Loading...
Logo TinLit
Read Story - Di Bawah Langit yang Sama dengan Jalan yang Berbeda
MENU
About Us  

Siang yang cukup panas dan yang jelas sangat ramai. Bahkan jalanan pun macet. Maklum hari ini hari Minggu. Banyak orang yang sengaja untuk meluangkan waktunya untuk keluar rumah dan berwisata. Aku memutuskan untuk menikmati perjalanan sambil mendengarkan alunan musik yang diputar oleh radio swasta. Radio? Ya, aku masih sangat suka mendengarkannya biarkata dikatakan orang jaman dulu. Namun bagiku, informasi yang berasal dari radio pun lebih informatif, lagu yang diputar juga bervariatif.
“Kita nonton yang jam 15.15 ya, yang jam dua udah full,” aku hanya mengangguk mendengar tawaran dari Kak Setya. Aku mengamit lengannya saat mengantre di loket tiket.
“Loh, Galih!” teriak Kak Setya saat melihat seseorang yang dikenalnya juga ikut mengantre di antrean bioskop. Aku terkejut melihat orang tersebut. Wajahnya tidak asing dan dia terlihat begitu berbeda tanpa seragam sekolahnya. Kenalan Kak Setya itu tidak lain adalah Kak Bian. Walau kakak kelasku itu hanya menggunakan kaos dan celan jeans hitam namun tampilannya begitu menarik perhatian karena tinggi badannya.
“Selamat siang Kak. Oh, ada Kinara juga, halo,” sapaan sopan Kak Bian membuatku menaikan alisku. Kenapa ini orang jadi ramahnya overdosis gini ya? Perasaan kemarin nggak kayak gini.
“Mau nonton juga Lih? Sama siapa?” Kak Setya menoleh ke kanan kiri. Namun dia tidak menemukan siapa pun, “sendiri? Bareng aja!” ajaknya. Aku lantas menoel pinggangnya, kok nggak minta persetujuanku sih nih orang.
“Iya sendiri, boleh Kak. Kalau nggak keberatan,” jawabnya sambil melirikku.
“Nggak lah kalau keberatan. Kitakan duduknya sendiri-sendiri nggak pangku-pangkuan. Belum beli tiketnya kan? Sekalian aja biar bisa bareng!” Kak Setya terilihat begitu semangat, dia bahkan lupa dengan adiknya yang sudah memasang tampang cemberut, “kalian berdua tunggu di sana aja, tolong jaga Nara, kakak takut kalau dia sampai ilang.”
“Ih kakak, kan aku udah gede!” aku protes, kadang kakakku ini nggak bisa baca situasi. Selain malu-maluin, kenapa dia semudah itu menyerahkan adiknya pada orang lain? Walau memang Kak Bian adalah kakak kelasku, aku kan nggak pernah cerita kalau kami kenal.
“Duh...duh yang udah gede,” Kak Setya justru mengelus kepalaku, memperlakukanku seperti anak kecil, “oh iya, kenalin ini adek gue, Nara. Kalian satu sekolahan kok dan Nara, ini teman kakak, Galih namanya.”
“Iya...” dengan polosnya Kak Bian mengulurkan tangannya, seolah belum mengenalku.
“Apaan sih!” bukannya menyambut uluran tangannya aku justru memukulnya, “jangan sok nggak kenal gitu!”
Kak Bian terkekeh.
“Oh kalian sudah kenal? Bagus deh, gue titip ya!” Kak Setya mendorongku ke arah Kak Bian.
“Yok Nara, kita tunggu sambil beli minum,” Kak Bian memasang senyumnya, terlihat tulus sih, tapi aku jadi nggak terbiasa dengan keramahannya, “Kak Setya mau kopi?”
“Boleh.”
“Ayo!” Kak Bian lantas mengajakku keluar dari antrean dengan cara menyeret paksa lenganku.
“Lapasin aku bisa jalan sendiri!” Aku berusaha melepaskan pegangannya tapi itu percuma.
“Anak kecil bisa ilang kalau dibiarin keliaran sendirian!” tandasnya.
“Ihh... aku udah gede!” kataku sambil cemberut. Aku tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti langkahnya pasrah. Sambil menunggu, kami duduk di kafe setelah Kak Bian memesan segelas americano untuk Kak Setya, chocolatte untukku dan coffelatte untuk dirinya sendiri.
“Nggak nyangka bisa ketemu di sini,” kata Kak Bian sambil menyeruput minumannya.
“Kakak kok sendiri sih? Nggak ajak pacar?” selidikku.
“Nggak punya...” katanya sambil meraih kepalaku dan mengacak rambutku, “ini anak kecil pikirannya pacaran mulu, belajar yang rajin!”
“Ih, nggak kakak suruh pun aku udah rajin belajar! Lepasin!” aku mengusir tangannya yang nangkring di kepalaku. Ini orang kenapa berlagak seperti Kak Setya sih!
“Boong!” godanya.
“Aku juga nggak nyuruh Kak Bian percaya!” aku menyeruput minumanku kesal, “ngomong-ngomong, kenapa Kak Setya manggil Kak Bian dengan sebutan Galih?” tanyaku penasaran. Aku tidak mengira bahwa orang yang disapa kakak tadi adalah Kak Bian karena memanggilnya demikian.
“Ya karena nama gue juga ada Galih-nya!” jawabnya singkat padat dan jelas.
“Aish...” aku melengos mendengarnya.  
“Elo emang deket sama kakak lo ya? Sampai nonton bareng aja pakai gandengan gitu?” kini Kak Bian yang gantian kepo.
“Eh, kakak-kakakku ini, nggak dosa juga, bebaskan? Lagian kenapa sih pada sirik kalau aku ini adalah adiknya Kak Setya?” aku heran juga. Sebenarnya apa yang mereka pikirkan?
“Siapa?”
“Siapa apanya?” tanyaku.
“Yang sirik?” aku melongo, lah ni orang nggak sadar apa? Aku hendak bertanya namun Kak Bian mendahuluiku, “ada anak kelas dua belas yang nyariin elo ya?”
Teng ting teng!
Tepat sekali. Aku mengiyakannya dengan anggukan mantap. Aku sebenarnya merasa kecil jika dibandingkan dengan Kak Setya. Namun suratan takdir mana yang harus aku abaikan. Sebanyak apa pun aku mengingkarinya, dia tetap kakakku. Kak Setya juga kakak terbaik, sehingga aku bahkan tidak berhak untuk menyalahkannya. Aku hanya berusaha semaksimal mungkin agar aku tidak menjadi yang terburuk, baik dalam sekolahku maupun aktivitasku.
“Jangan diambil hati, Kak Setya emang banyak fansnya. Anti-fansnya juga banyak.” Kak Bian terkikik.
Apa maksudnya?
“Barisan cewek patah hati dan barisan cowo yang iri,” seolah tahu apa yang aku pikirkan, Kak Bian sudah menjelaskan maksudnya.
“Kalian ngomongin kakak ya?” tanya Kak Setya begitu sampai di meja kami. Dia mengambil kursi di sebelahku dan meminum kopinya, “thanks Bro, buat kopinya!”
“Sama-sama, buat tiketnya juga terima kasih,” jawab Kak Bian.
“Eh, bukannya elo yang bakalan traktir? Ini gue mintain print struk-nya biar bisa elo tuker!” jawab Kak Setya kurang ajar.
“Eh!” Kak Bian buru-buru mengeluarkan dompetnya yang berbuah tepukan lembut di kepalanya. Kak Setya mengacak rambut Kak Bian sambil tersenyum jahil. Menunjukan kalau dia hanya bercanda.
“Kakak bercanda...” Kak Setya kembali menyeruput kopinya, “jagain adik gue ya kalau di sekolah. Anggep aja adik sendiri. Kalau nakal boleh di marahin.”
“Enak aja, kan aku bisa jaga diri sendiri udahan!”  ini kok kakak satu susah sekali percaya sama adiknya sih?
“Bisa jaga diri sendiri nggak berarti kamu nggak butuh orang lain juga, Sayang!” Kak Setya mengatakannya sambil merengkuhku di bawah ketiaknya. Ini kakak benar-benar ngeselin deh. Saat itulah, aku melihat Kak Bian menatap kami dengan tatapan yang begitu lembut. Membuat hatiku tidak sengaja tersentuh dan meleleh dibuatnya. Aku mengalihkan pandanganku dan memeluk Kak Setya cukup erat sehingga membuatnya melepaskanku karena merasa risih diliatin orang-orang yang mulai memandang ke arah kami..

Next

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Archery Lovers
5448      2281     0     
Romance
zahra Nur ramadhanwati, siswa baru yang tidak punya niat untuk ikut ekstrakulikuler apapun karena memiliki sisi trauma saat ia masih di SMP. Akan tetapi rasa trauma itu perlahan hilang ketika berkenalan dengan Mas Darna dan panahan. "Apakah kau bisa mendengarnya mereka" "Suara?" apakah Zahra dapat melewati traumanya dan menemukan tempat yang baik baginya?
Asoy Geboy
6653      1959     2     
Inspirational
Namanya Geboy, motonya Asoy, tapi hidupnya? Mlehoy! Nggak lengkap rasanya kalau Boy belum dibandingkan dengan Randu, sepupu sekaligus musuh bebuyutannya dari kecil. Setiap hari, ada saja kelebihan cowok itu yang dibicarakan papanya di meja makan. Satu-satunya hal yang bisa Boy banggakan adalah kedudukannya sebagai Ketua Geng Senter. Tapi, siapa sangka? Lomba Kompetensi Siswa yang menjadi p...
Kala Badai Menerpa
1734      842     1     
Romance
Azzura Arraya Bagaswara, gadis kelahiran Bandung yang mencari tujuan dirinya untuk tetap hidup di dunia ini. Masalah-masalah ia hadapi sendiri dan selalu ia sembunyikan dari orang-orang. Hingga pada akhirnya, masa lalunya kembali lagi untuknya. Akankah Reza dapat membuat Raya menjadi seseorang yang terbuka begitu juga sebaliknya?
The Alpha
2283      1031     0     
Romance
Winda hanya anak baru kelas dua belas biasa yang tidak menarik perhatian. Satu-satunya alasan mengapa semua orang bisa mengenalinya karena Reza--teman masa kecil dan juga tetangganya yang ternyata jadi cowok populer di sekolah. Meski begitu, Winda tidak pernah ambil pusing dengan status Reza di sekolah. Tapi pada akhirnya masalah demi masalah menghampiri Winda. Ia tidak menyangka harus terjebak d...
Nyanyian Burung di Ufuk Senja
4556      1638     0     
Romance
Perceraian orangtua Salma membuatnya memiliki kebimbangan dalam menentukan suami masa depannya. Ada tiga pria yang menghiasi kehidupannya. Bram, teman Salma dari semenjak SMA. Dia sudah mengejar-ngejar Salma bahkan sampai menyatakan perasaannya. Namun Salma merasa dirinya dan Bram berada di dunia yang berbeda. Pria kedua adalah Bagas. Salma bertemu Bagas di komunitas Pencinta Literasi di kampu...
Memoreset (Sudah Terbit)
4105      1568     2     
Romance
Memoreset adalah sebuah cara agar seluruh ingatan buruk manusia dihilangkan. Melalui Memoreset inilah seorang gadis 15 tahun bernama Nita memberanikan diri untuk kabur dari masa-masa kelamnya, hingga ia tidak sadar melupakan sosok laki-laki bernama Fathir yang menyayanginya. Lalu, setelah sepuluh tahun berlalu dan mereka dipertemukan lagi, apakah yang akan dilakukan keduanya? Akankah Fathir t...
Memories About Him
4584      1943     0     
Romance
"Dia sudah tidak bersamaku, tapi kenangannya masih tersimpan di dalam memoriku" -Nasyila Azzahra --- "Dia adalah wanita terfavoritku yang pernah singgah di dalam hatiku" -Aldy Rifaldan --- -Hubungannya sudah kandas, tapi kenangannya masih berbekas- --- Nasyila Azzahra atau sebut saja Syila, Wanita cantik pindahan dari Bandung yang memikat banyak hati lelaki yang melihatnya. Salah satunya ad...
Prakerin
8552      2297     14     
Romance
Siapa sih yang nggak kesel kalo gebetan yang udah nempel kaya ketombe —kayanya Anja lupa kalo ketombe bisa aja rontok— dan udah yakin seratus persen sebentar lagi jadi pacar, malah jadian sama orang lain? Kesel kan? Kesel lah! Nah, hal miris inilah yang terjadi sama Anja, si rajin —telat dan bolos— yang nggak mau berangkat prakerin. Alasannya klise, karena takut dapet pembimbing ya...
EPHEMERAL
151      137     2     
Romance
EPHEMERAL berarti tidak ada yang kekal, walaupun begitu akan tetap kubuktikan bahwa janji kita dan cinta kita akan kekal selamanya walaupun nanti kita dipisahkan oleh takdir. Aku paling benci perpisahan tetapi tanpa perpisahan tidak akan pernah adanya pertemuan. Aku dan kamu selamanya.
Adiksi
8794      2623     2     
Inspirational
Tolong ... Siapa pun, tolong aku ... nafsu ini terlalu besar, tangan ini terlalu gatal untuk mencari, dan mata ini tidak bisa menutup karena ingin melihat. Jika saja aku tidak pernah masuk ke dalam perangkap setan ini, mungkin hidupku akan jauh lebih bahagia. Aku menyesal ... Aku menyesal ... Izinkan aku untuk sembuh. Niatku besar, tetapi mengapa ... mengapa nafsu ini juga sama besarnya!...