Udara pagi menghembus masuk melalui cela-cela jendela sebuah kamar yang berukuran besar dan luas. Sinarnya merambat menelusuri ruangan. Sosok tubuh tampak tergeletak di atas ranjang yang empuk, perlahan namun pasti tubuh itu bergerak pelan dan menggeliat.
Tubuh itu menggeliat hingga menghasilkan sebuah goyangan pada ranjang yang ditidurinya. Ranjang empuk nan halus yang membuatnya nyaman tertidur semalaman tanpa menghiraukan sekitarnya. Entah dia lupa atau benar-benar tidak ingat akan apa yang terjadi padanya kemarin.
Pemuda itu menelantangkan tubuhnya, menatap langit-langit kamar yang begitu luas, mengumpulkan sedikit demi sedikit nyawanya. Terhenyak sesaat lalu terlintas dipikirannya akan kejadian kemarin.
"Di mana aku?"
Dia langsung terbangun duduk di atas ranjang, menyisir seluruh ruangan kamar tersebut. Menatap penuh heran dan menggaruk-garuk kepalanya. Sesaat setelah itu The Twisted Smile menghiasi bibirnya.
"Aku tak percaya akan hal ini!" gumannya menurunkan kakinya ke lantai.
Pemuda itu masih tak percaya akan hal yang baru saja dia sadari. Dia masih tak mengira kenapa hal itu harus terjadi. Dia melangkah mendekati jendela, menyibakan tirai gorden yang menutupi jendela. Untuk sesaat dia memperhatikan keadaan di luar jendela.
"Seoul ...." lirihnya pelan, "aku berada di Seoul sekarang?" imbuhnya, the Twisted Smile kembali menghiasi bibirnya. Merasa seperti orang bodoh, sebenarnya apa yang sedang terjadi pada dirinyadirinya?
Dia memandang keluar jendela memikirkan sesuatu yang berkecamuk di pikirannya, lalu dia memandangi dirinya sendiri.
Kebetulan sekali aku berada di Seoul, ini sangat memudahkanku untuk mencari informasi tentang Haewon. Lebih baik aku membersihkan diriku sendiri terlebih dahulu! batinnya.
Suara ketukan pintu mengalihkan atensinya. Pemuda itu langsung menatap kearah pintu. Dalam hitungan detik, pintu terbuka dan masuklah seorang pria berumur sekitar 75 tahun. Betapa terkejutnya pemuda itu setelah mengetahui siapa pria tua itu.
"Kakek ...."
"Cepat pergi bersihkan dirimu!"
Pria tua itu berjalan dengan menggunakan tongkat masuk ke dalam kamar dan meletakkan sepasang setelan baju.
"Jangan banyak membuang waktu, cepat mandi dan segeralah turun. Kakek tunggu di meja makan!"
Setelah pria tua itu meletakkan setelan pakaian di atas ranjang, lalu dia berjalan keluar dari kamar tersebut. Pintu tertutup dan pemuda itu hanya berdiri bengong, lalu dia mengacak-acak rambutnya sendiri. Pemuda itu benar-benar tak percaya, jika dia berasa di rumah kakeknya.
"Baiklah, mau tidak mau tetap saja aku harus menurutinya kali ini!" gerutuknya.
Pemuda itu langsung melangkah kakinya masuk ke dalam kamar mandi. Sepuluh menit kemudian, dia keluar dengan berbalut handuk saja.
Langkah kakinya berhenti di depan ranjang, di tatapnya dua buah setelan pakaian yang dibawakan oleh pria tua tersebut. Pemuda itu memilih pakaian santai, lalu dia melangkah keluar dari kamar dan menuruni tangga. Langkah kakinya terhenti saat melihat pria tua yang duduk di meja makan. Pemuda itu menghela napas panjang lalu melangkahkan kakinya lagi.
"Bersiap saja mendengarkan ceramah pagi!" gerutuknya lirih.
"Duduklah!" ucap pria tua itu.
Tangan pemuda itu menarik salah satu kursi dan mendudukkan diri di kursi tersebut.
"Makanlah selagi masih hangat, Nenekmu membuatkan panekuk kesukaanmu!" ucapnya sambil mengambil sebuah botol berisi madu.
Tak berapa lama, seorang wanita tua berumur sekitar 70 tahun muncul membawa segelas susu dan menaruhnya di depan Taehyung. Pemuda itu langsung memeluk sang nenek.
"Nenek ...." lirihnya.
"Sudah, ayo makan dulu. Kau pasti bingung dengan kejadian ini, kan?" sahut sang Nenek dan Taehyung pun mengangguk.
Taehyung pun duduk kembali, dia duduk bersebelahan dengan sang Nenek. Sang Neneknya pun begitu memperhatikan cucunya itu.
"Makanlah yang banyak!" sang Nenek mengambilkan panekuk untuk Taehyung dan memberikan taburan saos madu di atasnya.
"Terimakasih, Nek!" ucap pemuda berhidung mancung tersebut.
"Kau tahu kan, kenapa kau sekarang berada di Seoul?"
Tiba-tiba sang Kakek membuka suara di tengah-tengah acara sarapan pagi, dan Taehyung hanya merespon dengan anggukan kepala saja.
Taehyung memang tak begitu banyak bicara jika sedang berhadapan dengan Kakeknya, tapi pemuda itu sudah bisa menebak apa maksud dari semua itu. Tentunya kali ini Taehyung mungkin harus menurutinya, karna sudah tidak mungkin jika dia harus melimpahkannya pada Kim Taejung, Kakaknya.
Selesai makan Taehyung menemui Kakeknya di ruang kerjanya. Sang Kakek sudah menunggunya.
"Kau pasti sudah tahu maksud dari ini semua, kan?" tanyanya.
"Tapi tidak harus seperti ini juga, Kek!" jawab Taehyung memprotes.
"Kakek terpaksa!" jawabnya singkat.
Dia menutup bukunya dan melepas kacamatanya lalu menatap Taehyung yang masih berdiri.
"Kalau tidak dengan cara seperti itu, apakah kau akan pergi ke Seoul? Kakek rasa jawabnya pasti TIDAK!"
"Kata siapa? Aku bahkan sudah ada rencana ke Seoul!"
Pria tua itu kembali tersenyum mendengar kata-kata Taehyung. Sang Kakek hapal betul dengan karakter cucunya itu.
"Kakek sangat berharap padamu!"
"Bukannya ada Taejung, Kek. Aku rasa dia lebih cocok karna dia lebih tua dariku,"
"Kakakmu sudah memegang kantor cabang di Daegu!"
"Terus maksud Kakek?" Taehyung terlihat makin tak paham.
"Kakek minta kau memegang kantor di Seoul!"
"Ayah kan bisa menggantikan Kakek!"
"Kenapa kau selalu keras kepala menolaknya? Apa kau tidak mau meneruskan usaha Kakekmu ini?"
Taehyung terdiam, terlintas dipikirannya soal gadis itu. Apa yang dipikirkan Taehyung?
Akan aku coba!' batinnya.
Lalu Taehyung memberanikan diri mengutarakan maksudnya. Dia berharap sang Kakek akan mengabulkannya.
"Baiklah aku mau tapi Kakek harus membantuku menemukan seseorang di Seoul!" tawar Taehyung.
Sang Kakek langsung menatap tajam Taehyung.
ππππππ
Hari pertama Kyujung bekerja tanpa teman satu shif-nya yaitu Taehyung. Memang sedikit sepi tanpa Taehyung, karna memang Taehyunglah yang selalu membuat ramai minimarket itu.
"Semoga dengan ini dia bisa makin berpikir dewasa lagi," celetuk Kyujung yang mulai membereskan dan merapikan tatanan di minimarket.
Setelah itu Kyujung dan rekannya mulai mengepel lantai dan mengelap kata-kata.
"Apa Taehyung akan kembali kerja setelah cutinya berakhir?" tanya Hyunjeo.
"Aku berharap dia akan kembali bekerja disini," jawab Kyujung yang masih memegang kain lap guna mengelap pintu kaca.
Aku pun belum meminta maaf pada Taehyung karna kejadian kemarin. Aku harap dia tidak marah padaku! Ini semua juga demi kebaikanmu, Tae!' batinnya.
"Yaak, Kyujung-ah! Kau melamun!" teriak Hyunjeo.
"Ah, maaf ... maaf!" Kyujung menundukkan kepalanya.
Mereka pun segera melanjutkan pekerjaannya sebelum sang Manager datang untuk mengecek barang. Kyujung dan yang lainnya merasa aneh tanpa ada celotehan dari Taehyung. Memang laki-laki yang satu itu rajanya membuat tempat jadi ramai. Sekarang keadaan jadi sepi sejak dia cuti, tapi sepertinya hanya Kyujung saja yang mengetahui hal sebenarnya yang terjadi pada Taehyung.
Kyujung di kejutkan dengan getaran benda pipih yang ada di saku celananya, di ambilnya benda tersebut dan dia pun mengerutkan alisnya membaca nama yang tertera di layar ponselnya.
Dia sangat ragu untuk menjawab panggilan tersebut, dia pun belum mempunyai jawaban yang pas jika di cerca dengan banyak pertanyaan.
"Dooh, aku harus menjawab apa ini!" kata Kyujung menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, dia tampak bingung sekali. "Angkat atau tidak?" ucapnya lagi.
Berkali-kali benda pipih itu bergetar sampai empat kali. Getaran ke lima kalinya segeralah dia menjawab panggilan tersebut dan menempelkannya di telinga.
"Yaak Kyujung-ah, apa kau juga terlibat atas kejadian kemarin!!?"
πΎ