Loading...
Logo TinLit
Read Story - Teman Hidup
MENU
About Us  

Dhisti menatap Satria yang tengah tertidur dalam gendongannya. Ada kedamaian yang menyelimuti hati ketika Dhisti memandang keponakannya. "Kamu kecapekan nangis, kan? Pasti takut ya, sama jarum suntik?" ujar Dhisti, mengulas senyum tipis. Sesuai jadwal, Satria harus menjalani imunisasi untuk kesehatan yang lebih baik. 

Damian memperhatikan Dhisti dan Satria yang bagai potongan puzzle yang melengkapi satu sama lain. Satria belum pernah merasakan kasih ibu kandungnya dan Dhisti hadir dengan segala kelemahan dan kekuatannya. Memang tidak ada yang sempurna tapi setidaknya ada hal baik yang bisa dirasakan. Lelaki itu mengembuskan napas sebelum menghampiri Dhisti. 

"Dhis, kita langsung ke A Latte aja. Saya ada yang harus dikerjakan.”

Dhisti mengernyitkan kening. "Terus, Satria ikut sama kita, Pak?"

Damian mengangguk mantap. "Itu tugasmu memastikan dia nggak nangis sepanjang jalan. "

Wanita itu membuka mulutnya, hendak protes. Namun, Damian dengan cepat mengangkat tangan di depan wajah Dhisti. "Nggak ada penolakan. Lagian, Mama lagi proses pemulihan. Kamu tega lihat Mama susah payah mengurus Satria?"

Dhisti terdiam mencerna perkataan lelaki itu. Tak lama, ia mendesah pelan, menyadari akan ada banyak pertanyaan dari rekan kerjanya terkait Satria. 

"Nah kan, ngelamun lagi. Ayo, cepat, Dhis," ujar Damian sedikit kesal.

Dhisti mengiakan dan membiarkan Damian membantunya. Tak lama, Ayla hitam Damian membelah jalan, memangkas jarak. 

"Pokoknya nanti kamu jagain Satria. Tapi jangan lupa sama tugasmu di A Latte. Ngerti, kan?"

Dhisti menoleh pada Damian yang fokus menyetir. Wanita itu mengiakan walau hatinya tidak tenang. Setelah beberapa hari absen, Dhisti kadang merasa nyaman dengan pekerjaan tambahannya. Meski begitu, ia mencoba untuk tetap melakukan yang terbaik.

"Oh ya, Dhis. Saya baru ingat. Nanti tolong kamu pack semua baju dan perlengkapan Satria. Saya ada rencana buat kembali ke apartment. Biar Mama bisa fokus sama kesehatannya. Udah cukup saya titipkan Satria. Kamu juga udah tahu harus ngapain kan, buat merawat anak saya?" ujar Damian lagi.

Wanita itu terperanjat. Namun, tak lama, ia mengangguk sambil mengeratkan gendongannya.

"Jadi, kamu harus siap juga buat berpindah dari kosan ke apartment buat jagain Satria."

Dhisti menatap wajah lelaki itu. Meski dari samping, Dhisti bisa melihat ada ketegasan yang terpancar dari pancaran matanya. 

"Tapi saya nggak yakin bisa mengerjakan dua hal secara bersamaan, Pak. Saya perlu waktu buat beradaptasi sama hal baru," jawab Dhisti.

Damian menoleh menatap wanita itu dengan tajam. Lelaki itu masih mengingat peristiwa kemarin dengan jelas. Perkataan Dhisti ada benarnya. Damian harus menentukan apa yang harus wanita itu kerjakan. 

"Sementara waktu, kamu urus Satria dulu. Pekerjaanmu biar saya aja yang pegang."

Wanita itu tidak menjawab dan mengalihkan perhatian pada jalan Pandan Wangi yang lengang. A Latte tidak jauh lagi dan Dhisti memastikan Satria aman. 

Damian memarkir mobilnya di tempat favoritnya sebelum melepas sabuk pengaman.  “Sebentar saya bantu kamu, Dhis.” ujar Damian.

Wanita itu mengiakan sambil mengelus pelan kening keponakannya. Damian menoleh pada keduanya dan sejenak hatinya berdesir hangat. Lelaki itu tidak pernah memikirkan tentang membangun sebuah keluarga. Namun, kehadiran Dhisti dan Satria mengubah segalanya. Apa mungkin ini adalah jalan untuknya memulai hal baru?

“Pak, ini pintunya udah bisa dibuka?”

Lelaki itu terkesiap, menyadari ia malah memikirkan hal yang tidak seharusnya. Damian bergegas turun dan mengambil alih Satria, sebelum meletakkannya di kereta bayi.

Lelaki itu meminta Dhisti untuk mendorongnya. Wanita bermata almond itu menurut dan mengeratkan genggamannya di handle kereta bayi, membiarkan rodanya menggilas lantai. Damian berjalan di sisinya, seakan melindungi wanita itu dan anaknya. 

Rania yang memegang nampan tercengang melihat pemandangan langka di hadapannya. Dhisti mengangguk perlahan pada sahabatnya sebelum berjalan masuk. Damian mendorong pintu depan, memberi akses pada Dhisti untuk mendorong kereta bayi dengan leluasa. Rania membuka mulut tak percaya, terlebih saat Damian mengelus punggung Dhisti pelan. 

"What? Ini gue nggak salah lihat, kan?" tanya Rania heran.

Wanita itu segera menyajikan minuman pada pelanggan sebelum melesat ke pantry dan memberitahu apa yang terjadi pada setiap penghuni A Latte.

"Biar Satria sama saya dulu. Kalau saya perlu apa-apa, tolong kamu kemari," ujar Damian meletakkan tas kerjanya di dekat komputer.

Dhsiti mengiakan sambil menatap kantor Damian. Selalu ada perasaan yang menenangkan setiap kali matanya memandang tanaman yang berbaris rapi di rak. 

"Oh ya, kamu nggak usah cerita apapun soal Satria ke yang lain. Saya yang akan jelaskan."

**

Dan seperti sebuah keajaiban. Para karyawan A Latte menyambut hangat kehadiran Satria. Mereka tidak mempermasalahkan apa yang terjadi pada anak itu sebelum hari kelahirannya. Rania menatap Satria yang tertidur sambil sesekali mengelus pipi anak itu. Fino memukul telapak tangan Rania, membuat senyum wanita itu menghilang.

"Jangan sentuh, Ran. Lo belum cuci tangan. Nanti dia bisa alergi."

Rania berdecak. "Mana ada begitu? Bilang aja lo juga mau lihat lebih dekat, kan? "

Fino menggeleng sebelum membenarkan letak guling Satria. Lelaki itu tidak pernah menyangka akan kehadiran Satria yang bagai malaikat kecil dari langit. Satria bisa mengubah Damian yang terkesan kaku itu jadi lebih terbuka pada karyawannya. Entah apa yang membuat Damian akhirnya membuka diri. 

“Ah itu pasti ada hubungannya dengan Dhisti juga,” pikir Fino. 

Dhisti yang baru datang mengulas senyum melihat dua rekan kerjanya. “Hey, Satria nggak bangun, kan? Gue baru bikin susu buat dia.”

Rania tersenyum lebar melihat sahabatnya sebelum menyenggol lengan Fino. "Eh, ada calon Bu Bos. Auranya beda ya, Ran?”

Rania tertawa geli melihat Dhisti yang menggembungkan kedua pipinya. “Pastinya, dong. Selama ini mereka membangun hubungan intens dulu, Fin. Nah, sekarang pelan-pelan mau go public.”

“Bener banget. Nasihat gue manjur kan, Dhis? Pak Bos akhirnya sedikit melunak sama lo. Tapi, nggak nyangka juga Pak Bos jelasin siapa anak ini.”

Dhisti mengangguk teringat perkataan Damian pada setiap karyawannya. “Kalau kalian bertanya-tanya, Satria itu anak saya. Bagaimana kejadiannya, kalian nggak perlu tahu. Selama ini, Dhisti yang sudah membantu saya. Tapi saya harap kalian cukup sampai di sini. Jangan pernah bebani Dhisti dengan pertanyaan tentang saya dan Satria.”

Tangisan Satria yang meraung itu mengembalikan Dhisti pada kenyataan. 

“Yah, kan, Fino. Lo berisik, sih. Bangun jadinya dia,” ujar Rania.

Fino membulatkan mata tak terima dengan tuduhan wanita itu. Namun, Fino memilih pergi dan melanjutkan pekerjaannya. 

Dhisti segera menggendong Satria dan menenangkannya. Wanita itu menimangnya dan menyanyikan lagu yang ia hapal. Namun, tangisan itu tidak berhenti. 

“Coba kita ke taman belakang, Dhis. Siapa tahu dia kepanasan di sini, “ ujar Rania.

Dhisti mengangguk dan melangkah keluar. Semilir angin yang lembut menyapa mereka, seakan mengirimkan tanda persahabatan. Dhisti kembali menimang keponakannya yang tak lama menutup matanya. 

“Ah, akhirnya. Anak baik tidur lagi,” ujar Dhisti tersenyum.

Rania menatap sahabatnya yang tampak kelelahan. Sepertinya harinya bertambah sibuk sejak kehadiran Satria. 

“Dhis, by the way, lo udah sejauh apa sama Pak Bos?”

Dhisti menoleh pada Rania yang menatapnya penuh rasa penasaran. Wanita bermata almond itu seketika teringat pelukan Damian yang menenangkan dan tatapan penuh khawatirnya. Juga permintaan lelaki itu untuk menjaga dirinya. Dhisti tidak tahu harus menjawab apa.

“Maksudnya gimana? Gue masih Dhisti yang kemarin, Ran. Pak Bos juga masih sering marahin gue. “

Rania mengembuskan napas. “Kalau yang gue lihat, Pak Bos beneran berubah sikapnya sama lo. Yah, dia masih nggak ramah tapi ada perhatian khusus yang ditujukan buat lo. Tinggal gue nunggu aja nih, kelanjutan cerita dari lo.”

Dhisti mengalihkan pandangan pada daun morning glory yang berjatuhan. “Well, gue juga nggak pernah menduga semua menuntun gue sampai di titik ini. Banyak hal yang gue pelajari, Ran.”

“Pasti lo bahagia, kan?” tanya Rania.

Dhisti terdiam. 

“Nggak usah dijawab sekarang. Gue yakin banget Dhis. Proses yang lo lagi jalanin sekarang pasti membawa lo pada hal yang luar biasa.”

Dhisti mengiakan dengan mantap. “Thanks, Ran.”

“Tapi, gue kangen banget sama lo, Dhis. Biasanya kita sering ngobrol. Eh, sekarang sering banget ditinggal.”

Dhisti menggeleng pelan. “Semua karena keadaaan, Ran. Tapi, lo tenang aja. Kita pasti punya quality time nanti. “

Sure. Dan status lo udah berubah jadi Nyonya Damian.”

“Rania, please deh.” jawab Dhisti, memajukan bibir. Namun, ia tidak bisa mencegah rona merah yang muncul di kedua pipinya, membuat tawa Rania makin menjadi.

**

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
PEREMPUAN ITU
523      360     0     
Short Story
Beberapa orang dilahirkan untuk membahagiakan bukan dibahagiakan. Dan aku memilih untuk membahagiakan.
Gunay and His Broken Life
7222      2270     0     
Romance
Hidup Gunay adalah kakaknya. Kakaknya adalah hidup Gunay. Pemuda malang ini telah ditinggal ibunya sejak kecil yang membuatnya secara naluri menganggap kakaknya adalah pengganti sosok ibu baginya. Hidupnya begitu bergantung pada gadis itu. Mulai dari ia bangun tidur, hingga kembali lagi ke tempat tidur yang keluar dari mulutnya hanyalah "kakak, kakak, dan kakak" Sampai memberi makan ikan...
The Reason
10017      1847     3     
Romance
"Maafkan aku yang tak akan pernah bisa memaafkanmu. Tapi dia benar, yang lalu biarlah berlalu dan dirimu yang pernah hadir dalam hidupku akan menjadi kenangan.." Masa lalu yang bertalian dengan kehidupannya kini, membuat seorang Sean mengalami rasa takut yang ia anggap mustahil. Ketika ketakutannya hilang karena seorang gadis, masa lalu kembali menjerat. Membuatnya nyaris kehilan...
Warna Jingga Senja
4396      1214     12     
Romance
Valerie kira ia sudah melakukan hal yang terbaik dalam menjalankan hubungan dengan Ian, namun sayangnya rasa sayang yang Valerie berikan kepada Ian tidaklah cukup. Lalu Bryan, sosok yang sudah sejak lama di kagumi oleh Valerie mendadak jadi super care dan super attentive. Hati Valerie bergetar. Mana yang akhirnya akan bersanding dengan Valerie? Ian yang Valerie kira adalah cinta sejatinya, atau...
Your Moments
8600      2338     0     
Romance
Buku ini adalah kumpulan cerita mini random tentang cinta, yang akan mengajakmu menjelajahi cinta melalui tulisan sederhana, yang cocok dibaca sembari menikmati secangkir kopi di dekat jendelamu. Karena cinta adalah sesuatu yang membuat hidupmu berwarna.
Teilzeit
850      444     1     
Mystery
Keola Niscala dan Kalea Nirbita, dua manusia beda dimensi yang tak pernah bersinggungan di depan layar, tapi menjadi tim simbiosis mutualisme di balik layar bersama dengan Cinta. Siapa sangka, tim yang mereka sebut Teilzeit itu mendapatkan sebuah pesan aneh dari Zero yang menginginkan seseorang untuk dihilangkan dari dunia, dan orang yang diincar itu adalah Tyaga Bahagi Avarel--si Pangeran sek...
Close My Eyes
495      376     1     
Short Story
Pertemuan 2 pasang insan atas sebuah kematian dari latar yang belakang berbeda
RINAI : Cinta Pertama Terkubur Renjana
342      264     0     
Romance
Dia, hidup lagi? Mana mungkin manusia yang telah dijatuhi hukuman mati oleh dunia fana ini, kembali hidup? Bukan, dia bukan Renjana. Memang raga mereka sama, tapi jelas jiwa mereka berbeda. Dia Rembulan, sosok lelaki yang menghayutkan dunia dengan musik dan indah suaranya. Jadi, dia bukan Renjana Kenanga Matahari Senja yang Rinai kenal, seorang lelaki senja pecinta kanvas dengan sejuta war...
Oh My Heartbeat!
362      250     1     
Romance
Tentang seseorang yang baru saja merasakan cinta di umur 19 tahun.
Melody of The Dream
520      346     0     
Romance
Mungkin jika aku tidak bertemu denganmu, aku masih tidur nyenyak dan menjalani hidupku dalam mimpi setiap hari. -Rena Aneira Cerita tentang perjuangan mempertahankan sebuah perkumpulan yang tidak mudah. Menghadapi kegelisahan diri sendiri sambil menghadapi banyak kepala. Tentu tidak mudah bagi seorang Rena. Kisah memperjuangkan mimpi yang tidak bisa ia lakukan seorang diri, memperkarakan keper...