"Aku mau kita putus!"
"Apa? Putus? Tidak bisa!"
"Kenapa?! Aku tidak nyaman ada di sampingmu!"
"Tak ada kata tawar-menawar. Aku tidak akan membiarkanmu!
" Terserah. Yang penting, aku sudah mengutarakannya. Selamat tinggal!"
________
Matahari malu-malu bersinar pelan. Namun pasti, merambat menyinari gedung-gedung pencakar langit. Sinarnya sejuk, lembut namun tegas merambati ke seluruh penjuru kota Daegu. Genangan air berkilauan tertimpa cahaya pagi. Embun-embun bersinar seperti berlian yang semakin memperindah pagi.
Seorang pemuda tampak tak mampu membuka matanya sedikit pun. Dia masih bergelung dengan selimut tebal dan meringkuk persis seperti seekor kucing yang kurang tidur. Suara bunyi alarm jam memecahkan kebekuan, mengejutkan cicak yang bertengger di dinding kamar. Sebuah uluran tangan tersembul dari balik selimut seraya meraba-raba meja, seolah mencari jam nakal yang mengusik mimpinya. Belum lagi alarm dimatikan, seseorang sudah menggedor-gedor pintu, membuat sang empunya kamar tersentak bangun dengan kesadaran yang belum seratus persen pulih.
"Yaak!! Taehyung-ahh!! Bangun!!!" teriak seorang pemuda sambil menggedor pintu kamar seperti orang kesurupan.
"Iyaaa ... iyaaaa!!" teriak Taehyung dengan mata masih tertutup. Pemuda dengan rambut berantakan itu kembali melanjutkan tidurnya.
"Yaelah! Si Alien gak mau bangun juga!" Taejung ngomel-ngomel. Cowok yang satu tahun lebih tua dari Taehyung.
Begitulah setiap hari jika si Taehyung susah bangun, Taejung lah yang selalu di buat geram sama Taehyung. Tiap pagi dia sudah seperti emak-emak yang selalu ngomel-ngomel. Kim Taejung adalah kakak dari Kim Taehyung.
"Kim Taehyung, jika kau tidak bangun sekarang. Akan aku guyur kau pakai air comberan depan rumah!" gertak Taejung.
"Iya ... iya ... aku bangun. Dasar kakek-kakek bawel!" teriak Taehyung kesal sambil berulang kali menguap dan menggaruk-garuk rambutnya.
"Kalau kau kembali tidur lagi, si Yeontan bakal aku jual di tukang loak!" ancam Taejung.
Yeontan adalah anjing kesayangan Taehyung. Iya ... anjing kesayangan, melebihi sayangnya pada pacar Teahyung hingga membuat Taehyung sering diputus duluan sama pacar-pacarnya.
"Kalau kau berani menyentuh bulunya! Si Mayo akan aku gadein!" teriak Taehyung di sekeliling suara guyuran air dari kamarnya.
"Kalau kau berani, kau akan aku pecat jadi adekku!" teriak Taejung sambil berjalan menuruni tangga.
"Pagi-pagi sudah berantem. Hilih, punya dua anak saja ribet begini, Ibumu ini lama-lama bisa darah tinggi tiap hari mendengarkan kalian berantem seperti tikus dan kucing!" Cicit sang Ibu yang selalu rutin tiap hari mendengar kicauan kedua anak laki-lakinya.
"Ibuu, si Alien itu kalau tidak diteriakin seperti itu tidak bakalan bangun. Lagian siapa suruh bergadang terus tiap malam. Sudah tahu kalau hari ini dia shif pagi!" celetuk Taejung merapikan bajunya.
Tak sampai lima belas menit, Taehyung sudah turun dari kamar seraya menyandang tas hitamnya.
"Pagi Ibu sayang," sapa Taehyung mencium pipi ibunya. "Pagi jelek!!" ejek Taehyung memeletkan lidah ke arah Taejung.
"Hiiisssss ... ngaca dulu sana, kau ini yang jelek!" protes Taejung kesal.
"Sudah ... sudah, anak Ibu semuanya ganteng-ganteng. Ayo sarapan, keburu kalian telat!" sang ibu menengahi pertengkaran keduanya.
Taejung dan Taehyung memang hampir setiap pagi menggelar aksi adu mulut di meja makan. Sementara Taejung dan Taehyung menikmati sarapan, ibu beranjak ke lantai dua. Tepatnya ke kamar Taehyung. Taehyung sempat menelan ludah mengingat berapa mengenaskan kamarnya.
"Mampus dah! Mesti cepat-cepat pergi nih. Kalau tidak Taejung dan Ibu bakal berkicau terus-terusan." Taehyung mempercepat kunyahannya dan secepat kilat berlari keluar menyambar skuternya dan sedetik kemudian ....
"KIM TAEHYUNG!!! INI KAMAR ATAU PENAMPUNGAN SAMPAH!!!!!" Ibu berteriak dari atas, seolah rumah itu miring ke kiri dan ke kanan bagai terkena gempa bumi mendadak. Taejung segera berlari melihat keadaan Ibunya. Di sana, dia melihat Ibunya berdiri di tengah tumpukan pakaian dan sampah yang berserakan di lantai. Televisi dan komputer belum di matikan. Bekas bungkus makanan ringan dan minuman kaleng bertebaran di mana-mana. Tempat tidur berisi buku-buku dan pakaian bekas yang belum di cuci. Taejung mengepalkan kedua belah tangannya saking gregetannya pada adiknya itu. Rahangnya mengatup kuat.
"Sabar Taejung ... sabar ... jangan marah, bisa cepat tua." Taejung mengepalkan tinju di depan wajahnya. Taejung menarik ulur napasnya berulang kali. Tarik, hembus, tarik, hembus.
KIM TAEHYUNG, AWAS KAU!!! 'ucap Taejung dalam hati.
Sementara, Kim Taehyung dengan wajah tanpa dosa sudah melaju dengan skuter maticnya menuju tempat kerja. Angin pagi menampar keras dan dingin menerpa kulitnya yang putih.
ππππππ
Hari itu adalah hari yang penting bagi seorang gadis yang akan memulai kerja di sebuah cafe. Go Haewon nama gadis itu. Gadis berambut lurus panjang, berkulit putih bersih, berhidung mancung, berbibir tipis dan sedikit tomboy. Gadis dengan tinggi badan 160 cm dengan berat badan 45 kg ini akan memulai aktifitasnya sebagai barista di sebuah cafe di tengah kota Daegu.
Gadis yang baru pindah ke Daegu ini tinggal di sebuah kost-kostan. Go Haewon adalah seorang gadis yang apa adanya, gadis yang berusaha hidup mandiri dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hari itu adalah hari perdana, di mana dia mulai bekerja di sebuah cafe. Dia baru pindah dari Seoul, alasan dia pindah karna suatu hal yang ingin dia lupakan.
"Daegu, please give me a chance to start something new!" ucapnya mengawali hari di mana dia akan memulai aktifitasnya.
Haewon melangkahkan kakinya menapaki jalan setapak menuju ke Green Cafe. Green Cafe adalah sebuah cafe yang tentunya mempunyai desain yang khusus. Yah ... tentunya kalian tahulah, serba hijau. Cafe yang di dominasi warna hijau dengan ornamen yang lucu dan imut.
Waktu menunjukkan pukul 10.00 am KST. Green Cafe terletak di tengah kota Daegu, terletak berhadapan dengan supermarket tempat Kim Taehyung bekerja. Haewon meletakkan tasnya di loker dan mengganti pakaiannya dengan seragam cafe kemudian dia menggunakan apron.
Hari pertama kerja di lalui dengan suka hati oleh Go Haewon, dia begitu ramah dan supel. Tak heran di manapun dia berada, dia selalu bisa menyesuaikan dirinya. Han Sora adalah pemilik cafe itu, wanita berumur 35 tahun itu selalu memperhatikan cara kerja Haewon dari pertama dia masuk. Dia begitu bangga dengan Haewon yang sudah piawai melayani semua pengunjung cafe.
Green Cafe memang punya banyak pelanggan dan cafenya pun selalu ramai pengunjung. Jam makan siang pun telah tiba, saatnya Go Haewon mengistirahatkan tubuhnya. Gadis berusia 22 tahun itupun melangkah menuju loker tempat di mana tasnya di taruh.
"Go Haewon!!" panggil Han Sora.
"Nee Eonni," jawab Haewon.
"Kau terlihat sangat cekatan, apa sebelumnya kau pernah kerja di cafe?" tanyanya.
"Nee, sebelumnya aku tinggal di Seoul dan bekerja juga di sebuah cafe," jawab Haewon.
"Semoga kau betah kerja disini. Ini makan siangmu, kau bisa istirahat dulu sambil menikmati makan siang,"
"Nee Eonni, gomawoyo." ujar Haewon.
Haewon duduk sambil memainkan ponselnya. Dia mengunyah sendok demi sendok makan siangnya. Sebuah pesan masuk dari sahabatnya di Seoul.
"Haewon, bagaimana keadaanmu disana? Sekarang kau sedang apa? Aku benar-benar merindukanmu!"
Begitulah bunyi pesannya, membuat Haewon senyum-senyum sendiri. Dia kemudian membalas pesan itu.
"Yak, Min Yeonji. Aku baik-baik saja di sini. Aku sedang makan siang di tempat kerja. Tapi aku tidak merindukanmu! Nanti aku hubungi lagi ya, see ya!!!"
Haewon langsung menekan tombol sent dan terkirimlah pesan itu.
Istirahat selesai, Haewon kembali menggunakan apronnya dan memasukan ponselnya ke dalam kantong yang terdapat di apron itu. Dia kembali ke depan untuk melayani para pengunjung cafe.
"Annyeong haseyo," sapa Haewon pada seorang pengunjung cafe yang baru masuk. "Ada yang bisa saya bantu?" kata Haewon ramah.
"Tolong satu Dalgona Coffee dan Black Burger di bungkus." ucap pengunjung itu.
"Nee, mohon di tunggu ya," ucap Haewon tersenyum. "satu Dalgona Coffee dan Black Burger," Haewon memberi kode. Tak lama kemudian ....
"Satu Dalgona Coffee dan satu Black Burger sudah siap!" teriakan Haewon membuat pengunjung tadi langsung menghampirinya dan membayar.
"Terimakasih, silakan datang lagi lain waktu," ucapnya ramah.
Siang berganti sore, seolah telah memberi kode pada Haewon untuk segera mengakhiri tugas dia hari ini.
"Hari ini sangat melelahkan tapi juga sangat mengasyikkan," beonya pelan sambil melepas apron, mengganti pakaiannya dan membuka loker kemudian mengambil tas punggungnya.
"Haewon-ah! Terimakasih untuk hari ini ya!" kata Sora.
"Nee Eonni, aku yang harus berterimakasih pada eonni karna eonni sudah menerimaku untuk bekerja disini," Haewon sedikit canggung.
"Besok jangan sampai telat ya!" ujar Han Sora.
"Nee Eonni!" jawab gadis itu.
Haewon berjalan pulang menyusuri jalan setapak menuju kost-kostan yang hanya membutuhkan waktu kurang lebih tujuh menit. Tapi sebelumnya dia mampir dulu ke sebuah kedai untuk membeli seporsi Jajangmyeon untuk di bungkus dan di bawa pulang. Haewon berjalan sambil berdendang ria menyanyikan sebuah lagu. Dia begitu gembira saat itu hingga dia di kagetkan dengan sebuah skutter matic yang menyerempetnya hingga membuatnya jatuh di pinggir jalan, seporsi Jajangmyeon yang dia beli jatuh dan berceceran di jalan. Haewon langsung bangkit dan membersihkan pakaiannya.
Skuttermatic yang di kendarai seorang pemuda itu pun berhenti. Pemuda itu menyetandarkan skutternya, dia menoleh ke belakang melihat seseorang yang sedang sibuk membersihkan pakaiannya.
"Yaaakk!! Kau ini bisa nyetir skutter tidak sih!?" kata Haewon terlihat galak.
"Maaf, aku minta maaf! Aku tidak sengaja!" jawab pemuda tersebut.
"Maaf ... maaf!! Kau bilang tidak sengaja! Jalan lebar begini kau bilang tidak sengaja!" bentak Haewon.
"Sabar ... slow! Tidak perlu ngegas begitu! Untung kau cewek, kalau kau cowok sudah aku hajar!" seru Taehyung sedikit meninggikan suaranya. Untung mereka sedang di jalan, kalau di komplek perumahan bisa-bisa kena omelan penghuni komplek.
"Apa kau bilang! Sudah nyerempet, minta maaf pun tidak ikhlas, sudah gitu mau main hajar!" Haewon berkacak pinggang.
"Aku sudah minta maaf baik-baik tapi kau malah ngebentak galak begitu! Jadi cewek itu yang lemah lembut kenapa sih!" hardiknya pada gadis itu.
Ucapan pemuda itu memancing emosi Go Haewon. Gadis itu langsung melotot menatap pemuda yang berdiri di samping skutermatic-nya.
"Sudahlah! Aku malas berurusan sama cewek galak seperti kau!" kata pemuda itu kemudian kembali menyalakan skuttermaticnya.
"Yaaakk! Kau mau kemana?! Urusan kita belum selesai!" gertak HaewonHaewon galak.
Namun, ucapan Haewon tidak di tanggapi oleh pemuda itu, pemuda itu langsung tancap gas tanpa menghiraukan teriakannya.
"Hiissss! Dasar cowok gak punya akhlak!!! Awas saja kalau sampai ketemu lagi, akan aku remukan tulang-tulangmu!" Haewon mengepalkan kedua tangannya. Kemudian dia menatap Jajangmyeonnya yang berceceran di jalan. "Sudah nyerempet, minta maaf pun tidak, apalagi ganti rugi!" gerutuk Haewon. "Sudahlah, lebih baik aku makan Ramyeon saja dirumah. Tapi lihat saja sampai aku ketemu dengan pemuda brengsek itu lagi, akan kubuat perhitungan dengan dia!" Haewon kembali berapi-api, matanya masih menatap punggung pemuda itu yang melesat pergi di kegelapan malam.
Taehyung turun dari skuttermaticnya dan membuka pintu pagar rumahnya. Begitu selesai memarkir skutternya di garasi, dia sudah di sambut oleh Taejung.
"Waah, kau ini mengagetkan saja!" kata Taehyung.
Taehyung sudah bisa menebak kalau sang kakak akan berkicau habis-habisan. Dia yang sudah tahu dan paham akan kecerewetannya Taejung cuma melenggang santai.
"Heh, kau dengar tidak sih!?" Taejung menjewer telinga Taehyung.
"Aduuhh ... duuh ... eh, tidak usah pakai acara jewer-jeweran kuping kenapa sih! Sakit tahu gak sih!" keluh Taehyung.
Tapi justru Taejung malah menyeret adiknya itu ke ruang keluarga. Ayah dan Ibunya masih melek menonton televisi.
"Sudah Taejung, jangan kasar sama adikmu," Nasehat ibunya membuat Taejung melepas jewerannya.
"Taehyung-ah, harus berapa kali ibu bilang, kau harus membereskan kamarmu. Jaga kebersihan karna kebersihan itu sebagian dari iman," Nasehat ibunya.
Entah sudah berapa kali nasehat itu terlontar saat mendapati kamar Taehyung yang selalu hancur seperti habis terkena angin puting beliung. Tapi ucapan ibunya dan Taejung seperti di anggap angin lalu, masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan.
Kim Taehyung memang orangnya super cuek. Kalau tempat sampah penuh, paling malas buang sampah, tinggal buang ke bawah kolong tempat tidur, beres. Baju habis di cuci cuma di jejalin di dalam lemari. Prinsipnya, baju itu nanti juga bakal kusut karena dipakai. Jadi percuma di rapiin, buang-buang tenaga. Kim Taehyung memang sosok yang jauh dari kata bersih dan disiplin.
Tapi sang ibu tidak pernah menyerah menasehatinya. Taejung dan sang ayah yang duduk di sampingnya terus menerus mengangguk mendengar kicauan sang ibu. Padahal Taehyung sudah ngantuk berat plus capek habis adu mulut juga.
"Sudah selesai, Bu?" tanya Taehyung sopan sambil menahan ngantuk.
"Kim Taehyung!!!" Taejung melotot ke arah Taehyung.
"Sudah hampir tengah malam ini, besok aku bisa telat lagi." imbuh Taehyung beralasan.
"Haaahh??! Seorang Taehyung takut telat!? Itu bukannya hobimu, kan!? Selalu telat dan akhirnya di pecat, itu kan ciri khasmu!" ledek kakaknya, Taejung.
"Sudahlah, jangan marahin Taehyung terus. Percuma dimarahi, besok atau lusa kamarnya akan kembali menjadi kandang alien," sahut sang ayah tegas tapi santai.
"Ayah kok jadi belain Taehyung sih?" ujar Ibu.
"Solidaritas kali, Bu!" celetuk Taejung mencomot sebungkus cemilan di atas meja saat melihat Taehyung hendak mengambil cemilan itu.
"Bukan membela, kalian tahu sendiri kan kalau Taehyung itu TIDAK BISA MANDIRI!" ucap Ayah lagi sambil menekan kata-katanya.
"Kenapa Ayah bilang seperti itu sih?" kali ini Taehyung protes tidak terima akan perkataan Ayahnya.
"Itu kan kenyataannya, kamar sendiri saja selalu berantakan, gimana hidupmu nanti. Kerjaan saja selalu berakhir dengan kata di pecat. Di rumah cuma makan, tidur, dan---"
"Dan buang angin alias kentut!" celoteh Taejung santai di iringi tawa mengejek, menyela perkataan sang Ayah dan Ayahnya pun membenarkan apa yang dikatakan Taejung.
"Ayah berani taruhan, kau tidak akan pernah bisa tinggal sendiri. Kau itu sok mandiri, padahal pada dasarnya manjanya luar biasa!" ledek sang Ayah.
Taehyung terkejut. "Manja?? Ayah bilang aku manja??" Taehyung menekan kata-katanya.
"Sudahlah, itu kenyataan yang harus kau terima. Kalau kau tinggal di tempat lain, aku yakin kau tidak bisa survive. Pastinya dalam dua kali dua puluh empat jam, kau bakal pulang dan ngemis-ngemis sama Ibu," ejek Taejung.
"Jadi kau mengusirku?" tanya Taehyung menunjuk dirinya sendiri.
"Ya tidaklah. Tapi kenyataannya kau memang tidak bisa mandiri persis seperti kata Ayah. Betul kan, Yah?" tanya Taejung yang di sambut anggukan kepala Ayah.
"Sudah ... sudah ... lebih baik kalian tidur." ucap sang ibu sambil mengelus dadanya.
Sebenarnya Taehyung sudah sering di marahi Ibu dan Taejung, tapi omongan sang Ayah yang seperti menantang itu kembali mengguncang egonya. Taehyung sudah sangat mengantuk, tapi tetap kepikiran dengan omongan Ayahnya yang jelas-jelas menganggap kalau dia adalah anak manja.
Ah masa sih aku manja? Manja dari mana coba? Tauk ah! Lebih baik tidur.
Taehyung menguap panjang dan akhirnya tertidur.