Read More >>"> The Sunset is Beautiful Isn't It? (1—Magelang) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Sunset is Beautiful Isn't It?
MENU 0
About Us  

       Magelang merupakan salah satu kota kecil di provinsi Jawa Tengah yang terletak di antara kota Semarang dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain dijuluki sebagai kota tua di Indonesia, kota ini juga disebut-sebut sebagai kota harapan dan kota sejuta bunga. Siapa saja yang datang ke kota ini akan disuguhi pemandangan yang indah dengan pegunungan yang mengelilinginya. Magelang juga dikenal dengan budayanya yang kaya dan merupakan rumah bagi salah satu keajaiban dunia, yaitu Candi Borobudur. Saat menginjakkan kaki ke kota ini, kita akan dimanja dengan udaranya yang asri dan cuacanya yang sejuk.

       Begitulah deskripsi tentang Kota Magelang di internet yang dibaca oleh seorang gadis berlesung pipi dengan rambut pendek sebahu. Gadis itu memiliki kulit kuning langsat dengan netra cokelat dan bulu mata lentik. Ia duduk di emperan teras sembari menatap serius layar laptop yang dipangkunya. Ia mengenakan hoodie merah maroon dengan tudung yang senantiasa bertengger di kepalanya. Ditemani kopi hangat dan udara malam yang dingin, tak lupa dengan earphone yang terpasang di telinganya mendendangkan lagu india favoritnya berjudul Le Gayi. Ia sibuk mengetik beberapa kalimat untuk tugas review dari salah satu dosen kampusnya yang menjelaskan tentang interaksi masyarakat setempat dengan tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai pengobatan di kota Magelang. Lebih tepatnya interaksi itu berada dalam ruang lingkup kajian etnobotani. Etnobotani berasal dari kata etno yang bermakna etnis atau masyarakat adat dan botani yang berarti tumbuhan.

       Namanya Anindya Lakshita, akrab disapa Anin. Seorang mahasiswi S1 Biologi di salah satu universitas ternama di kota Surabaya. Saat ini ia akan naik ke semester 5 yang mengharuskannya memilih antara KKN atau magang riset bersama dosen. Anindya terdiam sesaat duduk menumpu badannya dengan kedua tangan di belakang. Tatapannya beralih pada langit malam hampa tanpa bintang, syukurlah masih ada rembulan yang memanjakan matanya. Ia akui rembulan itu miliki pesonanya sendiri, bukan karena rupa atau cahayanya, tapi karena malam yang bersedia menggelapkan dirinya agar rembulan bisa menonjol. Kali ini di pikirannya terlintas pertanyaan,

'Bukankah bulan sangat beruntung begitu dicintai malam?'. 

       "MBAK ANIN!" Lamunannya buyar saat mendengar lengkingan suara yang memecahkan keheningan. Tampak seorang gadis remaja yang masih mengenakan seragam putih abu-abu keluar dari balik pintu utama. Ia datang menghampiri Anindya dengan membawa sebuah buku bertuliskan Matematika untuk SMA/SMK kelas X, tak lupa dengan hentakan kakinya yang menggebu.

       "Ya Allah Hana, udah malam bisa nggak volume suaramu itu dikecilin". Ucap Anindya pada adik perempuannya Hana. Ia menggelengkan kepalanya heran dan menatap wajah Hana lama seolah bertanya dengan bahasa isyarat Ada apa?.

        "Siapa suruh adek panggil sampai tiga kali mbak nggak nyaut." Jawab Hana yang dibalas cengiran kecil oleh Anindya. "MBAK! Bantu adek, otakku terlalu berharga kalau harus berasap ngerjain hitung-hitungan kayak gini, mana angkanya dikit, lebih banyak huruf xyz-nya". Ujar Hana memasang wajah melas di hadapan kakak perempuannya.

       "Dek, please lah ya, aku itu jurusan Biologi malah kamu suruh kerjakan matematika, udah lupa aku mah". Lontar Anindya tersenyum paksa dengan tangan bersedekap. "Lagian kamu tuh kebiasaan banget, kan mbak udah bilang kalau ada yang nggak paham segera tanyakan di kelas, biar kalau ada tugas bisa kamu kerjakan dengan baik. Kayaknya nggak kamu lakuin sampai sekar-".

       "STOP! Sssttt ... Aku udah pusing sama rumus malah mbak omelin, yang kamu lakuin ke aku itu jahat Markonah jahat." Ucap Hana memotong omelan Anindya dengan kelima jarinya yang berada tepat di depan wajah kakaknya. "Mbak matematika itu lebih rumit dari sikap doi yang nggak pernah peka, lebih susah dari mood cewek PMS, Pak Anwar guru matematikaku sudah menjelaskan berulang kali, tetap aja nggak nyantol di otak".

       Terdengar helaan napas dari Anindya bersamaan dengan buku matematika yang sudah ia rebut dari genggaman adiknya. "Baiklah aku bantu karena matematika adalah ilmu yang menyenangkan, bukan?" Ujarnya tersenyum tipis mengingat slogan salah satu youtuber terkenal di Indonesia.

       Hana kegirangan mendekap tubuh kakaknya dengan erat dan mencium pipi Anindya, "Muah, terimakasih mbakku yang cantik, adek mandi dulu ya badan sudah bau kecut, mbak duduk manis di sini ntar adek buatkan nasi goreng spesial ala chef Hana!"

      Anindya hanya pasrah mengangguk menatap adiknya yang berjalan meloncat masuk ke dalam rumah sembari bersenandung lagu doraemon yang liriknya sudah diganti, "LALALALA, AKU SAYANG SEKALI .... MBAK ANIN  ...."

      Kali ini ia terkekeh menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku adik perempuannya itu, "Adik siapa sih, dia?" Ucapnya entah pada siapa.

=====

Drrtt ...

Drrtt ...

Drrtt ...

Suara getaran dari handphone terdengar, Anindya meraba-raba ke samping bantalnya masih dengan mata terpejam, beberapa saat tangannya mencari keberadaan handphone itu akhirnya ia berhasil menemukannya. Ia mengangkat telepon dengan mata menyipit, terpampang nama Kinara di layar handphone. "Wa'alaikumussalam,"

       "Belum salam perasaan," ucap suara di sebarang telepon.

       "Gapapa, kenapa nelpon? Masih malam ini," balas Anindya.

       "Malam dari mana Anindya! Udah pagi buta ini, jam 6!" Mendengarkan ucapan Kinara, Anindya refleks duduk terbangun dengan kedua mata terbuka, ia menoleh pada jam dinding yang terpajang di kamarnya.

       "Ya Allah, astaghfirullah, Ki kok kamu nggak bangunin sih, kan aku udah mesen bangunin buat ngampus karena habis begadang semalam".

       "Nin, kugetok lho ya, coba deh buka pesan WhatsApp sama cek panggilan tak terjawab". Lontar Kinara yang langsung membuat Anindya mengecek handphone-nya. Benar saja ada 25 pesan belum terbaca dan 10 panggilan tak terjawab dari Kinara sahabatnya.

       Kinara adalah sahabat Anindya di kampus, ia seorang mahasiswi S1 Akuntansi yang kini menempuh semester 7. Umurnya memang lebih tua, tetapi pantang bagi Anindya untuk memanggilnya Kakak. Ia tidak suka disebut tua, jadi Anindya memanggilnya dengan nama kesayanganKiki.

      "Aku lupa Ki, HP semalam mode getar aja, ya sudah aku mau siap-siap dulu, ntar jam 7 ada janji sama Prof. Ratih soalnya". Ucap Anindya beriringan dengan suara telepon yang ia matikan sepihak.

     Ia bergegas turun dari kasur mengambil handuk dan terburu-buru untuk mandi. Usai mandi ia mengambil baju asal yang dirasa pantas dipakai ke kampus, kemudian langkahnya beralih pada cermin yang menggantung apik di dinding. Pandangannya terfokus pada cermin yang memantulkan wajah dengan kantong mata yang menjadi-jadi. Ia memoleskan sedikit bedak untuk menutupi wajah bantalnya dan tak lupa sedikit sentuhan liptint pada bibirnya.

=====

Magelang, Jawa Tengah, pukul 06:45 pagi.

       "Le, ndang budal kerjo! Tapi jupuk bekale sek yo!" (Nak, cepat berangkat kerja! Tapi ambil bekalmu dulu,ya) Teriak seorang wanita paruh baya dengan rambut digelung dan celemek yang mengalung di lehernya. Tangannya dengan gesit memindahkan nasi dan ayam goreng yang baru saja ia masak ke dalam kotak bekal.

       "Nggih, Bun!" (Iya, Bun) Saut seorang laki-laki muda dari kejauhan. Ia masih sibuk mengancing kemeja abu-abunya lalu menggulung sedikit lengannya. Jemarinya bergerak menulusuri tiap helai rambut dan bercermin di kaca lemari agar tampak rapi. Langkahnya beralih pada hoodie hitam yang menggantung di balik pintu kamar, tanpa waktu lama ia segera mengenakan hoodie itu dan bergegas menuju asal suara yang memanggilnya.

       "Ndi, Bun?" (Di mana, Bun?) Ujarnya pada wanita yang ia panggil dengan sebutan Bunda.

       "Iki bekalmu, ojo lali mangan yo!" (Ini bekalmu, jangan lupa makan ya!) Lontar Bunda memberikan kotak bekal pada laki-laki dengan tinggi sekitar 160 cm itu.

       "Nggih, siap Bundadari! Si bocil ndi, Bun?" (Iya siap Bundadari! Si bocil mana, Bun?)Tanyanya melihat sekeliling.

       "Adekmu adus," (Adekmu masih mandi) jawab Bunda.

       "Ya wes aku budal yo, Assalamu'alaikum!" (Ya sudah, aku berangkat ya, Assalamu'alaikum!) Laki-laki itu menyalami tangan Ibundanya lalu bergegas melangkah pergi.

       "Wa'alaikumussalam," saut Bunda.

       AngkasaLaki-laki berahang tegas dengan kulit sawo matang, rambutnya ditata ala kadarnya asal enak dipandang, dan tak lupa wajah berekspresi datar tapi meneduhkan jika dilihat-lihat. Kata Bunda ia manis, jelas saja orang tua mana yang tidak memuji anaknya sendiri. Akan tetapi, postur tubuh yang mendukung dan aura tersendiri membuat penampilannya pantas disebut dengan kata manis seperti kopi susu. Ia berjalan ke arah si merahsepeda ontel kesayangannya. Ia lebih suka mengayuh sepeda ke tempat kerjanya, rasanya lebih nyaman daripada menaiki motor. Apalagi udara pagi-pagi begitu menyegarkan. 

      "Ayo merah, kita berangkat!" Ucapnya menepuk si merah dan menaikinya.

=====

       Napas Anindya terengah-engah setelah berlari menaiki tangga dari parkiran sampai ke ruangan yang sekarang ada di hadapannya ini. Ruangan berukuran sedang terletak dekat dengan laboratorium taksonomi tumbuhan di jurusan Biologi, terdapat papan kotak yang menempel di pintu ruangan bertuliskan, ruang dosen. Ia mengatur napas pelan sambil mengipas wajah dengan kedua tangannya. Ia mengambil handphone dan menjadikan layar hitam handphone yang mati sebagai cermin, tangannya bergerak merapikan anak rambut yang menempel di kening dan pipinya akibat keringat setelah berlari tadi. Setelah dirasa rapi, ia mengetuk pintu pelan dan mengucapkan permisi. Tangannya memutar kenop pintu lalu menyembulkan kepalanya ke celah yang terbuka. Pandangannya beralih pada sosok wanita berumur dengan kacamata dan jilbab hijau sage yang menjuntai rapi menutupi kepalanya. Ia menghembuskan napas lega melihat Prof. Ratih masih duduk manis di kursinya. Saat ini pukul 07:00 pas, syukurlah ia tidak terlambat. Kakinya melangkah masuk pada ruangan ber-AC dengan dinding putih dan 2 jendela di masing-masing sisi pintu masuknya. Ia menyapa Prof. Ratih yang mengangguk membalas sapaannya lalu mempersilakan Anindya untuk duduk.

       "Anin sudah tau kenapa saya panggil saudari ke sini?" Tanya Prof. Ratih dengan bahasa formal.

       "Belum tau Ibu, kira-kira ada apa ya, Bu? Apa tugas laporan minggu lalu saya bermasalah?" Jawab Anindya gelisah karena Prof. Ratih dikenal sebagai dosen perfeksionis.

       Prof. Ratih terkekeh pelan sembari membuka laptopnya dan menunjukkan sesuatu kepada Anindya. "Coba kamu lihat apa ini?"

      "Surat kerjasama antara Ibu dengan BRIN?" Tanya Anindya pelan setelah membaca keseluruhan isi dokumen yang ditunjukkan.

       "Benar, saya akan melaksanakan penelitian selama 4 Bulan dan bekerjasama dengan BRIN, jadi saya juga membuka kesempatan bagi beberapa mahasiswa untuk bergabung dengan penelitian ini. Saya memanggil saudari secara khusus untuk meminta saudari bergabung langsung dengan penelitian ini, mengingat kamu merupakan salah satu mahasiswi berprestasi di kampus". Ucap Prof. Ratih tersenyum tipis.

      "Alhamdulillah terimakasih atas kepercayaannya, kalau ini saya tidak akan menolak Ibu, tentu akan saya terima dengan senang hati". Jawab Anindya girang.

      "Baik, kalau demikian saudari siapkan diri dan keperluan pribadi untuk ikut saya ke kota Magelang lusa esok. Semua biaya akan saya tanggung, saudari cukup siapkan diri dan badan yang sehat saja".

      Anindya mengangguk tersenyum menyalami tangan Prof. Ratih berterimakasih. 'Magelang, ternyata kota yang aku baca semalam justru jadi tujuanku saat ini'.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (6)
  • skyeveridai

    wuahhhh bagus pol polll
    ayo cepat up mbaa 🤩🤩

    Comment on chapter 2—Keberangkatan
  • sea

    akhirnya yg di tunggu up jugaaa ihiyyyyy, semangaattt nulis nya kakak ❤️🔥

    Comment on chapter 2—Keberangkatan
  • sea

    ayoo lanjut yuk yuk semangatt nulis nya, aku setia menunggu lanjutan nya😼❤️

    Comment on chapter 1—Magelang
  • yestyas

    Go go go next chap, semangattt kak💛

    Comment on chapter Prolog
  • matchachoco

    Tulisan dan pemilihan diksinya saya acungi jempolll. Suka dengan pengenalan karakter Angkasa dan Anindya. Penggambaran karakter di awal cukup menarik perhatian. Keep on going kak author !!! Awalan prolog yang bagus !!!

    Comment on chapter Prolog
  • sea

    INIII BARUU PROLOG AJAAA FEEL YAA UDAHH DAPETTTT AKSHSHS, AYOOO LANJUTTT KAKK PENASARAN KELANJUTAN NYA, SEMANGAT NULISNYA KAKAK!!!😼❤️

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Paragraf Patah Hati
5430      1756     2     
Romance
Paragraf Patah Hati adalah kisah klasik tentang cinta remaja di masa Sekolah Menengah Atas. Kamu tahu, fase terbaik dari masa SMA? Ya, mencintai seseorang tanpa banyak pertanyaan apa dan mengapa.
Manuskrip Tanda Tanya
4433      1459     1     
Romance
Setelah berhasil menerbitkan karya terbaru dari Bara Adiguna yang melejit di pasaran, Katya merasa dirinya berada di atas angin; kebanggaan tersendiri yang mampu membawa kesuksesan seorang pengarang melalui karya yang diasuh sedemikian rupa agar menjadi sempurna. Sayangnya, rasa gembira itu mendadak berubah menjadi serba salah ketika Bu Maya menugaskan Katya untuk mengurus tulisan pengarang t...
Furimukeba: Saat Kulihat Kembali
424      290     2     
Short Story
Ketika kenangan pahit membelenggu jiwa dan kebahagianmu. Apa yang akan kamu lakukan? Pergi jauh dan lupakan atau hadapi dan sembuhkan? Lalu, apakah kisah itu akan berakhir dengan cara yang berbeda jika kita mengulangnya?
DELUSI
524      367     0     
Short Story
Seseorang yang dipertemukan karena sebuah kebetulan. Kebetulan yang tak masuk akal. Membiarkan perasaan itu tumbuh dan ternyata kenyataan sungguh pahit untuk dirasakan.
Goresan Luka Pemberi Makna
1962      1455     0     
Short Story
langkah kaki kedepan siapa yang tau. begitu pula dengan persahabatan, tak semua berjalan mulus.. Hanya kepercayaan yang bisa mengutuhkan sebuah hubungan.
Ojek Payung
482      349     0     
Short Story
Gadis ojek payung yang menanti seorang pria saat hujan mulai turun.
Mencari Virgo
460      320     2     
Short Story
Tentang zodiak, tentang cinta yang hilang, tentang seseorang yang ternyata tidak bisa untuk digapai.
Rasa Itu
683      501     0     
Short Story
REMEMBER
4238      1273     3     
Inspirational
Perjuangan seorang gadis SMA bernama Gita, demi mempertahankan sebuah organisasi kepemudaan bentukan kakaknya yang menghilang. Tempat tersebut dulunya sangat berjasa dalam membangun potensi-potensi para pemuda dan pernah membanggakan nama desa. Singkat cerita, seorang remaja lelaki bernama Ferdy, yang dulunya pernah menjadi anak didik tempat tersebut tengah pulang ke kampung halaman untuk cuti...
Sosok Ayah
886      488     3     
Short Story
Luisa sayang Ayah. Tapi kenapa Ayah seakan-akan tidak mengindahkan keberadaanku? Ayah, cobalah bicara dan menatap Luisa. (Cerpen)