Read More >>"> Cinta Dalam Diam
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Cinta Dalam Diam
MENU
About Us  

                                                                                                                                               Malam-malam yang selalu sama ......

Kamu tahu bagaimana rasanya kosong itu. Bahkan hari-hari yang ku lalui pun terasa hampa. Bukan karena ada atau tidak adanya kamu. Semua hanya terlihat sama. Kamu yang semakin bersinar dan aku yang semakin memudar. Kepalaku saat ini dihujani dengan berbagai macam persoalan dan sangking banyaknya aku biarkan saja semua masalah itu menumpuki isi kepala ku hingga aku malah berpikir apa yang harus aku lakukan?, dari sekian banyak permasalahan itu. Tidak ada yang menarik. Aku lebih tertarik tentang mu. Konyol. Jika kamu tahu entah apa yang kamu pikirkan tentang ku. Aku pun benci dengan pikiran ini. Aku sangat benci dengan diri ku sekarang, yang mengisi hari-hari ku dengan mengingat mu. Aku ingin membuang mu jauh-jauh dari kepala ku. Seperti hari sebelum aku mengenal mu. Namun aku selalu ingin tahu semua tentang kamu, bahkan jika kamu tahu betapa aku sangat merindukan mu. Aku ingin kamu tahu itu. Bahwa jantung ku hampir meledak karena rasa ini sudah sangat menyesakkan

Untuk mu yang ku sebut Cinta ...

            Kututup buku bersampul ungu itu dan meletakkannya kembali dalam barisan buku-buku lain yang semua isinya adalah tentang dia. Iya dia, mungkin sebagian orang berpendapat bahwa mengagumi seseorang itu wajar. Ya sangat wajar, apa lagi jika orang tersebut bisa memotivasi kita untuk lebih baik. Seperti umat muslim yang mengidolakan Rasulullah sang motivator terbaik sepanjang sejarah peradaban umat manusia. Atau ketika kita mengidolakan orang-orang sukses dan penulis-penulis hebat. Bahkan orang tua kita pun bisa menjadi sang idola. Tapi ketika kita mengagumi seseorang, apa lagi jika dia adalah lawan jenis dan masih singel. Usahakan untuk tidak bawa-bawa perasaan karena itu adalah aturan mainnya. Tapi aku melanggar aturan itu. Aku sudah terlanjur jatuh hati, bahkan mungkin sudah dapat dikatakan aku telah jatuh cinta. Tapi begitulah cinta. Siapa yang bisa menolak kedatangan cinta. Yang tiba-tiba datang tanpa salam dan permisih. Dan bahkan bisa tiba-tiba saja pergi. Sebenarnya aku bukan tipe wanita yang mudah sekali jatuh cinta. Bukan karena aku tipe pemilih atau terlalu sombong untuk menaruh hati. Hanya belum ada yang mampu mendebarkan jantungku kecuali dia. Dia adalah, Kak Fahreza kakak Dela sahabat ku.

Kak Fahre masih kuliah empat semester diatas ku, bisa dibilang dia adalah senior dan sebentar lagi akan menyelesaikan studinya. Walaupun masih kuliah Kak Fahre sudah memiliki usaha Outlet Franchise dibeberapa tempat bahkan sudah sampai keluar daerah, bisa dibilang dia adalah Ownernya. Dan dia juga sudah punya rancangan S2 keluar negeri, wow. Sebenarnya bukan hal-hal itu yang membuat ku mengaguminya. Yang membuat ku jatuh hati adalah karena kesolehannya. Dengan kesibukkan yang sangat padat Kak Fahre tidak pernah meninggalkan ibadah bahkan dia masih sempat menjadi pembicara dibeberapa agenda ta’lim, pengajian atau seminar motivasi yang diadakan mahasiswa. Dan yang lebih keren lagi adalah tilawahnya yang mampu menggetarkan hati ku. Kurasa karena itulah aku jatuh hati padanya. Dan wanita mana yang tidak jatuh hati pada laki-laki soleh, laki-laki seperti itulah yang menjadi calon imam dambaan semua wanita. Tapi aku hanya dapat memendam dan menahan rasa ini sendiri, bahakan Dela pun tidak tahu bahwa aku jatuh hati pada Kakaknya Fahreza. Pernah suatu waktu ketika Dela datang ke rumah ku. Pada saat itu aku sedang mandi jadilah Ibu menyuruh Dela untuk menunggu dikamar ku. Ibu juga sudah sangat mengenal Dela jadi tidak masalah jika Dela masuk ke kamar ku. Rupanya saat sedang menunggu ku, Dela melihat buku keramat yang biasa aku gunakan untuk menuangkan seluruh curahan hati. Untung lah saat itu aku melihatnya dan menghentikannya untuk membuka buku itu.

            “Del, tunggu!,” ucap ku sedikit keras hingga membutnya terkejut.

            “Kenapa win,” sahut Dela dan kembali meletakkan buku itu di meja.

            “Emm, gak apa-apa kok. Kapan datang?,” tanya ku, berusaha mengalihkan perhatian Dela dari buku ku.

            “Belum lama kok, kita jadi ke perpuskan?”

            “Jadi dong aku siap-siap dulu ya. Emm Del bisa tunggu di luar gak aku mau ganti baju nih”

            “Oh iya sorry aku lupa,” dan Dela pun pergi meninggalkan kamar ku. ‘Mengapa aku sangat teledor sih meletakkan buku keramat ini sembarangan,’ ucap ku dalam hati. Tak berapa lama aku pun telah selesai bersiap-siap, dress biru polos yang dipadukan dengan hijab bunga-bunga warna senada.

            “Yuk Del”

            “Yuk, tapi kita pergi pake motor aku aja ya”

            “Oke.” Setelah berpamitan dengan Ibu ku kami pun pergi, tujuan hari ini adalah perpustakaan daerah. Tempat tongkrongan favorit aku dan Dela. Dela suka membaca buku-buku motifasi, buku-buku non fiksi. Sedangkan aku suka dengan novel-novel, buku fiksi. Selain membaca aku juga suka menulis. Aku juga sudah sering mengikuti lomba-lomba cerpen dan puisi. Dan juga sudah memiliki beberapa novel hasil karangan ku. Impian ku adalah menjadi seorang penulis, aku ingin bisa memotivasi orang lain lewat tulisan walaupun hanya dari sebuah novel, seperti novel-novelnya Habiburrahman. Menurutku novel-novel beliau bukan hanya sekedar novel cerita kehidupan. Tapi novel-novel beliau sarat akan ilmu dan motivasi. Dan karena itu juga lah aku ingin bisa menjadi penulis seperti beliau, hitung-hitung juga bisa dakwan lewat tulisan. Setelah memilih beberapa buku yang akan ku baca sekaligus ku pinjam nanti. Aku dan Dela pun duduk disalah satu meja bundar di tengah ruang perpustakaan.

            “Wina, aku mau cerita nih,” Dela memulai percakapan.

            “Cerita apa Del”

            “Kak Fahre kan dua minggu lagi mau wisuda, katanya sih setelah wisuda dia mau nikah,” ucap Dela. Aku tersentak mendengar penuturannya. Jika saja saat itu aku sedang makan atau minum mungkin akan tersedak. Mata ku menatap Dela tak berkedip. Tubuh ku panas dingin dibuatnya entah perasaan apa ini. Tapi aku berusaha untuk tetap tenang di depan Dela.

            “Mengapa kamu menatap ku seperti itu Win?”

            “Aku hanya terkejut mendengar kabar baik itu, aku ikut senang Del,” sahut ku, meskipun rasanya aku tidak mampu untuk berkata-kata.

            “Aku juga senang Kakak ku akan menikah, menikahkan sunah Rasul”

            “Oh iya Del, memangnya Kak Fahre mau nikah sama siapa?, apa kamu sudah pernah melihat calonnya?,” aku menghujani Dela dengan banyak pertanyaan.

            “Aku juga tidak tahu Win, Kakak hanya bilang ingin menikah. Tapi tidak memberitahu dengan siapa. Aku juga tidak banyak kenal dengan teman-teman Kak Fahre yang perempuan”

            “Tapi bukannya Kak Fahre mau lanjut S2 ya?”

            “Kuliah sih tetap lanjut, tapikan syarat menikah tidak harus selesai kuliah dulu. Yang terpenting sudah ada kesiapan lahir batin. Kata Kak Fahre sih kalau istrinya nanti juga mau ikut ketempat dia menempuh studi dia akan membawanya, bahkan akan lebih baik lagi jika dia dan istrinya bisa sama-sama kuliah”

            “Wah beruntung sekali wanita yang menikah sama Kakak kamu Del,” ucap ku. Bahkan kata-kata ku sendiri sudah cukup membuat hati ku runtuh. Ini lah akibat jika jatuh cinta tidak pada waktunya. Dan ini juga resiko bagi cinta sepihak. walaupun aku tahu resiko yang akan aku tanggu adalah sakit hati. Tapi aku tidak menyangkan jika rasanya sesakit ini.  Dan aku benar-benar merasakan hujan di hati ku.

                                                                                                ***

                                                                                                                                               Semoga ini yang terakhir tentang mu....

Aku ingin menangis menumpahkan segala sesak yang ku rasa. Ini salah ku, dan ini pula resiko yang harus aku tanggu. Dan pedih ini. Ahh, aku kasihan pada diri ku sendiri. Ingin ku maki diri ini. Mengapa aku seperti ini. Harusnya dari dulu aku sudah melupakan kamu. Mengapa kamu tidak juga mau pergi dari hati ku. Aku tahu ini bukan salah kamu. Salah ku yang berharap tinggi menginginkan mu. Aku tahu aku bahkan tak pantas ada disamping mu. Meski kita ada di jalan yang sama tapi kau sudah lebih dulu berlari. Aku telah jauh tertinggal. Berharap kau menoleh dan menyapa ku itu sudah sangat membuat ku bahagia. Tapi sudahlah sudah cukup sekarang. Kau akan bahagia dengan takdir mu dan aku juga akan bahagia untuk mu. Mungki juga dengan segera aku akan berhasil melupakan mu. Aku butuh waktu entah berapa lama itu. Aku juga ingin bahagia meski tidak dengan mu. Biarlah rasa ini menjadi sejarah hati ku bahwa kau pernah bertahta di dalamnya. Biar ini menjadi rahasia antara aku dan Allah saja. .

Untuk mu yang ku sebut cinta ...

            Ku tutup kembali buku bersampul ungu itu. Ku rebahkan kepala ku di atasnya. Tanpa terasa air mata ku pun mulai menetes. Butiran hangat itu mewakili rasa sesak dan sakitnya hati ini. Ini bukan cemburu. Bagaimana mungkin ini bisa menjadi cemburu jika aku saja tidak pernah memilikinya. Ini adalah kekalahan. Aku telah kalah di pertempuran rasa ini. Bahkan dari awal aku memang sudah kalah. Dan tangis ku semakin menjadi.

                                                                                                  ***

            Beberapa bulan pun berlalu. Setelah wisudanya Kak Fahreza, hingga saat ini belum ada kabar lagi dari Dela terkait pernikahan Kakaknya. Tapi aku sudah tidak perduli lagi dengan itu. Dan sekarang aku sudah bisa mengontrol sedikit perasaan ku. Dengan semakin menyibukkan diri dengan tugas-tugas kuliah dan tulisan-tulisan ku. Aku juga rutin mengikuti pengajian, atau seminar-seminat bersama Dela. Aku menikmati aktifitas ku sekarang hingga aku bisa sedikit terlupa dengan rasa yang aku sebut cinta itu. Sudahlah aku tidak mau jatuh dilubang yang sama untuk kedua kalinya. Cukup sekali aku melakukan kesalahan itu.

            “Win, aku sudah tahu siapa wanita yang selama ini disukai Kak Fahre,” ucap Dela dengan mata berminar. Aku sedikit terkejut tiba-tiba Dela kembali membuka topik soal Kakaknya disaat aku berusaha untuk tidak ingin mengingat nama itu sedikit pun. ‘Maaf Del, bukan aku membenci Kakak mu, justru karena aku sangat menyukainya dan berusaha ingin melupakannya aku tidak ingin kita membahas dia sekarang,’ batin ku.

            “Benarkah siapa Del?,” pada akhirnya itu lah yang keluar dari lisan ku.

            “Aku juga tidak menyangka, kamu juga pasti kaget Win. Dia seorang penulis kaya kamu dan Kak Fahre suka sekali membaca tulisan-tulisannya. Kata Kakak tulisannya penuh makna dan banyak motivasi. Dan kalau memang wanita itu belum ada yang melamar dan bersedia untuk menikah. Kak Fahre siap untuk datang melamar Win.” Ku tatap wajah Dela yang sangat bahagia itu. Entah bagaimana eksperesi bahagia wanita yang dimaksud itu jika mendengarnya. Pasti sangat bahagia sekali.

            “Kakak kamu pasti tidak salah memilih pasangan, aku ikut bahagia Del. Aku do’akan yang terbaik untuk kebahagiaan Kak Fahre. Jangan lupa undang aku ya diacara pernikahannya nanti,” ucap ku. Meskipun aku sangat berharap tidak mendapatkan undangan tapi itu sangat tidak mungkin.

            “Apa kamu tidak penasaran dengan wanita itu Win?,” tanya Dela. ‘Tidak Del, cukup aku tidak ingin tahu lebih banyak lagi. Tolong jangan buka luka yang belum kering ini,’ rintih ku.

            “Emm..siapa Del?,” kata itu terucap juga.

            “An’nisa penulis novel ‘Terbanglah Rindu-Rindu’”

            “Eemmmm. Em!,” aku tersentak.

            “Siapa Del?,” tanya ku lagi berusaha meyakinkan.

            “An’nisa penulis novel ‘Terbanglah Rindu-Rindu’” ucap Dela lagi dengan senyum mengembang. Mendengar itu, membuat tubuhku semakin lemah bahkan aku tidak merasakan tapak kaki ku. Jantungku bergemuruh hebat.

            “Selama ini aku sudah yakin itu orangnya, saat aku melihat Kakak banyak menyimpan novel-novel tulisannya.” Ucap Dela lagi. Tapi aku tidak dapat berkata apa-apa. An’nisa itu adalah aku. Nama pena yang aku gunakan sebagai nama pengarang di novel-novel ku.

            “Dan aku juga tahu An’nisa juga menyukai Kakak ku. Maaf ya Win aku tidak sengaja membaca buku diary mu waktu di kamar”

            “Del, kamu membuatku sangat malu”

            “Maaf Win. Tapi apakah kamu mau menerima Kakak ku?,” tanya Dela. Sebuah pertanyaan yang dulu ku pikir tidak akan pernah ku dengar.

            “Katakan pada Kak Fahre, silahkan temui Ayah ku,” hanya itu yang dapat ku katakan pada Dela dan memeluknya. Aku benar-benar tidak mengerti dengan cinta. Disaat aku berharap, cinta seakan pergi menjauh. Dan saat aku melepaskannya, cinta datang padaku. Ah, sunggu skenario Allah sangat indah.

 

           

 

 

 

 

 

 

 

Tags: Romance

How do you feel about this chapter?

0 0 0 1 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
ARRA
1218      551     6     
Romance
Argana Darmawangsa. Pemuda dingin dengan sebentuk rahasia di balik mata gelapnya. Baginya, hidup hanyalah pelarian. Pelarian dari rasa sakit dan terbuang yang selama ini mengungkungnya. Tetapi, sikap itu perlahan runtuh ketika ia bertemu Serra Anastasya. Gadis unik yang selalu memiliki cara untuk menikmati hidup sesuai keinginan. Pada gadis itu pula, akhirnya ia menemukan kembali sebuah 'rumah'...
Premium
KLIPING
2820      1494     1     
Romance
KLIPING merupakan sekumpulan cerita pendek dengan berbagai genre Cerita pendek yang ada di sini adalah kisahkisah inspiratif yang sudah pernah ditayangkan di media massa baik cetak maupun digital Ada banyak tema dengan rasa berbedabeda yang dapat dinikmati dari serangkaian cerpen yang ada di sini Sehingga pembaca dapat memilih sendiri bacaan cerpen seperti apa yang ingin dinikmati sesuai dengan s...
KNITTED
1354      595     1     
Romance
Dara memimpikan Kintan, teman sekelasnya yang sedang koma di rumah sakit, saat Dara berpikir bahwa itu hanya bunga tidur, pada pagi hari Dara melihat Kintan dikelasnya, meminta pertolongannya.
She Is Mine
320      206     0     
Romance
"Dengerin ya, lo bukan pacar gue tapi lo milik gue Shalsa Senja Arunika." Tatapan Feren makin membuat Shalsa takut. "Feren please...," pinta Shalsa. "Apa sayang?" suara Feren menurun, tapi malah membuat Shalsa bergidik ketakutan. "Jauhin wajah kamu," ucapnya. Shalsa menutup kedua matanya, takut harus menatap mata tajam milik Feren. "Lo pe...
Under The Same Moon
360      236     4     
Short Story
Menunggumu adalah pekerjaan yang sudah bertahun-tahun kulakukan. Tanpa kepastian. Ketika suatu hari kepastian itu justru datang dari orang lain, kau tahu itu adalah keputusan paling berat untukku.
Reach Our Time
9759      2269     5     
Romance
Pertemuan dengan seseorang, membuka jalan baru dalam sebuah pilihan. Terus bertemu dengannya yang menjadi pengubah lajunya kehidupan. Atau hanya sebuah bayangan sekelebat yang tiada makna. Itu adalah pilihan, mau meneruskan hubungan atau tidak. Tergantung, dengan siapa kita bertemu dan berinteraksi. Begitupun hubungan Adiyasa dan Raisha yang bertemu secara tak sengaja di kereta. Raisha, gadis...
Suami Untuk Kayla
7396      2388     7     
Romance
Namanya Kayla, seorang gadis cantik nan mungil yang memiliki hobi futsal, berdandan seperti laki-laki dan sangat membenci dunia anak-anak. Dijodohkan dengan seorang hafidz tampan dan dewasa. Lantas bagaimana kehidupan kayla pasca menikah ? check this out !
Gray November
2926      1121     16     
Romance
Dorothea dan Marjorie tidak pernah menyangka status 'teman sekadar kenal' saat mereka berada di SMA berubah seratus delapan puluh derajat di masa sekarang. Keduanya kini menjadi pelatih tari di suatu sanggar yang sama. Marjorie, perempuan yang menolak pengakuan sahabatnya di SMA, Joshua, sedangkan Dorothea adalah perempuan yang langsung menerima Joshua sebagai kekasih saat acara kelulusan berlang...
Soulless...
5324      1208     7     
Romance
Apa cintamu datang di saat yang tepat? Pada orang yang tepat? Aku masih sangat, sangat muda waktu aku mengenal yang namanya cinta. Aku masih lembaran kertas putih, Seragamku masih putih abu-abu, dan perlahan, hatiku yang mulanya berwarna putih itu kini juga berubah menjadi abu-abu. Penuh ketidakpastian, penuh pertanyaan tanpa jawaban, keraguan, membuatku berundi pada permainan jetcoaster, ...
Hey, I Love You!
1105      468     7     
Romance
Daru kalau ketemu Sunny itu amit-amit. Tapi Sunny kalau ketemu Daru itu senang banget. Sunny menyukai Daru. Sedangkan Daru ogah banget dekat-dekat sama Sunny. Masalahnya Sunny itu cewek yang nggak tahu malu. Hobinya bilang 'I Love You' tanpa tahu tempat. Belum lagi gayanya nyentrik banget dengan aksesoris berwarna kuning. Terus Sunny juga nggak ada kapok-kapoknya dekatin Daru walaupun sudah d...