“Ndra?” panggil Bunga
Kami sedang jalan-jalan di taman, hari ini Bunga libur untuk pertama kalinya di bulan ini. kami bergenggaman tangan.
“Ndra?” rengek Bunga lagi
Aku tersenyum “Apa cantik?” kataku sambil mencubit hidungnya
Pesan dari airin masuk
+ndra kok perutku sakit ya?
-sakit gimana? balasku
“Daritadi aku ngomong, kok kau diam aja? nggak ada yang mau kau omongin gitu dengan aku?”
“Enggak, enggak ada”
Kok airin belum balas juga ya? Pikirku sambil menatap ke layar hp
“Ndra! Kok malah mainin hp sih?”
“Apa- apa gimana?” tanyaku sambil memasukkan hp ke saku
“Aku jarang libur loh Ndra, aku capek banget kerjaan aku berat, kok pas aku libur gini kau malah asik mainin hp aja”
“Bukan gitu Bunga, aku....”
Tatapan Bunga berubah, seakan itu tatapan yang cukup kuat untuk menghentikan langkahku, bukan tatapan sedih, marah atau penuh cinta. Ini seperti tatapan yang dulu kulihat ketika memegang tangan Lusi saat pelatihan drumband.
“Aku ngomong panjang lebar daritadi, tapi kau kayak nggak disini Ndra, aku capek dengan kau yang kayak gini, ada apasih?”
“Kenapa apanya?” tanyaku
“Entahlah”
Bunga berbalik arah, berjalan sangat pelan, tapi rasanya seolah jika kubiarkan langkah pelan itu malah akan membuat Bunga menghilang dari hidupku.
“Bunga tunggu, aku cuman” teriakku
“Cuman apo? Kalo kau sibuk tinggal bilang bae, percuma disini tapi kau dak senang ketemu aku”
“Apa maksudmu? Kamu tahu kan aku cinta banget dengan kamu Bunga, aku senang kita ketemu” kataku sambil melangkah dan meraih kedua bahu Bunga
Kring kring
Telponku berbunyi, meski melihat kearah saku, aku tetap tak melepaskan genggamanku, Bunga menyeringai.
“Apa kau terus ngomong gitu untuk ngasih tau aku? apo Cuma untuk ngeyakini diri kau sendiri? ungkapan cinta dak selalu jujur Ndra, kadang tindakan jugo perlu. Apo kau beneran masih cinta dengan aku?”
Aku terdiam
“Haa.. lepas” Bunga sangat tenang dan menang, aku melepaskannya begitu saja dan hanya melihatnya terus menjauh.
“Halo? Ndra, ”
“Iya, Rin?”
“Aku benar-benar butuh kamu”
Tutt tutt
***
Jika saja masalah adalah keringat, aku akan berlari seharian untuk mengeluarkannya dari napasku. Lalu bisakah semua baik-baik saja? aku ingin mengejar Bunga, bersamanya, tapi aku disini bersama Airin yang sudah tertidur pulas.
Dokter bilang Airin depresi, dia butuh figure. Kuharap dia akan baik-baik saja. Kuharap anak ini juga hanya menyerap hal-hal baik. Bunga? Entahlah
Aku berharap dia mengerti, jika bukan sekarang tak apa jika nanti.
***