Senja boleh dibilang merupakan keindahan alam yang bisa dinikmati secara gratis. Senja atau rembang petang adalah pembatas siang dan malam. Senja di awali dengan matahari yang mulai tenggelam di ufuk barat.
Senja adalah bagian waktu dalam hari atau keadaan setengah gelap di bumi sesudah matahari terbenam, ketika piringan matahari secara keseluruhan telah hilang dari cakrawala. Warna langit yang cenderung bercampuran merah dan orange akan nampak jauh lebih indah. Banyak yang menyukai senja karena kita bisa menikmati pemandangan langit yang dihiasi warna orange atau jingga yang menenangkan dan berlangsung begitu singkat.
Senja identik dengan perasaan rindu dan dikaitkan dengan perasaan cinta. Apakah itu yang sedang di rasakan oleh Go Haewon? Mungkinkah dia sedang merindukan sosok seorang Kim Taehyung.
Gadis itu masih berdiri menikmati senja saat itu. Angin semilir menerbangkan rambutnya yang terurai panjang. Mata indahnya menatap langit senja saat itu.
"Aku rindu ... aku merindukan dia dan tempat itu," lirihnya. "Apa kau disana juga sedang menatap langit?"
Go Haewon sangat merindukan padang ilalang yang terletak di belakang Goshiwon. Padang ilalang yang banyak meninggalkan kenangan manis.
Sementara itu di Daegu, seorang pemuda nampak masih terduduk di antara ilalang. Romantisnya senja menambah syahdunya tempat itu. Taehyung menatap ke atas, dia menatap langit senja yang berkilauan orange kemerahan. Warna senja yang jauh lebih indah.
Seulas senyuman terlukis di bibir Taehyung ketika dia ingat seseorang. Bayangan wajah gadis itu tergambar di langit senja.
"Aku merindukanmu. Apakah kau juga sedang menatap senja saat ini, seperti dulu kita berdua menghabiskan waktu di padang ilalang hingga senja menjemput."
Taehyung menghibur dirinya sendiri. Dia merasakan rasa rindu yang teramat berat. Gadis yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar.
"Aku pasti akan menemukanmu!"
ππππππ
Sang Raja siang nampak malu-malu di balik gumpalan awan hitam, dia enggan menunjukkan kuasanya. Binar yang indah perlahan merangkak ke ufuk barat dan sirna di telan gulungan-gulungan awan hitam. Awan hitam yang berjalan berjajar di langit mempertandakan bahwa langit kalau itu sedang bersedih dan akan menangis membasahi bumi dengan beribu alasan.
Dilema tengah dirasakan oleh Taehyung saat itu. Entah kenapa tiba-tiba rasa itu muncul, dia terlihat gelisah ketika harus pulang ke rumah. Dia pun segera meraih tas dan segera meluncur menggunakan skutter matic-nya yang ternyata selama dia di Seoul, skutter matic-nya diurus oleh Kyujung.
Taehyung mengendarai skutter matic-nya dengan kecepatan rata-rata membelah jalanan kota Daegu yang masih ramai, 30 menit berlalu, akhirnya Taehyung sampai juga di rumah.
Matanya tampak berbinar ketika menatap sebuah rumah yang ada di depannya. Dia menghela napas pelan, dia merasa seperti sudah bertahun-tahun meninggalkan rumahnya itu. Padahal dia hanya meninggalkan rumah selama 8 bulan.
Taehyung menuntun skutter matic-nya masuk ke halaman rumahnya dan langsung memasukkan ke dalam garasi mobil. Di dalam garasi terlihat mobil Ayah Taehyung sudah terparkir.
"Sepertinya Ayah sudah pulang. Apa Taejung juga berada di rumah?" beonya pelan.
Taehyung lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah lewat pintu belakang.
"Aku pulang!" teriaknya lirih dan melepas sepatunya.
"Kebiasaan! Masuk itu lewat pintu depan, bukan lewat pintu belakang. Sudah seperti maling saja kau ini!"
Sebuah suara mengangetkan Taehyung yang sedang duduk melepaskan sepatunya.
"Kau juga punya kebiasaan mengagetkan orang!" gerutuk Taehyung tak mau kalah.
"Sudah ... sudah, rumah pasti ramai kalau kalian berdua ada di rumah," Ibunda menengahi keributan kedua putranya itu. "Taehyung, Kakek sudah menunggumu di ruang tamu."
Taehyung tersedak di depan kulkas ketika mendengar kalimat sang Ibu, dia pun menepuk-nepuk dadanya sendiri.
"Apa! Kakek sudah disini?"
"Cepat temui Kakekmu!"
Taehyung langsung menaruh botol air minum kembali ke dalam kulkas dan dia segera melangkah menuju ruang tamu. Seorang pria tua dengan duduk dengan Ayahnya, mereka berdua tengah asyik bermain Yut. Melihat hal itu, Taehyung menaikkan alisnya.
Apa mereka sudah baikkan? batinnya.
Taehyung berdiri terdiam memandang kedua pria yang sedang bermain Yut. Pemandangan yang sungguh indah. Taejung yang baru datang langsung berdiri di samping Taehyung, menyenggol siku Taehyung, dan memajukan dagunya memberi kode.
Hati kedua pemuda itu merasa damai melihatnya. Jarang sekali mereka berdua melihat Kakek dan Ayahnya duduk berdua.
"Apa kau akan terus berdiri seperti itu, Kim Taehyung?"
"Hah?" Taehyung cengo.
"Cepat bersihkan badanmu dan kita akan segera berangkat!"
"Malam ini, Kek!" sahut Taehyung.
Kakek Kim menatap Taehyung tajam, sorot matanya mengartikan sesuatu. Sesuatu yang tak suka ditolak. Taehyung yang memahaminya langsung pergi berlalu.
Sepuluh menit setelah Taehyung membersihkan diri, dia kembali ke lantai bawah.
"Apa kita benar-benar berangkat sekarang, Kek?" tanya Taehyung lagi. Kakek Kim hanya mengangguk. "Apa Taejung ikut juga, Kek?" tanyanya lagi.
"Tidak!" sela Taejung. "Besok aku ada rapat, mewakili Kakek!" imbuh Taejung.
"Jadi? Aku dan Kakek saja yang berangkat ke Gyeongsangnam-do?" Taehyung menunjuk dirinya sendiri.
Semua orang yang sedang duduk di ruang tengah langsung menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Taehyung.
"Sudah siap?" tanya Kakek Kim lalu berdiri dari sofa dan melangkah keluar rumah. Sesaat setelah itu Taehyung menyusul Kakek Kim keluar.
Di luar sudah ada sebuah mobil yang terparkir di depan rumah. Kakek Kim segera masuk ke dalam mobil, disusul oleh Taehyung. Kakek Kim dan Taehyung duduk di kursi belakang. Mobil melaju pelan meninggalkan rumah Taehyung. Mobil melaju menuju perbatasan kota.
ππππππ
Namhaedo, sebuah pulau di propinsi Gyeongsang Selatan. Kota yang sangat indah dengan pemandangan sawah bertingkat.
Pagi itu mobil yang dinaiki Kakek Kim dan Taehyung telah sampai di kota Namhaedo. Taehyung menurunkan kaca mobil yang sedang melaju pelan, matanya terus menatap pemandangan di luar. Pemandangan yang sangat indah, hamparan sawah yang sangat luar, padi-padi yang mulai menghijau melambai-lambai karna tertiup angin.
Hamparan padi yang menghijau seakan menari-nari karna tertiup angin. Bagaikan gelombang air laut yang bergulung-gulung, hamparan padi itu mengingatkan Taehyung pada pada ilalang. Pemuda itu sangat terkesima untuk sesaat, karna di Daegu tidak ada hamparan sawah yang sangat luas. Daegu justru di kelilingi banyak rumah-rumah dan gedung-gedung.
Udara pagi itu di kota Namhaedo masih sangat sejuk dan segar. Taehyung begitu sangat menikmatinya. Pemuda itu ingin sekali bertanya kemana tujuan selanjutnya pada Kakeknya. Namun sayang, Taehyung mengurungkan niatnya karna sang Kakek terlihat masih memejamkan matanya. Taehyung pun juga merasa sangat lelah karna dia tidak bisa tidur nyenyak di mobil.
Mobil berlahan memasuki area sebuah penginapan yang sangat sederhana. Kakek Kim membuka matanya ketika mobil telah berhenti tepat di sebuah penginapan. Kakek Kim keluar dari mobil, begitu juga dengan Taehyung.
"Kita istirahat disini dulu. Nanti malam aku ikut Kakek untuk menemui seseorang!" ucapnya.
Kakek Kim melangkah masuk ke dalam penginapan, sementara Taehyung masih melihat-lihat keadaan luar. Taehyung sungguh merasa nyaman melihat pemandangan di sekitar. Sesaat sorot matanya menangkap seseorang yang begitu terlihat sangat kecil dari kejauhan.
Tatapannya terfokus pada sebuah objek yang ada di seberang sawah sana, seseorang yang sedang menaiki sepeda. Pemuda itu menyipitkan matanya, namun karna terlalu jauh objek itu tidak terlihat jelas.
Apakah dia adalah Go Haewon?
πΎ