Read More >>"> Dandelion (15. Why I Hate You?) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dandelion
MENU
About Us  

-Satu kesalahan menimbulkan satu kebencian, tapi satu kebencian menimbulkan banyak kesalahan-

.


"Haewon-ah!" teriak Han Sora.

"Iya Eonni, ada apa?" tanya Haewon setelah gadis itu menghampiri Sora pemilik Cafe tempat Haewon bekerja.

"Tadi wanita yang kemarin itu datang lagi dan dia menitipkan ini padaku. Dia berpesan untuk memberikan surat ini padamu." Sora menyodorkan sesuatu pada Haewon, "tapi maaf kalau aku telah lancang. Aku tadi membaca surat tersebut. Jika memang itu penting temuilah dia, selesaikan masalah kalian. Ini hanya sekedar saran dariku. Kalaupun kau tidak mau menemuinya, dia akan terus mengganggumu." Han Sora memberi nasehat pada Haewon.

Haewon terdiam sesaat lalu dia menatap sebuah surat yang ada di genggaman tangannya, sepertinya dia sedang berpikir. Apakah dia akan menemuinya atau tidak. Setelah itu Haewon menatap Han Sora, seperti paham akan apa yang akan di lakukan Haewon, Sora hanya menganggukan kepalanya.

"Pergilah ...," Sora tersenyum pada Haewon, "selesaikan urusanmu dengan dia. Setelah itu kau bisa kembali bekerja."

Haewon mengangguk, "Eonni, aku minta izin dulu ya."

πŸƒπŸƒπŸƒπŸƒπŸƒπŸƒ

 

Seorang wanita tengah duduk di sebuah meja di sudut belakang Cafe yang sepi. Wajahnya yang tegas nampak anggun penuh wibawa. Secangkir hot chocolate tampak tersaji di hadapannya. Sebentar-sebentar dia memandang jendela dan sejurus kemudian dia menatap jam tangannya. Tampaknya dia sedang menunggu seseorang dan mungkin seseorang itu juga sedikit telat datangnya.

 

Beberapa menit setelah itu, nampak seorang gadis dengan balutan pakaian casual sederhana dengan tas slempang masuk ke dalam Cafe tersebut. Gadis itu melangkah mendekati meja yang di duduki oleh seorang wanita yang sedang mengaduk pelan secangkir chocolate.

 

"Selamat pagi, Nyonya!" sapa Haewon.

 

Wanita tersebut mendongak setelah mendengar sapaan dari Haewon lalu menyuruhnya untuk duduk.

 

"Duduklah, kau bisa pesan apa saja yang kau mau." tawarnya pada Haewon.

 

"Tak perlu repot-repot. Saya juga tidak akan lama berada disini karna saya pun harus bekerja. Jadi ada perlu apa Anda mengundang Saya kesini?" Haewon berbicara terlihat sangat formal pada wanita tersebut.

 

"Bisakan kau bicara seperti biasa, tidak perlu terlalu formal." ucap wanita itu.

 

"Bukankah di Korea mengajarkan orang yang lebih muda untuk bisa menghormati orang yang lebih tua!" balas Haewon.

 

Wanita tersebut menatap Haewon, dia merasa bahwa gadis yang ada di depannya itu bukanlah Haewon yang dia kenal.

 

"Kau memang sudah banyak berubah, sampai akupun tak mengenalimu!" ujarnya.

 

"Maaf, lebih baik langsung saja ke pokok pembicaraan. Saya tidak mau membuang waktu hanya untuk hal yang tak penting!" tandas Haewon. Ucapan Haewon mengundang atensi dari wanita tersebut.

 

"Pertemuan ini apa bagimu tidak penting, Haewon-ah?" tanya wanita tersebut.


"Bagi saya pertemuan ini tidak penting dan hanya membuang-buang waktu saja!" seru Haewon.

"Haewon-ah!" teriak wanita tersebut, sontak membuat pengunjung Cafe menoleh ke arah meja yang dimana Haewon dan wanita tersebut duduk.

Taehyung dan Kyujung yang kebetulan berada di cafe itupun langsung mengalihkan pandangannya pada meja yang berada di sudut belakang.

"Kenapa anda berteriak pada saya!" Haewon merasa tak terima.

"Haewon-ah, apa salah seorang Ibu mencari anaknya? Apa salah seorang Ibu yang rindu dengan anaknya dan ingin bertemu dengannya?" tanya wanita tersebut.

"Maaf Nyonya, Ibuku sudah lama meninggal dan anda bukan Ibuku!" hardik Haewon.

"Jaga bicaramu, Haewon-ah. Apa aku dulu pernah mengajarimu bicara kasar seperti itu? Aku akui ini memang salahku tapi tidakkah kau bisa memberi kesempatan pada Ibumu ini untuk bicara sebentar." jelasnya.

"Saya kasar sama Anda, Nyonya? Sekarang saya tanya, sekasar apa Saya jika dibandingkan dengan Anda, Nyonya Park Hayoung, seorang wanita yang meninggalkan kedua anaknya seperti sampah? Meninggalkan suaminya begitu hanya karna alasan ekonomi? Anda itu sadar atau tidak, kalau anda itu adalah wanita yang munafik dan materialistis!"

"Haewon-ah!" sekali lagi wanita yang bernama Park Hayoung berteriak pada Haewon.

"Kenapa? Tidak terima? Memang seperti itu kan kenyataannya. Bagiku, Ibu kandungku itu SUDAH LAMA MATI!" Haewon kembali menekankan kata-katanya.

"Haewon-ah, apa sekasar itu kau bicara dengan Ibu kandungmu ini? Ibu kandungmu ini masih hidup dan sekarang ada di hadapanmu." balas nyonya Park.

"Lalu mau Anda bagaimana?" tanya Haewon sengit.

"Bagaimanapun juga aku ini adalah Ibu kandungmu." ucap nyonya Park sendu.

"Ayahku pernah bilang, jika seseorang sudah membuang sesuatu, berarti dia sudah tidak punya hak lagi atasnya!" Haewon terlihat sengit.

"Tapi tidak dengan ikatan Ibu dan Anak. Mantan suami memang ada, tapi tidak ada mantan Anak," balas nyonya Park.

"Tak perlu diperpanjang lagi pembahasan ini, tidak ada gunanya juga dilanjut!" Haewon menggeser kursi.

"Haewon-ah!" terdengar sebuah suara dari belakang, membuat Haewon menoleh.

"Tae-Taehyung!" ucap Haewon kaget.

"Maaf jika aku lancang ikut campur tapi tak sengaja tadi aku mendengar pembicaraan kalian," ucap Taehyung menatap Haewon. "Kau bisa duduk sebentar, kan?"

"Tak perlu!" ucap Haewon ketus membuat muka dari Taehyung.

"Go Haewon!" panggil Taehyung lembut. "Kau bisa sopan sedikit kan dengan Ibumu. Dia yang sudah melahirkanmu, dan dia juga sudah banyak berkorban buatmu!" imbuh Taehyung.

Gadis cantik itu kembali duduk mendengar perkataan Taehyung. Dia menatap wanita yang sedang duduk di depannya. "Pengorbanan katamu?" Haewon menatap Taehyung yang juga sudah duduk di sampingnya.

"Dinginkan kepalamu dulu, jika kau tetap dalam keadaan emosi, semua masalah tidak akan selesai." saran Taehyung.

"Aku tanya padamu, Taehyung-ah. Apa pantas seorang Ibu menelantarkan anak-anaknya? Apa pantas seorang istri meninggalkan suaminya hanya karna suaminya miskin dan dia memilih meninggalkan aku, adikku dan Ayah demi menikah dengan pria lain. Pria kaya dan terpandang," Haewon terdiam menatap nyonya Park. "Aku dan adikku dibesarkan oleh Ayah seorang diri. Di saat anak-anak lain bisa bermanja-manja di pangkuan Ibunya, aku dan adikku sama sekali tidak bisa bermanja-manja. Di saat anak-anak lain punya Ibu, kenapa justru Ibuku tidak ada? Kenapa? Di mana Ibuku saat aku butuh dia?!" teriak Haewon penuh amarah, matanya mulai berkaca-kaca. "Aku dan adikku juga butuh kasih sayang dari seorang Ibu. Aku dan adikku juga ingin punya orangtua yang lengkap, bahkan adikku sendiri tak pernah tahu seperti apa wajah Ibunya yang telah menelantarkannya dari bayi!" tangis Haewon pecah seketika, gadis itu menutupi wajahnya dengan kedua belah tangannya.

"Haewon-ah, Ibu minta maaf. Sekarang Ibu ada di sini," ucap nyonya Park penuh sesal. Wanita itu berusaha untuk memeluk gadis itu, namun langsung ditepis oleh Haewon.

"Di saat aku sedih, Ibu ada di mana? Di saat Ayah sakit, Ibu ada di mana? Dan di saat Daehyun meninggal, Ibu ada di mana?" tanya Haewon dengan tatapan penuh benci. Mata yang basah karna airmatanya itu menatap tajam biji manik mata nyonya Park.

Park Hayoung terkejut mendengar Daehyun meninggal. Wanita itu benar-benar terkejut dan shock.

Satu tamparan lagi yang harus diterima Park Hayoung, setelah mendengar bahwa putranya Go Daehyun telah meninggal. Di samping itu putrinya yang sudah beranjak dewasa pun membencinya.

"Apa kau bilang? Daehyun meninggal?" tanya nyonya Park tak percaya.

"Ya! Dan jangan bertanya kapan atau bagaimana, karna itu semua sudah bukan urusan Anda. Nyonya juga tak perlu minta maaf, karna berjuta kali pun Anda meminta maaf, Daehyun tidak akan bisa hidup lagi dan aku tetap tidak bisa memaafkan Anda. Kami hidup tanpa Ibu dan semua baik-baik saja. Bagiku, Ibu itu hanyalah sekedar kata, tidak kurang dan tidak lebih. Ada atau tidak adanya Ibu, itu sama sekali tidak penting. Aku hidup tanpa Ibu dan semua tetap baik-baik saja." Haewon kembali berdiri dari duduknya.

"Kenapa?" tanya nyonya Park, "kenapa kau bisa berbicara seperti itu?" suara nyonya Park terdengar serakserak dan mata itu mulai berkaca-kaca.

"Karna aku benci. Aku tidak pernah bisa menginginkan kebencian ini, tapi aku juga tidak bisa menghentikannya. Rasa benci itu sama seperti cinta, semua muncul begitu saja. Tapi yang jelas keduanya menghasilkan satu hal, rasa sakit!" ucap Haewon.

"Ibu memang bersalah, Haewon-ah. Ibu tidak bisa membuatmu mencintai Ibu lagi, dan Ibu juga tidak bisa mengubah kebencianmu, tapi kau harus tahu, sebesar apapun kau membenci Ibu. Aku ini tetap mencintai dan menyayangimu karna aku ini adalah Ibumu," nyonya Park mengusap airmatanya yang membasahi pipi.

"Sebaiknya aku pergi. Tidak ada gunanya juga aku berlama-lama disini!" Haewon segera berlalu dari tempat itu. Tanpa menghiraukan panggilan dari Taehyung.

"Kalau begitu saya permisi dulu, Nyonya." Taehyung berdiri dari duduknya dan membungkuk lalu pergi meninggalkan Park Hayoung yang sedang meratapi kesedihannya dengan beruraikan airmata.

Penyesalan selalu datang belakangan, tidak ada penyesalan yang muncul di awalan.

πŸƒπŸƒπŸƒπŸƒπŸƒπŸƒ

 

Hembusan angin sore membelai lembut suray hitam nan panjang milik Haewon. Gadis itu nampak berdiri di hamparan padang ilalang yang berada tak jauh dari Goshiwon. Angin bertiup sepoi-sepoi menerbangkan rambut panjangnya, berkali-kali dia menghela napas dan menghembuskannya kemudian dia mendongak menatap langit sore kala itu.


Haruskah aku pulang? batinnya menatap langit yang mulai berwarna oranje.

Kembali Haewon menatap hamparan ilalang di depan matanya, lalu dia mendudukkan dirinya di sebuah kayu yang ada di belakangnya. Manik matanya menangkap sesuatu di antara rerumputan. Tangannya bergerak terulur mengambilnya.

Kini sebuah Dandelion berada dalam genggaman tangan Haewon. Bunga berwarna putih dan cantik itu sangat menarik perhatian Haewon.

Dandelion adalah salah satu bunga yang identik dengan sederhana tanpa semerbak. Namun, bukan berarti bunga yang satu ini tak memiliki makna. Dengan kesederhanaanya, bunga ini ternyata mengandung makna yang menyentuh hati. Kumpulan biji dandelion yang terangkai menjadi satu, terlihat seperti setangkai bunga kapas yang cantik. Saat angin datang dan meniupnya, dia akan menerbangkan biji dandelion satu persatu. Dengan sayap selembut kapas, biji dandelion bisa terbang jauh. Bila biji itu jatuh di tempat yang tepat, ia akan tumbuh menjadi tanaman dandelion yang baru. Bunga dandelion dikenal sebagai bunga yang rapuh dan mudah terbang terbawa oleh angin. Namun, dia bisa menjaga keutuhannya. Bahkan dalam keadaan terhempas angin dan bunganya tersebar sekalipun, bagian bunganya tidak rusak. Bunga Dandelion dapat hidup disegala tempat, dimanapun angin yang membawa benih Dandelion berhenti, disitulah Dandelion akan tumbuh kembali.

 

Haewon menggerakkan tangannya, mengarahkan setangkai bunga dandelion tepat di depan bibirnya kemudian dia meniup bunga dandelion tersebut. Benih-benih dari bunga dandelion bertebaran terbawa angin. Haewon mendongak ke atas menatap beberapa benih yang terbang terbawa angin dan entah akan berhenti di mana benih-benih yang dia tiup itu.

 

Aku ingin seperti bunga Dandelion. Kuat, berani, tangguh, dan cantik. Kuat walaupun di terpa angin kencang, kendati demikian dia selalu bisa bertahan dan hidup.

 

🌾

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Bimbang (Segera Terbit / Open PO)
3659      1491     1     
Romance
Namanya Elisa saat ini ia sedang menempuh pendidikan S1 Ekonomi di salah satu perguruan tinggi di Bandung Dia merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara dalam keluarganya Tetapi walaupun dia anak terakhir dia bukan tipe anak yang manja trust me Dia cukup mandiri dalam mengurus dirinya dan kehidupannya sendiri mungkin karena sudah terbiasa jauh dari orang tua dan keluarganya sejak kecil juga ja...
Rumah (Sudah Terbit / Open PO)
2179      983     3     
Inspirational
Ini bukan kisah roman picisan yang berawal dari benci menjadi cinta. Bukan pula kisah geng motor dan antek-anteknya. Ini hanya kisah tentang Surya bersaudara yang tertatih dalam hidupnya. Tentang janji yang diingkari. Penantian yang tak berarti. Persaudaraan yang tak pernah mati. Dan mimpi-mimpi yang dipaksa gugur demi mimpi yang lebih pasti. Ini tentang mereka.
KELANA [Kenzie - Elea - Naresh]
3294      1355     0     
Fan Fiction
Kenzie, Elea, Naresh, tiga sahabat yang ditakdirkan menjadi seorang bintang. Elea begitu mengagumi Naresh secara diam-diam, hingga dia amat sangat peduli terhadap Naresh. Naresh yang belakangan ini sering masuk lambe turah karena dicap sebagai playboy. Bukan tanpa sebab Naresh begitu, laki-laki itu memiliki alasan dibalik kelakuannya. Dibantu dengan Kenzie, Elea berusaha sekuat tenaga menyadarka...
Of Girls and Glory
2533      1201     1     
Inspirational
Pada tahun keempatnya di Aqiela Ru'ya, untuk pertama kalinya, Annika harus berbeda kamar dengan Kiara, sahabatnya. Awalnya Annika masih percaya bahwa persahabatan mereka akan tetap utuh seperti biasanya. Namun, Kiara sungguh berubah! Mulai dari lebih banyak bermain dengan klub eksklusif sekolah hingga janji-janji yang tidak ditepati. Annika diam-diam menyusun sebuah rencana untuk mempertahank...
Through This Letter (Sudah Terbit / Open PO)
3183      1066     0     
Romance
Diaβ€”pacarkuβ€”memang seperti itu. Terkadang menyebalkan, jail, sampai-sampai buatku marah. Dan, coba tebak apa yang selalu dia lakukan untuk mengembalikan suasana hatiku? Dia, akan mengirimkanku sebuah surat. Benar-benar berbentuk surat. Di tengah-tengah zaman yang sudah secanggih ini, dia justru lebih memilih menulis sendiri di atas secarik kertas putih, kemudian dimasukkan ke dalam sebuah a...
KSATRIA DAN PERI BIRU
118      101     0     
Fantasy
Aku masih berlari. Dan masih akan terus berlari untuk meninggalkan tempat ini. Tempat ini bukan duniaku. Mereka menyebutnya Whiteland. Aku berbeda dengan para siswa. Mereka tak mengenal lelah menghadapi rintangan, selalu patuh pada perintah alam semesta. Tapi tidak denganku. Lalu bagaimana bisa aku menghadapi Rick? Seorang ksatria tangguh yang tidak terkalahkan. Seorang pria yang tiba-tiba ...
Pria Malam
714      462     0     
Mystery
Semenjak aku memiliki sebuah cafΓ©. Ada seorang Pria yang menarik perhatianku. Ia selalu pergi pada pukul 07.50 malam. Tepat sepuluh menit sebelum cafΓ© tutup. Ia menghabiskan kopinya dalam tiga kali tegak. Melemparkan pertanyaan ringan padaku lalu pergi menghilang ditelan malam. Tapi sehari, dua hari, oh tidak nyaris seminggi pria yang selalu datang itu tidak terlihat. Tiba-tiba ia muncul dan be...
Si Neng: Cahaya Gema
96      86     0     
Romance
Neng ialah seorang perempuan sederhana dengan semua hal yang tidak bisa dibanggakan harus bertemu dengan sosok Gema, teman satu kelasnya yang memiliki kehidupan yang sempurna. Mereka bersama walau dengan segala arah yang berbeda, mampu kah Gema menerima Neng dengan segala kemalangannya ? dan mampu kah Neng membuka hatinya untuk dapat percaya bahwa ia pantas bagi sosok Gema ? ini bukan hanya sede...
My Soulmate Coco & Koko
3817      1438     0     
Romance
Menceritakan Isma seorang cewek SMA yang suka dengan hewan lucu yaitu kucing, Di hidupnya, dia benci jika bertemu dengan orang yang bermasalah dengan kucing, hingga suatu saat dia bertemu dengan anak baru di kelasnya yg bernama Koko, seorang cowok yang anti banget sama hewan yang namanya kucing. Akan tetapi mereka diharuskan menjadi satu kelompok saat wali kelas menunjuk mereka untuk menjadi satu...
The Flower And The Bees
2451      1225     9     
Romance
Cerita ini hanya berkisah soal seorang gadis muda keturunan Wagner yang bersekolah di sekolah milik keluarganya. Lilian Wagner, seorang gadis yang beruntung dapat lahir dan tumbuh besar dilingkungan keluarga yang menduduki puncak hierarki perekonomian negara ini. Lika-liku kehidupannya mulai dari berteman, dipasangkan dengan putra tunggal keluarga Xavian hingga berujung jatuh cinta pada Chiv,...