Acara berkumpul para perempuan broadcast berakhir setelah Magrib, sebenarnya Maria kesal, berkumpul dengan mereka, dia tidak dihargai sama sekali. Yang mengajaknya bicara dari awal sampai akhir acara hanyalah seorang Naya, jadi itu membuat Maria nyaman dengan Naya.
Sampainya dia di rumah, terdapat mobil yang sangat familier terparkir di depan rumahnya. Itu adalah mobil Jun, kenapa Jun malam-malam mampir di rumahnya. Memang Jun adalah orang Korea pengangguran, kenapa malam-malam masih saja bertamu. Memang aneh sekali.
“Assalamualaikum. Maria pulang.” Maria memberi salam dan langsung masuk saja karena pintu rumahnya tidak biasanya terbuka lebar-lebar seperti sekarang ini.
“Waalaikumsalam, Nak, ya ampun. Kamu lama banget ngumpulnya.” Maya merangkul Maria.
“Mama dikasih tahu sama Jun, ya?” Maria menebaknya. Ya karena tadi dia lupa tidak pamit kepada orangtuanya kalau akan pulang terlambat.
“Iya lah. Daritadi kita ngobrol di kamar kamu, dia lagi upload video kalian tuh,” ujar Maya.
“Sekarang dia masih di kamar aku?” mata Maria terbelalak.
“Iya. Ya udah sana samperin,” ujar Maya.
“Oke, Ma. Siap!” Maria bergegas ke lantai atas, lebih tepatnya ke kamarnya untuk menghampiri Jun.
“Jun!!!” teriak Maria saat dia sudah sampai didepan pintu kamar. Terlihat Jun sedang duduk serius di meja belajar miliknya.
“Ih gila teriakan lo!” Jun menutup kedua telinga dengan kedua tangannya sambil memandangi layar laptop milik Maria.
“Lo ngapain malam-malam ke sini, Bambang?” tanya Maria meskipun dia sudah diberitahu oleh mamanya.
“Gue tuh khawatir sama lo, gue telepon nggak lo angkat sama sekali. Ya udah sekalian gue ke sini sambil upload video. Sorry wifi rumah gue lagi error, hehe.” Jun tersenyum malu-malu.
“Idih sok perhatian,” goda Maria. “Beneran udah lo upload? Berapa persen?” sambungnya sambil ikut melihat layar laptopnya.
“Bentar lagi selesai,” jawab Jun.
“Jun, lo keluar kamar gue dulu, dong. Makan sama emak gue sono,” suruh Maria tiba-tiba.
“Lah, kenapa?” Logat nyolot khas Korea milik Jun mulai muncul.
“Gue belum mandi. Emang gue bau wangi, ya?” Maria mencium aroma badannya.
“Oh iya lo baru pulang. Ya udah gue tinggal, ya?” Jun memosisikan dirinya berdiri tegap. Tetapi entah kenapa tiba-tiba dia langsung memeluk Maria dengan erat.
“Eh,eh, ngapain peluk-peluk?” protes Maria, dia kesulitan bernafas di peluk Jun dengan tubuh kekar yang dimilikinya.
“Nggak papa. Pengen aja,” jawabnya santai sambil melepas pelukannya. Dia lalu keluar dari kamar Maria dan menutup pintunya sambil tersenyum manis.
********
Maria menuruni anak tangga setelah selesai mandi, dia menuju ke ruang makan untuk makan malam bersama keluarganya dan ditambah lagi dengan Jun. Adanya kehadiran Jun, pasti mamanya memasak makanan khas Korea. Maria tahu kebiasaan mamanya, dia selalu membuat masakan sesuai selera tamu. Sangat amat perhatian, baginya tamu adalah seorang raja.
“Yes! Makanan Korea,” ujar Maria. Matanya berbinar ketika melihat masakan Maya tertata rapi diatas meja makan. Semua orang sudah menunggunya turun daritadi.
“Lo mandi kayak Putri Solo yah ... lama bener,” ledek Jun.
“Idih kayak tahu Solo aja lo,” protes Maria lalu duduk di samping Jun.
“Tahu lah,” ujar Jun dengan percaya diri.
“Emang apa?” Maria menantangnya. Dia ingin mendengar jawaban dari Jun.
“Lagunya Jennie Blackpink lah. Now I’m going Solo! I’m going So-lololo,” jawab Jun sambil memperagakan gerakan dance lagu tersebut.
“Astaghfirullah Jun. Nggak gitu konsepnya,” kesal Maria. Maria gemas mendengar lawakan receh dari Jun, Maria kira hanya orang Indonesia saja yang lawakannya receh.
“Hahaha ....” Jun tertawa lepas.
“Ih ngobrol mulu, ayo dimakan!” Maya kembali duduk setelah menyiapkan minuman untuk mereka.
“Jun ayo makan Jun.” Aidan mempersilakan Jun untuk makan. “Jangan dengerin Maria, cerewet!” bisiknya di dekat telinga Jun.
“Maria bisa dengar loh, Pa,” ucap Maria melirik mereka berdua.
“Hehe ... sorry, Beb,” goda papanya.
Mereka lalu makan bersama, dan setelah itu Maria dan Jun kembali ke kamar untuk mengurus video mereka.
Dan melihat sudah berapa viewers setelah mereka tinggal makan malam sebentar. Jun membuka laptop Maria dan membuka laman YouTube, tapi Maria malah menutup kedua matanya. Jun jadi heran dengan tingkahnya.
“Woi!” ujar Jun.
“Apaan?” tanya Maria. Dia masih saja belum membuka matanya.
“Ngapain ditutup?”
“Takut,” ucap Maria dengan logat bicara manjanya.
“Iishh ... ayo buruan buka!” Jun menyingkirkan kedua tangan Maria dari matanya.
“Gue deg-degan Jun, sumpah!” Maria duduk disamping Jun sambil memegang dadanya. Dia benar-benar grogi. Mereka bersama-sama melihat views video, ekspresi mereka benar-benar kaget. Baru saja ditinggal beberapa jam, sudah mencapai 3,2 juta viewers. Mereka tidak menyangka akan secepat ini, Maria lalu mencubit tangan Jun. Dia mengecek apakah ini mimpi atau kenyataan.
“Arghhh!” Jun merintih kesakitan.
“Sakit nggak Jun?” tanya Maria dengan konyolnya.
“Ya iyalah,” ketus Jun.
“Berarti ini nggak mimpi Jun!!” teriak Maria. Lalu dia memeluk Jun dengan erat dan sangat erat sampai Jun kesulitan bernapas, tetapi Jun tetap membiarkannya. Karena dia juga senang melihat Maria gembira dan tersenyum seperti ini.
“Congrats for you,” bisik Jun.
“Aaaaa! Congrats for you too Jun. Congrats for us!” teriak Maria sampai dia tidak sadar kalau air matanya mengalir begitu saja. Ini adalah pertama kalinya dia menangis karena bahagia.
“Eh eh eh,” tegur Maya yang kebetulan melewati kamar Maria.
“Hai, Ma,” sapa Maria sambil melepas pelukannya.
“Ngapain peluk-peluk atuh? Kelihatannya girang banget,” ujar Maya lalu masuk ke dalam kamar.
“Sini tante, lihat, deh!” Jun mengajak Maya untuk melihat channel youtube mereka di laptop.
Melihat itu, Maya juga turut senang. Subscribers dan viewers channel YouTube mereka yang bernama ‘Two World ID’ meningkat dengan cepat, Maya lalu memeluk mereka berdua.
“Selamat anak-anak berbakat! Maria, maafin Mama, ya! Mama kira jadi kpopers itu nggak berguna!” ujar Maya terus terang mengakui kesalahannya dulu. Dia selalu memarahi Maria karena membuang-buang waktu berteriak di layar TV ketika melihat para idolanya saat tampil, terutama NCT. Ternyata kehaluan itu bisa membuahkan hasil seperti ini.
“Haha ... makasih Mama,” ujar Maria.
“Makasih Tante,” imbuh Jun.
“Besok harus besok! Pulang sekolah kalian harus photoshoot, nanti Mama bayar fotografer suruh ke sini,” ucap Maya heboh. Dia merencakan sesuatu secara mendadak.
“Buat apa, Ma?” tanya Maria kebingungan.
“Iih harus foto berdua, dong, kan kalian partner. Belum buat instagramnya Two World ID, kan?” kata Maya. Meskipun bisa dibilang ibu-ibu, tapi dia gaul karena mengikuti perkembangan zaman anak sekarang.
“Bener juga kata Mama lo Mar.” Jun menyenggol lengan Maria.
“Oke, Ma, siap! Besok!” Maria menyetujuinya.