.
"Aine?" Panggil seseorang yang sedari tadi memperhatikan Aine yang cemas.
"Iya?" Hening sejenak sesaat dirinya melihat orang yang memanggilnya barusan. Kayak pernah lihat. Tapi dimana? batin Aine berpikir keras.
Cowok manis yang sepertinya seumuran dengannya itu bersuara kembali.
"Lo sendirian kesini?" tanya nya seperti sudah kenal lama.
"Siapa?" Aine bertanya balik.
"Lo," jawab nya singkat.
Aine berdecak kesal, "Maksud gue, lo siapa? Terus dari mana lo tau nama gue? Oh atau jangan-jangan lo followers gue di instagram ya? Fans gue ya lo?!" laki-laki didepan nya ini seketika terkekeh ringan karna reaksi heboh Aine.
"Hahaha. Iya-iya. Duh, lucu banget sih lo." ternyata benar dengan gosip yang beredar tentang gadis didepannya itu yang katanya mempunyai kepercayaan diri over.
"Lucu? Apa nya yang lucu?" dia menampilkan wajah nya yang lugu.
"Oh nggak-nggak."
"Siapa sih lo? Sok kenal sok deket banget. Dasar jamet," cibirnya blak-blakan. Tanpa memperdulikan laki-laki asing dihadapan nya, Aine berjalan lurus tak tau arah.
Sudah terhitung tiga kali ia mengatai laki-laki dua hari ini. Dasar panuan, dasar cacingan, dan sekarang dasar jamet.
"Eh, tunggu bentar. Cowok ini, cowok yang sama dengan yang ngedipin mata ke gue disekolah tadi bukan sih?" batinnya, mengingat-ingat kembali wajah karna ia termasuk orang yang cepat lupa.
"Mau kemana Ai?" tanya orang disamping nya. Laki-laki itu lagi.
Aine menoleh sebal, "Ih, gak usah ngikutin gue bisa gak? Risih tau," bentaknya sambil mendorong pundak cowok itu pelan bermaksud mengusir.
"Suka-suka gue dong. Kaki-kaki siapa?"
"Kaki lo, lah," jawab nya polos seraya menunjuk kaki yang terbalut converse mahal itu, "Yakali kaki gue kayak kaki gajah gitu. Eh-" tersadar akan lelucon yang di lontarkannya, ia terkikik geli. Dia jadi teringat dengan cowok bermulut pedas yang ribut dengannya tempo hari di toilet.
"Enak aja ngatain kaki gue kayak kaki gajah." laki-laki yang tak dikenal nya itu memanyunkan bibir.
"Ya mangap."
"Heh! Kalau minta maaf itu yang bener," tegurnya.
"Iya-iya, maaf. Puas?"
"Hm. Sebenarnya kita ini mau kemana sih?" bingung laki-laki itu.
"Kita? Lo aja kali."
"Terus lo mau kemana?"
"Pulang," jawab Aine singkat.
Ia bertanya bingung, "Pulang?"
"Iya ish! Banyak tanya banget, sih, jadi cowok. Heran."
Aine memicingkan mata curiga, "Atau jangan-jangan lo penculik yang mau memperdagangkan manusia, ya? Ayo jujur lo!" desak nya penuh curiga. Mana sekarang lagi marak sekali berita penculikan. Dia kira di dunia ini hanya ada musim duren saja, rupanya masim penculikan pun ada!
Cowok yang mengenakan sweater hitam itu memutar bola mata malas, "Astaghfirullah, Ai. Kalau ngomong sembarangan banget. Kalau pun gue penculik, ogah banget nyulik titisan tuyul macam lo," ledek cowok itu yang tak sepenuh nya benar. Karena ia termasuk cewek dengan tinggi yang semampai. Tapi jika disandingkan dengan laki-laki disamping nya ini, dirinya memang terlihat cebol.
"Apa kata lo? Tuyul? Enak aja. Gue ini tinggi ya! Mau gue cabein bibir lo?" tunjuk nya ke bibir seksi cowok itu. Bibir nya menggoda juga. Jadi pengen cipok, batin nya. Sesaat sebelum tersadar dengan lamunan ngawur nya.
"Kenapa? Oh, gue tau. Pasti lagi mikir yang aneh-aneh ya?" tebak laki-laki tersebut tepat sasaran karna Aine yang tampak gelagapan.
"Apaan sih, enggak." ia mengelak salah tingkah.
Dengan tergesa-gesa Aine pun pergi melangkah menjauhi laki-laki tak di kenal nya itu. Bahaya pikirnya jika terlalu lama berada didekat nya. Tapi baru lima langkah ia berjalan, pergelangan tanggan nya dengan cepat ditahan oleh seseorang. Ia menghembuskan nafas kesal, cowok itu lagi.
"Lo itu apa maunya sih? Mau uang? Gue gak bawak uang kesini," gregetnya yang tak sadar seperti curhat.
Cowok dengan mata sipit itu mendengus sebal, "Yang mau uang lo itu siapa?"
"Ya terus lo mau apa?" belum sempat ia menjawab, Aine melanjutkan ucapan nya.
"Eh denger ya! Kita, gue dan lo-" tunjuk nya tepat di wajah, "Itu gak kenal. Gue tegasin sekali lagi. GAK KENAL. Ngerti 'kan? Ngerti gak sih di bilangin orang?!" geram nya menekan kata gak kenal. Untung saja tangan Aine tidak kelepasan untuk mencakar wajah tampannya. Percuma ganteng tapi bego.
Seakan mentulikan telinga, laki-laki itu menaikkan alis nya sebelah. Membuat kesan tengil semakin tercetak jelas di wajahnya, "Makanya kenalan!" balas nya.
"Kenalan? Ogah!" sinis Aine membalas. Lelaki itu terdiam sejenak, sebelum Aine tersenyum pura-pura baik, "Mau kenalan 'kan?" tanyanyasok lembut setelah otaknya menyusun rencana jahat yang akan ia perbuat.
Dengan cepat lelaki itu menganggukkan kepalanya, "Iya."
"Oh, yaudah." laki-laki itu bersorak kegirangan. "Tapi ada syarat nya," lanjut Aine.
Laki-laki itu memutar bola mata malas, "Yaelah baru kali ini nemuin spesies cewek kayak gini. Mau kenalan aja susah bener," rutuk nya pelan yang tentunya tak didengar Aine.
"Biasa aja kali tuh bibir. Mau mintak cipok hah?" celetuk Aine bar-bar.
Lelaki itu membelalakkan mata kaget, "Astaga. Jadi cewek itu bisa gak sih jangan bar-bar banget?"
"Terserah gue lah. Jadi nggak nih? Kalau gak jadi gue mau pulang," ancamnya yang sebenarnya hanya main-main. Kalau dia pulang sekarang, bisa di pastikan besoknya dia sudah berada di surga.
"Yakin lo mau pulang? Bukan nya lo gak bawa dompet?" Lelaki itu memicingkan mata curiga, membuat Aine gelagapan sendiri.
"Y-ya tau dari mana, sih, kalau gue gak bawak dompet?" selidiknya, "Apa jangan-jangan lo cenayang ya?" tebak asal-asalan.
"Lo itu, ya! Tadi nuduh gue penculik dan sekarang cenayang. Terus nanti apa lagi? Penculik hati lo?" godanya jahil. Duh! Apa dia tidak tahu kalau Aine ini mengidap penyakit jantung bohongan.
Blush
Rona merah seketika terpancar di pipinya. Kenapa ia jadi gerah begini? Padahal udara dingin betul. Bisa-bisa nya ia baper dengan lelaki tak dikenal nya itu. Efek kelamaan jomblo gini nih.
"Bacot," balas nya kasar demi menutupi rasa malu nya. Beruntung ini suasana malam, kalau tidak, habislah ia diledek habis-habisan dengan laki-laki itu.
Diam sebentar sebelum lelaki itu bersuara lagi, "Syarat nya apa?" tanya nya bingung.
"Syarat apa?" tanya Aine balik dengan tampang bloon.
"Ck! Pelupa banget sih. Syarat kenalan lah. Yakali syarat buat nikahin lo," gombal laki-laki itu sekali lagi.
Cukup! Lama-lama berdekatan dengan curut ini bisa-bisa ia kejang-kejang.
Aine menganguk mengerti, "Oh itu. Gampang sih."
"Ya, apa?"
"Lo cukup traktir gue malam ini dan-"
"Itu doang?" potong lelaki itu tak sabaran.
"Sabar bego. Gak sabaran banget, sih," kesalnya sembari menabok pundak laki-laki itu.
Ia terkikik geli karena ulah cewek dihadapan nya ini, "Yaudah iya lanjutin."
"Dan anterin gue pulang dengan selamat walafiat. Ngerti 'kan?"
Laki-laki itu mengangguk mengerti. "Oh, ya, satu lagi. Masalah traktiran, gue mau lo traktir gue sepuasnya. Apapun yang gue mau lo harus beliin. Udah itu aja syarat nya. Gampang 'kan? Gampang dong. Orang keliatan nya lo orang kaya," cerocos Aine seraya memperhatikan tampilan si cowok dari atas sampai bawah.
"Iya-iya. Bawel banget sih," jawab nya, "Eh udah dong jangan liatin gue gitu. Buset dah ini cewek." laki-laki itu berusaha menutupi badan nya seolah-olah akan diperkosa saja.
"Amit-amit banget jadi cowok. Heran."
"Ya habis nya lo ngeliatin gue kayak gitu. Gue tau lo laper, tapi gak usah gitu juga kali," bela nya. Sungguh ditatap seperti itu membuat nya seperti ditelanjangi.
"Nyenyenye," balas Aine memajukan bibir mungil nya.
"Biasa aja kali tu bibir."
"Biasa aja kali tuh mata. Nanti ada petir baru tau rasa."
Kali ini ia bicara serius, "Yaudah kenalin nama lo siapa. Lo gak mau kan sepanjang kita jalan gue manggil lo jelek?" cowok itu menggeleng cepat
"Yaudah sambil jalan aja, ya?" Aine mengangguk.
"So, nama lo siapa?"