Read More >>"> Marry (Bab 3) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Marry
MENU
About Us  

Di titik ketika ia mampu mendengar detak jantungnya sendiri, Marry menyadari bahwa ia dan Carlius masih dilingkupi oleh sihir atau apapun itu yang membuat mereka berdua tidak nampak oleh orang-orang yang berlalu lalang dalam perpustakaan. Keduanya sama-sama diam. Carlius memberi waktu lebih untuk Marry agar dapat mencerna semua yang baru ia dengar dan Marry yang masih sibuk dengan rasa tak percaya akan hal yang disampaikan padanya. Kalau bukan karena penglihatan yang diberikan kepadanya, Marry akan membantah dan menolak untuk percaya secara mentah-mentah. Rasa bersalah yang menjalar tadi masih ia bawa sampai sekarang dan itu memberatkan hatinya.

“Apa maksud semua ini?”

“Apa kau sudah menerima bahwa semua ini adalah kenyataan yang harus kau tahu?”

“Itu dia. Memangnya sesuatu seperti apa yang harus kuketahui?”

“Baik, kita langsung saja ke intinya. Tak baik membuat makhluk Tuhan yang ‘tak abadi’ seperti kalian menunggu.”

Meski sudah sehebat dan sepintar apapun, Nommis tahu orang yang sudah pergi meninggalkan dunia ini tak akan bisa kembali. Oleh karenanya, di suatu saat tertentu ia mengorbankan korban persembahan berupa anak domba jantan yang disembelih beserta separuh dari harta kekayaan yang ia miliki. Ia membakar dupa dan asapnya seperti ditelan oleh langit memberi pertanda bahwa doa panggilan dari niatnya yang tulus telah didengar oleh dewa Carlius. Ia yang sudah merasa sampai di dimensi lain segera mencari sang dewa dan langsung berlutut di hadapannya sesudah menemukan sosoknya.

“Kumohon padamu, sang dewa kelahiran dan kehidupan, agar memberi ijin dan takdir baru yang baik bagi salah satu jiwa yang sempat hidup sebagai perempuan bernama Chrysan, perempuan yang berhasil mengisi kosongnya hatiku yang sudah lama kututup secara paksa ini.”

Meski Carlius sudah bisa melihat secara jelas bahwa jiwa Nommis yang berada di dimensi sekarang ditolak secara mentah-mentah oleh karena keberadaannya yang seharusnya tidak ada di sini, ia mendiami Nommis dan mengamatinya lebih dalam. Seakan-akan jiwa juga mempunyai atom-atom yang menyusunnya, rasanya setiap dari mereka ingin melepas dan memisahkan diri karena jiwa Nommis tak kuat menahan energi mulia salah satu makhluk Tuhan yang bertempat tinggal di dimensi tinggi; alam surgawi.

“Nommisatrix Cruxiaz, jiwa itu bukan tanggung jawabku di alam sini. Kau tahu dia pergi meninggalkan dunia bukan dengan cara yang wajar bukan? Tentu kau tahu dengan apa yang akan terjadi pada mereka yang mengakhiri hidupnya sendiri, bukan begitu?”

Meski tidak berwujud dalam wujud sebagai manusia, Carlius bisa melihat punggung manusia yang bergetar hebat itu.

“Istri-istri terdahuluku juga pasti ada di sana, tempat di mana pasanganmu berkuasa, Helcarte.”

“Kau sudah tahu? Lalu, mengapa kau tak mencoba memanggil dan menghubungi pasanganku itu? Bukankah kau adalah apa yang disebut makhluk bumi dengan sebutan sang penyihir besar? Aku percaya tak sesusah itu bagi dirimu untuk berkomunikasi dengan entitas yang berasal dari alam bawah neraka sana.”

“Tentu tidak bisa setelah apa yang kulakukan terhadap orang-orang yang mengakhiri hidupnya karenaku, juga karena keinginan egoisku.”

“Keinginan egois? Apa itu merujuk pada keinginanmu untuk mengetahui semua pengetahuan di dunia? Andai beratus-ratus tahun yang lalu kau tidak terlalu jatuh pada rasa kedukaanmu akan perginya putra semata wayangmu, keinginanmu untuk bisa mengembalikan orang yang mati ke permukaan bumi itu memanglah tidak mungkin. Sekarang keserakahanmu sendiri telah mengonsumsimu dan inilah yang kau dapatkan.”

“Kalau semua ini adalah tentang mendapatkan hukuman, atas ijin darimu aku akan menanggung hukuman yang diberikan pada jiwa Chrysan dan para istri terdahuluku.”

“Sebelum itu, Nommis, kau perlu mengetahui hal ini agar jiwamu bisa merasakan lega sedikit. Keenam istri terdahulumu itu adalah jiwa sama yang bereinkarnasi beberapa kali demi memenuhi akumulasi karmanya yang berhubungan dengan dirimu. Semua perempuan yang kau ambil sebagai istri itu adalah jiwa yang sama dengan jiwa yang memakai nama Chrysan di kehidupan ketujuh kalinya. Semua perempuan itu adalah hanya satu jiwa yang kau cintai sepanjang hidupmu hingga detik ini. Jiwa yang berulang kali mengulang hidupnya hanya demi menemuimu untuk mendapatkan cintamu.”

Jiwa Nommis tiba-tiba tersentak kembali ke tubuhnya. Mungkin dewa yang baru ditemuinya juga berkuasa atas perintah mengembalikan mereka yang masih hidup ke dunia yang seharusnya. Peluh bagai darah yang mengalir, ia meraba dan rambut perak panjangnya itu telah basah karena keringat yang saking banyaknya. Nommis kembali ke kediamannya dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan. Di satu sisi ia merasakan penyesalan yang teramat dalam, tetapi ia juga berpikir bahwa ia pantas untuk menerimanya. Catrina Agnello Aphelion, Akiko Aikawa, Cora Blair, Hal Frost, Beatrice Fox, Emma Villin, dan Chrysan; mereka semua adalah orang yang sama yang telah mengisi hidupnya dengan sepenuh hati mereka, sepenuh jiwa.

Dari awal Nommis sudah tahu bahwa Carlius tidak akan langsung setuju terhadap permintaannya, makanya malam itu juga ia memanggil iblis Tobarios melalui ritual perantara dan ia dibawa menjelajahi alam bawah neraka untuk menemui langsung penguasa tertinggi di sana. Bau menyengat mirip belerang setia menemaninya sampai ia akhirnya berada di hadapan sosok yang dimaksud. Dewi neraka terkasih Carlius itu sudah menarik perhatian melalui wujudnya yang punya kedua bola mata menyerupai api yang berkobar dan napas yang menghembuskan hawa panas dari mulutnya. Di sini, Nommis berwujud manusia. Barangkali keinginan duniawi telah membuat dagingnya begitu tahan dengan aura negatif yang dipancarkan oleh tempat yang ada paling bawah dari segala yang bawah.

“Aku sudah tahu maksud kedatanganmu.”

Nommis tak merasa heran karenanya. Makhluk pada dimensi tinggi punya berbagai kekuatan di luar akal manusia yang memang menjadi kuasa mereka untuk dipakai menjaga keseimbangan dan keharmonian alam semesta yang diciptakan oleh Tuhan.

“Dewi Helcarte, dengan segala hormat dan atas ijin darimu, di kehidupan belahan jiwaku yang selanjutnya ia harus hidup dengan kehidupan yang biasa-biasa saja. Tak ada kebahagiaan semu seperti anugerah seorang anak yang diberikan pada kami untuk kemudian hari diambil dari kami meski aku tahu bahwa semua nanti akhirnya akan kembali pada Sang Pencipta, atau sakit penyakit yang sangat berat untuk ditanggung oleh tubuh manusia sang makhluk fana karena di kehidupan sebelumnya ia memang harus menanggung semuanya, terlebih karena ia mendahului waktu yang ditetapkan untuk jiwanya kapan ia bisa berpulang dari dunia dimensi kami.”

“Aku tahu permintaanku ini seakan menggambarkan diriku yang tak tahu diri dan tak tahu malu, tapi aku benar-benar menyadari kesalahanku dan hendak memperbaikinya jika diberi kesempatan kedua. Kalau yang itu pun tak bisa diterima, maka seperti yang kau tahu, jiwaku lah yang akan menanggungnya. Menanggung akumulasi karma milik jiwa kami berdua untuk kehidupan yang selanjutnya.”

Nommis dibuat terbungkam ketika Helcarte memanggil salah satu bawahannya yang setia. Begitu nama Tobarios disebut, ia sudah yakin dirinya akan melalui ‘sidang’ di tempat ini meski ia belum ditakdirkan mati- tidak, Nommis sudah menentang takdir kematian itu sejak dulu dan sudah melanggar kontrak jiwa yang ada. Ketika Tobarios sama-sama menunduk hormat pada sang dewi di hadapan mereka, suara yang berasal dari dimensi lain itu menggelegar dan membuat telinga Nommis yang mendengarnya panas seakan-akan kemarahan tersembunyi Helcarte disalurkan dnegan cara demikian.

“Tobarios, aku sudah tahu apa yang telah bawahan setiaku ini lakukan tanpa seijin resmi dariku. Tak perlu berbicara panjang lebar, kau akan dikirimkan ke dunia dimensi tempat manusia berada dan menjadi salah satu di antara mereka. Sampai waktu kepulanganmu tiba, kau akan dibuat lupa dengan identitas sejatimu dan dibuat ikut merasakan bagaimana rasanya menjadi manusia. Bukan kenikmatan dari rasa sakit manusia yang kau dapatkan, tapi kau akan ikut menderita bersama sakit yang dirasakan oleh manusia, kau paham?”

“Adalah lebih baik bagi hamba untuk menerima ‘kebaikanmu’ dibandingkan dengan dimusnahkannya hamba dari sini. Hukumanmu hamba terima dengan senang hati. Hamba mohon ijin untuk berlalu dari sini.”

Setelah kepergian Tobarios, barulah Nommis dibuat bertanya-tanya. Memangnya makhluk seperti mereka punya hati sungguhan? Atau bahasa mereka juga mengikuti bahasa manusia yang meskipun indah tapi dibaluti dengan kesemuan dunia? Nommis menyimpan pertanyaan itu dalam hati dan kembali fokus pada hukuman yang akan diberikan padanya.

“Tadi telah kau katakan akan menanggung semuanya bukan? Inilah hukumanmu: tetap langgar takdir hidupmu dengan terus hidup sampai umurmu mencapai 1000 tahun. Setelah kau mencapai umur tersebut, jiwamu akan langsung dicabut olehku dan akan diurus oleh Carlius supaya kau dan belahan jiwamu itu bisa sama-sama bereinkarnasi untuk yang kedua kalinya – setidaknya kehidupan yang selanjutnya adalah yang kedua untukmu, sama seperti kami yang memberimu kesempatan kedua; gunakan itu baik-baik.”

“Lalu seperti yang kau lihat di dalam penglihatan yang kuberikan, kau tahu cerita selanjutnya bukan?”

“Ya, beliau- maksudku, diriku di masa lalu mengisi hari-harinya dengan mendirikan Akademi Cruxiaz dan menerima berbagai kalangan sebagai muridnya dan punya beberapa orang kepercayaan karena pada mereka diberi kepercayaan untuk membantunya mengelola Akademi Cruxiaz. Juga…”

Marry mencoba memberi tatapan yang biasa terhadap Carlius, tapi dirasa percuma. Akhirnya ia memberitahu segala yang dia kira dia tahu dari apa yang ia lihat dalam penglihatan tadi.

“Kurasa, saking tidak tahannya aku akan kerinduan terhadap Chrysan, aku mengakhiri hidupku sendiri di umur yang belum mencapai 1000 tahun dan kembali melanggar apa yang telah ditakdirkan untukku oleh kalian.”

Carlius mengangguk.

“Dan dari apa yang kulihat dan kuingat, ramuan yang kuminum itu berbeda warna dengan yang sebelumnya kuminum sebagai syarat bagi diriku di masa lalu. Entah kebetulan atau bukan, warnanya senada dengan warna iris mata Chrysan… Cantik dan menawan…”

Carlius hanya diam menunggu Marry kembali berbicara.

“Kurasa jauh dalam lubuk hatiku waktu itu, keinginan untuk melihat Chrysan barang sekali saja begitu parah seakan rasa itu berubah menjadi obsesi yang menggerogoti diriku sendiri.  Beberapa bahan tak kutambahkan pada ramuan terlarang itu yang membuatnya berwarna lavender terang dibandingkan ungu pekat yang terkesan suram. Satu kali lirik terhadap ramuan itu dan aku tersihir sendiri karena mengira jika aku meminumnya maka aku akan bertemu dengan Chrysan.”

“Apa kau tahu apa yang terjadi setelahnya?”

“Ya? Dibuat lupa sendiri akan jati diriku seperti Helcarte memberi hukuman pada Tobarios? Jadi, karena itulah esensi dari jiwaku sendiri mendatangi aku yang dalam wujud seperti ini di kehidupan keduaku, cahaya pendar yang mengaku bernama Simmon.”

Masih dengan Carlius yang diam menunggu Marry berbicara sembari membuka sampul buku yang hendak dibaca selanjutnya, Marry sendiri memilih untuk melamun. Belasan menit berlalu dan barulah Marry membuka mulut kembali.

“Dan mengapa kau membaca buku-buku itu?”

“Apakah aneh melihat seorang dewa membaca buku di dunia manusia?”

“Ya, jujur rasanya tidak biasa, tapi aku lebih penasaran dengan fakta bahwa kau membaca buku tentang komedi.”

“Tak ada yang lebih penting dibandingkan membuat kekasihku tersenyum.”

“Kau membaca dan mempelajari buku tentang komedi di dunia manusia untuk membuat Helcarte tersenyum? Apa itu mungkin?”

“Tidak ada yang tidak mungkin.”

“Selama dewa berkehendak? Begitu?”

“Hei, pemikiran tajammu itu juga bisa membuat mulutmu menjadi tajam. Ya, bukan apa-apa. Kau memang Nommisatrix yang kukenal.”

“Maaf, Carlius, tapi aku benar-benar merasa tak nyaman saat aku yang sekarang disebut apalagi dipandang masih sebagai Nommisatrix. Apa aku boleh merasa seperti itu?”

“Oleh karena itulah ingatan setiap jiwa akan dihapus apabila mereka membuat kontrak jiwa dan bereinkarnasi ke kehidupan selanjutnya. Kasus yang ada pada dirimu dan belahan jiwamu itu termasuk langka. Kalian juga bisa dikatakan beruntung dan sial di saat bersamaan karena mengetahui hal apa yang sebenarnya terjadi. Oh, ya. Tentu kau berhak merasa demikian. Kau melakukan kontrak jiwa yang baru dan otomatis kau akan menjalani kehidupan yang baru pula meski di kehidupan ini kau dimaksudkan untuk membayar segala kesalahanmu terhadap belahan jiwamu itu, maupun karena pelanggaranmu terhadap takdir hidup di kehidupanmu yang sebelumnya.”

“Jadi, kehidupan di masa lalu dan kehidupan yang selanjutnya itu benar-benar ada.”

“Biar kuberitahu rahasia kehidupan padamu.”

“Tunggu, apa aku boleh mengetahuinya?”

“Aku percaya tak akan ada yang percaya padamu kalau suatu hari kau memutuskan untuk memberitahunya terhadap orang lain, maksudku, manusia di sini.”

“Kau benar. Jadi, apa rahasia yang akan kau beritahu?”

“Antara surga dan neraka, lebih baik pergi ke mana?”

“Apa itu perlu ditanyakan?” Carlius akhirnya mengeluarkan tawa yang terbahak-bahak sampai-sampai membuat Marry meragukan apa Max yang mengaku sebagai dewa di depannya ini adalah memang benar-benar seorang dewa.

“Bagaimana caramu mendeskripsikan kedua nama tersebut?”

“Surga, tempat di mana duka dan kesedihan tak akan bisa menginjakkan kakinya di sana, hanya ada tawa dan puji-pujian untuk Tuhan yang dikumandangkan oleh seluruh makhluknya. Sedang neraka, banyak yang menolak untuk pergi ke sana dan karenanya selalu berusaha melakukan kebaikan di dunia agar mereka tak pergi ke sana dengan bermuram durja dan derai air mata yang jatuh.”

Carlius mengangguk.

“Rahasia kehidupan pertama yang akan kuberitahu padamu adalah kedua tempat seperti itu tidak ada di manapun.”

Marry terdiam dan memberi pandangan bertanya pada Carlius.

“Begini, untuk memulai semuanya, perlu kau ketahui bahwa sang penanya dan penjawab harus mempunyai paham yang sama mengenai apa yang mereka bicarakan. Kalau tidak seperti itu, tak ada gunanya bercakap panjang lebar karena kedua pihak masing-masing ingin lawan bicaranya berbicara apa yang hendak mereka dengar.”

“Baiklah. Lagipula, ini adalah rahasia kehidupan dan tak mungkin aku bisa memahami semuanya tanpa dijelaskan olehmu, Carlius”

“Surga dan neraka dalam konsep manusia hanyalah gambaran berdasarkan manusia yang hendak menghakimi sesamanya dan menganggap diri berhak atas dibolehkannya dia menuju ke surga. Kedua tempat itu lebih tepat dilihat dan disebut sebagai keadaan mental.”

“Keadaan mental?”

“Ya. Marry, menurutmu apa yang terpenting dalam hidup?”

Marry dibuat berpikir lama karenanya dan ia memberi jawaban yang cukup memuaskan bagi Carlius.

“Tadi aku telah memikirkan beberapa hal, tapi kutemukan mereka tak bersifat abadi dan hanya semu. Kupikir, punya keluarga dan sahabat-sahabat yang penuh kasih adalah yang terpenting di hidupku.”

“Dan apa yang membuatmu menganggap demikian?”

“Karena kami saling mengasihi satu sama lain. Memang beberapa pertengkaran kecil maupun hebat tak dapat terhindarkan, tapi di penghujung hari kami selalu menemukan diri kami khawatir terhadap satu sama lain dan pada akhirnya baikan. Mereka sejenak pergi dari sekitarku, tapi nanti mereka akan kembali padaku. Tak ada yang lebih penting selain daripada mereka dibandingkan kekayaan materi yang datang lalu pergi dan harus dicari.”

“Baiklah, aku langsung saja. Marry, yang terpenting dalam kehidupan adalah cinta. Cinta yang kumaksud bukanlah hanya seperti rasa cintamu terhadap jiwa yang berkali-kali bereinkarnasi karenamu. Tuhan menciptakan alam semesta dan seisinya beserta makhluk hidup di dalamnya karena cinta dan Ia penuh dengan cinta. Ia ingin mengalami segala hal terkait cinta dari esensi atau percikan yang berasal dari roh-Nya sendiri, seperti aku dan kau yang diciptakannya sedemikian rupa.”

“Percikan? Maksudmu kita adalah percikan dari-Nya?”

“Anak-anak Tuhan selalu merupakan bagian dari diri-Nya, tapi karena mendengar kita adalah bagian dari Tuhan, bukan berarti kita adalah Tuhan juga. Layaknya bagian tubuh lain yang digerakkan dan dikontrol oleh otak yang terdapat dalam kepala, seperti itulah kita bagi-Nya. Kita adalah bagian dari-Nya dan Ia menjaganya dengan sepenuh hati, sama seperti manusia yang berpikir untuk menjaga kebugaran dan kesehatan tubuhnya. Hal demikian juga merupakan bentuk cinta terhadap tubuh yang telah diberikan oleh Tuhan kepada jiwa yang mengembara mengemban pelajaran kehidupannya.”

“Tunggu, boleh aku bertanya? Ada banyak sekali pertanyaan, tapi bolehkah aku menanyakan satu pertanyaan terlebih dahulu?”

“Aku yakin pertanyaanmu itu akan terhubung dengan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya, jadi tidak apa kalau kau ingin menanyakan apapun. Namun ingat, apapun bukan berarti semuanya.” Marry mengangguk paham.

“Sedari tadi kau menyebut nama ‘Tuhan’ seakan-akan keberadaanmu adalah berbeda dengan-Nya. Aku kira kau sendiri adalah Tuhan?”

“Tidak, Marry. Tadi sudah kukatakan kalau kita adalah sama-sama makhluk Tuhan. Makhluk Tuhan bukan hanya kalian para manusia, tapi juga makhluk lainnya yang mendiami berbagai dimensi dengan segala diversitas yang berbeda-beda. Semuanya diciptakan untuk menjaga keseimbangan alam semesta.”

“Berbicara tentang keseimbangan, kurasa manusia sendiri merusak keseimbangan yang ada.”

“Tidak seperti yang kau kira, Marry. Apa yang kira sebagai bentuk dari penghancur keseimbangan adalah sebagai pelajaran untuk jiwa manusia itu sendiri, sebagai pengalaman dualitas mereka.”

“Pengalaman dualitas?”

“Ya. Contoh sederhananya adalah mereka yang membuat orang lain kesusahan dan apa yang dia lakukan adalah jauh dari apa yang kita sebut sebagai cinta. Cinta yang kumaksudkan di sini adalah sejatinya kita selalu ingat akan rasa cinta kita terhadap Tuhan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Lalu, di akhir hidupnya kehidupan orang itu akan ditinjau berdasarkan dengan apa yang ia lakukan selama masa kontrak jiwanya di muka Bumi. Di kehidupan selanjutnya, jiwa itu akan berbalik posisi menjadi yang disakiti sebagai bentuk pelajaran atas kehidupannya dan sebagai pengingat bahwa kita harus memperlakukan sesama kita dengan penuh kasih karena Tuhan sudah lebih dulu mengasihi kita.”

“Berarti, segala bentuk dari yang kulihat selama ini… Semua pencurian, penggelapan harta, penjualan budak manusia, diskriminasi, dan sebagainya itu adalah hasil perbuatan dari manusia sendiri?”

“Ya. Dan lagi kuberitahukan padamu, Marry, sepertinya pengetahuan yang kau dapat selama beratus-ratus tahun lalu masih terekam dan tercetak jelas dalam memori jiwamu yang bereinkarnasi di waktu sekarang. Kau lihat sendiri ‘kan? Mengetahui semua hal hanya akan berujung pada ketidaktahuan dan membingungkanmu sendiri.”

“Ya…”

“Dan apa yang kau lakukan itu juga sudah termasuk pembelajaran bagi jiwamu yang memasuki pengalaman dualitas: kau tahu apa yang tidak diketahui orang lain dan tak ada orang yang bisa menemanimu berbicara mengenainya dan di saat bersamaan titik kesombongan terlihat dalam hatimu karena kau merasa tinggi dari pada orang lain dalam kemampuan intelektual. Namun kuakui, lulusan terbaik dari segala yang terbaik memang berbeda. Terlebih kau sendiri malah menghormati dirimu di masa lalu yang merupakan pendiri sekaligus penemu Akademi Cruxiaz. Bagaimana rasanya?”

“Jujur aku merasa sangat terlepas dari keberadaan eksistensi Nommisatrix yang pernah hidup di sini. Apa aku yang menghormati diriku sendiri termasuk bentuk kesombongan?”

“Tidak juga. Sebelum kau mengetahui semuanya, dalam pikiranmu tersimpan informasi bahwa Nommisatrix Cruxiaz adalah orang yang sangat berjasa dalam dunia sihir dan terus dihormati dari generasi ke generasi para pengguna sihir tanpa tahu kejadian yang sebenarnya. Kini, kau sudah tahu siapa dia dan siapa dirimu.”

“Ya. Aku adalah aku, dan dia adalah dia.”

“Benar. Terpenting adalah bagaimana kau akan membuat kehidupanmu yang kali ini berjalan dengan baik dengan terus mengatasnamakan semua yang kau lakukan berdasarkan cintamu kepada Tuhan.”

“Tapi, Carlius, dari mana Tuhan berasal? Kalau masing-masing aku dan kau diciptakan oleh Dia, siapa yang menciptakan Dia?”

“Kudengar kau menyukai seni.”

“Ya?”

“Dari manakah warna hijau berasal?”

“Maksudmu bagaimana cara kita mendapatkannya? Aku percaya kita harus punya cat warna biru dan kuning, lalu mencampurnya hingga mereka menyatu dan menciptakan warna hijau yang kita inginkan tergantung dari banyaknya jumlah masing-masing cat yang kita campurkan.”

“Lalu darimana kita mendapatkan cat berwarna biru dan kuning itu?”

“Mereka tak didapat dari kedua warna yang dicampurkan. Biru adalah biru dan kuning adalah kuning karena mereka adalah warna primer.”

“Nah, kau menerima fakta bahwa pertanyaan akan terhenti sampai pada gagasan bahwa kuning adalah warna primer dan tak ada warna lain yang dapat menghasilkan warna cat kuning itu sendiri karena memang demkianlah adanya, begitu pula dengan Tuhan. Inti dari pertanyaan akan dari mana Ia berasal adalah kita tidak tahu. Tidak tahu bukan berarti tak ada sebab-akibat yang mengakibatkan mengapa Ia bisa ada di sini dan menjadi awal dari segala awal eksistensi yang ada.”

“Baiklah, aku paham. Aku paham bahwa Tuhan tak dapat dipahami karena Ia sendiri tidak ada dalam ruang dan waktu, ruang dan waktulah yang ada di dalam Dia. Aku juga masih ingat dengan pernyataan darimu bahwa tidak semua pertanyaan punya jawaban. Para makhluk mungkin boleh menanyakan berbagai hal, tapi Sang Penulis cerita tak menampakkan Diri dengan cara yang demikian. Maksudku, dulu ketika aku menemuimu saja di dunia sana setiap atom dari tubuh atau jiwaku yang tersusun atas partikel-partikel kecil serasa ingin memisahkan diri satu sama lain kalau bukan karena ijinmu aku ada di sana. Bagaimana jadinya nanti manusia menghadapi energi kemuliaan yang ada di dekatnya dan karenanya tidak gentar di hadapan Tuhan?”

Kali ini Carlius diam dan ia menunggu pertanyaan lain dari Marry.

“Lalu, tentang surga dan neraka sebagai keadaan mental itu keadaan mental seperti apa yang dimaksud?”

“Dalam konsep surga dan neraka di dunia manusia, bagaimana cara kalian memandang atau menghakimi bahwa seseorang akan masuk ke salah satunya?”

“Untuk masuk surga, seseorang harus melakukan segala kehendak dan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, sedang yang menentang hal tersebut akan pergi menuju neraka.”

“Akan kutambah lagi jawaban yang dari padamu. Seperti yang kukatakan, memberi cinta pada sesama adalah hal terpenting yang harus dilakukan oleh semua makhluk Tuhan. Segala bentuk perbuatan manusia tanpa mengingat cintanya akan Sang Pencipta itu disebut dengan keabsensian cinta atau ketidakadaan cinta.”

“Yang kalian sebut dengan orang yang akan masuk neraka nantinya adalah hanya mereka yang akan bertransisi menuju kehidupan di roda yang bawah dan merasakan bagaimana rasanya ditindas sebagai kaum yang pernah ia tindas di kehidupan sebelumnya. Seperti yang kukatakan sebelumnya, pengalaman dualitas terhadap cinta yang diberi kepada mereka dan bagaimana cara mereka memberi cinta itu kembali pada sesama maupun diri mereka adalah pembelajaran utama para jiwa.”

“Lihat, karena apa dirimu sekarang bereinkarnasi?” tanya Carlius.

“Karena kesalahanku…” jawab Marry.

Marry terdiam sejenak dan barulah sebuah pikiran terlintas di kepalanya.

“Tidak, karena rasa cintaku pada Chrysan yang membuatku rela mengakhiri hidup demi bertemu ia kembali.”

“Apa sekarang kau bisa paham? Cinta itu sendiri bisa memberi pengalaman dualitaas pada manusia. Sama seperti kalian berdua di kehidupan sebelumnya yang mengakhiri hidup karena tak sanggup menahan kerinduan akan satu sama lain, tapi dari situ juga kau paham arti berkorban karena cinta bukan? Kau meminta agar hukuman yang diperuntukkan bagi Chrysan diberi kepadamu saja dan kau sedang menanggungnya sekarang, dibuat lupa akan masa lalu kalian berdua dan dipaksa untuk mengetahui sesuatu yang terjadi ketika jiwamu ada di inkarnasi pertama.”

“Sudah ada ketetapan dari-Nya bahwa dunia tempat kalian berada adalah sekolah alam semesta yang sangat keras untuk tempat pembelajaran bagi jiwa yang perlu pengalaman dualitas. Berbeda dengan dunia dan dimensi lain di mana para inkarnasi tidak akan dibuat lupa dengan masa lalu mereka, Bumi adalah satu-satunya tempat di mana jiwa dibuat lupa dengan inkarnasi mereka di masa lalu dan karenanya disebut sebagai sekolah paling berat untuk dijalani. Hanya para jiwa pemberani dan kuatlah yang siap membuat kontrak jiwa untuk diturunkan dan dilahirkan di sana serta menekuni semua pembelajaran yang ada.”

“Kau merasa dicintai sepenuh hati oleh istri-istri terdahulumu bukan? Apa yang kau rasakan setelah mengetahui fakta itu?”

“Tentu aku merasa berharga, keberadaanku begitu diapresiasi karena mereka, tapi sayangnya aku tidak melakukan hal yang sama terhadap mereka dulunya. Lagipula, mengapa aku? Mengapa Chrysan selalu mencari dan menemuiku untuk kemudian mengakhiri hidupnya sendiri karena tak kuindahkan?”

“Bukankah sudah kubilang? Dia belahan jiwamu.”

“Kalau begitu, seharusnya garis takdir di antara kami berdua harus dihapus karena aku tidak merasa cocok untuknya dan hanya bisa menyakitinya.”

“Tapi kau mencintainya.”

“Adalah lebih baik bagiku melihatnya mencintai orang lain yang juga mencintai dan memperlakukannya dengan baik.”

“Tapi kau peduli padanya tanpa menerima imbalan apapun sedang Chrysan meminta cintamu. Kau adalah satu-satunya jiwa yang ditakdirkan untuk menemaninya sepanjang kehidupan inkarnasi kalian di masa depan yang akan mendatang.”

“Akan ada masa depan bagi kami berdua?”

“Setiap orang punya. Kehidupan tidak berhenti hanya pada kematian atau kegagalan dalam hidup yang dikenal manusia. Kalau dalam kehidupan ini kau gagal mempelajari sesuatu seperti dalam kontrak jiwa yang sudah kau setujui, itu akan dihitung dalam pengakumulasian karma dan kau akan menanggungnya di kehidupan reinkarnasi yang selanjutnya, mengulang pembelajaran jiwa yang sempat tertunda.”

“Berbicara soal keadaan mental tadi, perasaanmu yang merasa dihargai dan apresiasi itu adalah keadaan mental yang membuatmu mengalami cinta secara penuh yang mana artinya kau sudah pernah berjalan melalui surga dalam pengalaman inkarnasimu di kehidupan sebelumnya, dan titik saat kau merasa sangat terpuruk akan kehilangan istri-istri terdahulumu maupun Chrysan adalah saat kau dengan sukarela berjalan melalui neraka.”

Berbagai pikiran melintas bergantian dalam kepala Marry dan ia berusaha memahami semuanya dalam keterbatasan akal manusianya. Lalu, setelah semua ini apa yang akan terjadi? Apa Carlius yang dalam wujud Max ini akan kembali ke tempatnya sana dan membuat Orwell serta Henry bingung ke mana dia pergi? Bukan hanya mereka berdua, tapi juga orang-orang Willburry akan bertanya-tanya ke mana perginya Max atau yang sekarang di depannya adalah Carlius yang menitis dalam wujud Maximillian Hacross.

Berbicara tentang Orwell dan Henry, barulah Marry sadar bahwa ia belum menanyakan keberadaan mereka berdua.

“Carlius, kau masih ingat aku juga mencari-cari Orwell dan Henry bukan? Ada di mana mereka berdua sekarang?”

“Maksudmu kekasihku dan belahan jiwamu? Tentu saja Henry sedang diurus oleh Helcarte.” Carlius lanjut membaca buku tanpa peduli dengan tatapan yang Marry berikan padanya.

“Carlius- tidak. Max, kita harus mencari mereka.”

“Untuk apa?”

“Kau baru saja berkata Henry lah orangnya, belahan jiwaku?! Dan Orwell, dia Helcarte?! Sahabatku itu seorang dewi neraka?!”

“Tenanglah. Wah, aku sudah tahu bahwa dari inkarnasi ke inkarnasi manusia akan punya sifat dan sikap yang berbeda dari kehidupan dia yang sebelumnya, tapi aku tak menyangka bahwa di dalam kehidupan yang satu ini kau dilahirkan menjadi perempuan dan punya sifat sedikit tak sabaran.”

“Max, kalau kau berkata sesuatu tentang betapa emosionalnya kami para perempuan aku bersumpah akan memukul kepalamu meski kau adalah seorang dewa. Kupikir kalian menitis ke sini selain untuk menagih janji juga untuk merasakan ‘sakitnya’ hidup di Bumi, bukan begitu?”

“Hei, ayolah, kumohon jangan lakukan itu. Aku paham kau ingin menemui mereka dan mendengar cerita dari pihak mereka, tapi Helcarte perlu waktu dan tempat pribadi untuk mengurus Henry. Sementara menunggu mereka berdua selesai dengan urusannya, bagaimana kalau kau dan aku duduk sedikit lebih lama lagi di perpustakaan ini dan mencari buku yang menarik untuk dibaca dan kita bahas?”

“Apa segitu pentingnya mereka seperti itu?”

“Ya, seperti yang kulakukan padamu sekarang. Mengapa? Kau takut Henry tertarik pada Helcarte atau yang kau kenal dengan nama Orwell?”

Max berusaha menahan tawanya karena melihat Marry yang sudah bersiap untuk menjitak kepalanya jika ia tertawa lepas dan memperlihatkan deretan giginya.

“Tenanglah, tak perlu khawatir. Helcarte tak tertarik pada jiwa manusia. Kami berdua sendiri sudah ditakdirkan menjadi pasangan abadi dan diberi kuasa untuk memelihara dua dunia tempat kaum kami bertempat tinggal.”

“Berbicara tentang kalian berdua, bagaimana awalnya kalian bertemu?”

“Anak muda, itu terlalu panjang untuk diceritakan. Lain kali saja ya?”

“Kau bilang kita akan menunggu mereka berdua cukup lama, jadi kukira kita bisa membahas itu? Atau itu adalah hal yang tak boleh diketahui dan kau lebih memilih untuk menyimpannya saja sebagai cerita masa lalu penuh kenangan?”

“Bisa dibilang begitu, tapi bukan berarti itu tak boleh diceritakan. Hanya saja waktunya tidak terlalu tepat menurutku.”

“Baiklah, ayo kita cari buku saja. Sayang kalau kita keluar tanpa meminjam suatu buku.”

Max mengangguk senang dan mengekor tanpa Marry sadari raut wajah Max yang kembali berubah. Dalam hatinya, ia berbicara pada diri sendiri tentang betapa leganya ia dengan tugas yang berhasil ia kerjakan dan sekarang ia tinggal menunggu kabar dari Helcarte.

“Max, kau tahu humor gelap? Kau mungkin akan tertarik dengan yang satu ini.”

Max kembali fokus pada Marry dan menghampiri Marry yang sibuk mengambil buku lain yang berkaitan dengan ‘humor gelap’. Humor gelap? Hal tentang apa pula itu? Humor tentang kegelapan? Apa itu berkaitan denagn dunia sihir di jaman Marry hidup ini?

 

***

Di waktu yang bersamaan dan di tempat yang berbeda, Orwell memberi tahu jati diri serta segala masa lalu dua orang bernama Nommisatrix Cruxiaz dan Chrysan yang di jaman ini bereinkarnasi dan hidup dengan nama Marry dan Henry. Pemuda di hadapan Orwell itu jelas dibuat kebingungan awalnya, tapi lama kelamaan Henry bisa mencerna apa yang terjadi dan tahu bahwa ia sudah bereinkarnasi delapan kali selama masa hidupnya sebagai jiwa abadi percikan dari Tuhan.

“Ya, pantaslah rasanya aku merasa aneh di dalam tubuh ini seakan-akan suara di dalam diriku berkata bahwa ini bukanlah aku yang asli. Ternyata dalam tujuh kali reinkarnasi aku sudah terbiasa dipandang sebagai perempuan dan hampir tak terbiasa hidup sebagai seorang laki-laki.”

“Ketahuilah gender sebenarnya tak berpengaruh penuh jika itu diperhadapkan dengan cinta. Yang terpenting adalah bagaimana kau benar-benar mengasihi belahan jiwamu dan sesamamu sendiri tanpa pamrih.”

“Helcarte, apa ini keputusan yang tepat untuk kami berdua di kehidupan yang sekarang?”

“Henry, dalam seluruh kehidupan inkarnasimu yang dulu-dulu, kau selalu meminta untuk dipertemukan dengan Nommisatrix dan mengharapkan cintanya meski kau tahu akan butuh waktu lama bagi pria itu untuk luluh dan sadar dengan ego besar yang ada dalam dirinya. Apa kau sadar dengan kesalahanmu yang pertama?”

“Aku mencintainya dengan harapan bahwa ia akan berbalik mencintaiku juga dan menjadi salah paham pada sang penyihir besar Nommisatrix Cruxiaz. Di kehidupan pertamaku, ia bukannya tidak mencintaiku lagi. Malah, saking besarnya rasa cintanya terhadapku, ia rela meluangkan semua waktu dan tenaga untuk membawa anak kami kembali agar senyumku bisa dilihat kembali olehnya. Andai kami berkomunikasi lebih sering, tentu ini semua tidak perlu repot-repot kalian urus.”

“Baiklah, aku yakin kau sudah tahu dengan syarat apa segala pengorbananmu pada belahan jiwamu itu bisa lunas. Pengorbananmu yang meminta agar hukuman yanag dijatuhkan padanya juga dibagi kepada dirimu.”

“Kalau semua sudah diketahui oleh Marry, nantinya malaikat utusan Carlius akan menghapus ingatannya tentang masa lalu kami berdua dan seperti tak pernah terjadi apa-apa di antara kami…”

“Aku juga akan mengambil nyawa ibumu.”

“Ya? Apa?”

“Ibumu itu titisan dari bawahanku. Ia sudah menjalani hukuman yang kuberikan padanya dengan baik, Tobarios.”

“Oh? Jadi…” Henry memberi jeda sejenak.

“Pantaslah kakaknya Marry, Leana, tak kunjung pergi menghampiri kediamanku sebab dia tahu waktu ibuku sudah dekat.”

“Mengapa? Kau menyayangi ibumu?”

“Anak mana yang tidak sayang pada ibu yang sudah melahirkannya?”

“Akan kusampaikan perasaanmu pada Tobarios.”

“Memangnya hal itu penting?”

“Kurasa hidup menitis bersama-sama di muka Bumi telah membuat dia mendapat sudut pandang baru tentang kehidupan.”

“Aku agak sedikit malu untuk mengakui kalau aku merasakan ikatan emosional yang kuat dengan seorang iblis, tapi itulah kenyataannya. Kumohon, tolong sampaikan terima kasihku kepadanya. Terima kasih karena dia telah menjadi ibu yang bersedia merawatku sepenuh hati sampai sekarang.”

Helcarte mengiakan permintaan terakhir dari Henry dan sebelum keduanya hendak pergi meninggalkan kediaman lama Nommisatrix Cruxiaz di masa lalu, dewi neraka itu mengubah pikirannya dan berkata sesuatu yang membuat Henry bertanya-tanya apa entitas dari neraka punya hati Nurani selayaknya makhluk Tuhan yang lain.

“Akan kukirim pesan pada Carlius supaya ia memerintahkan malaikat utusannya, Leana, untuk hanya menghapus ingatan Marry tentang masa lalu kalian berdua dan tidak dengan perasaannya terhadapmu.”

Mendengar Marry yang juga telah lama menyukai dirinya membuat Henry tak bisa berkata-kata. Jadi, inti dari perkataan Orwell adalah nantinya Marry akan melupakan masa lalu kelam mereka, tapi perasaan terhadap Henry tidak akan mudah dihilangkan begitu saja.

“Orwell! Henry!”

Baik Orwell dan Henry sama-sama menengok ke pemilik suara itu.

“Yo! Sudah selesai bicaranya?”

“Dewa Carlius,” Henry menunduk ketika Max sampai di hadapannya.

“Or- dewi Helcarte, salam.” Orwell tersenyum kecil dan berjalan ke arah Marry.

“Apa semua sudah jelas bagimu?”

“Sangat. Max- maksudku, dewa Carlius menjelaskan semuanya tanpa kekurangan suatu apapun.”

“Ya, kecuali bagian tentang perjanjian antara Henry dan Helcarte kalau ingatanmu akan dihapus sehabis ini.” Bisik batin Carlius yang membuat Helcarte diam-diam melirik padanya.

Kedua perempuan itu bercengkerama sejenak untuk mengonfirmasi keadaan yang ada di antara mereka, tentang apa yang akan mereka lakukan sehabis persahabatan mereka berempat ini berubah menjadi terlalu canggung karena Marry dan Henry sudah tahu jati diri sejati Orwell dan Max. Sehabisnya, Marry melayangkan pandangan ke arah Henry yang sedari tadi ia rasa menatap pada dirinya. Pandangan keduanya bertemu dan sama-sama ada keraguan di diri mereka masing-masing untuk pergi memeluk belahan jiwa yang akhirnya ada di depan mata.

“Apa yang kalian tunggu? Bukankah sekarang kalian berteriak seperti ‘ya dewa, aku ingin memeluknya!’, begitu?”

Marry dan Henry sama-sama menatap menyalang pada Max dan membuat pasangan dari Orwell itu terkekeh jahil.

“Carlius, ayo temani aku ke suatu toko kue. Aku merasa sangat lapar setelah semua yang terjadi.”

“Orwell!” seru Marry untuk memanggil Orwell.

“Ya?”

“Begini… Ini, aku belikan kue rasberi kesukaanmu. Berbagilah dengan Max sementara kalian menunggu kami berdua Henry. Aku harap kau paham maksudku.”

“Baik, terima kasih, Marry. Peluk dan lepaslah rindumu sepuas mungkin terhadap Henry.” Dan Marry dibuat memerah karena ucapan jahil Orwell seperti biasanya.

Selepas kedua dewa-dewi itu menghilang dari pandangan keduanya, Marry dengan cepat memeluk tubuh tinggi pria muda itu.

“Henry, maafkan aku.”

“Tidak, Marry. Sulit kalau mengatakan dirimu salah karena diriku juga bersalah.” Henry membalas pelukan Marry dan keduanya saling tenggelam dalam kenyamanan pelukan masing-masing yang terasa hangat dan nyaman.

“Berkali-kali orang yang sama mendatangi diriku, tapi aku tidak juga sadar.” Dan dimulai dari keluarnya tangisan Marry yang juga mengundang rasa lega yang perih di hati Henry membuat keduanya bercerita penuh senggukan masing-masing.

 

***

“Sudah selesai?”

“Lega?”

“Pastinya.”

Keempat orang yang ada saling berpelukan satu sama lain dan tak lupa Marry serta Henry mengucapkan terima kasih sekali lagi atas kesempatan kedua yang diberikan kepada mereka.

“Kesusahan sehari cukuplah hanya untuk sehari, dan kesalahan sekali cukup untuk menjadi pengalaman seumur hidup. Semoga di kehidupan yang kali ini kalian bisa menepati janji yang ada.”

“Kami berdua pasti bisa,” Henry mengambil tangan Marry dan menggenggamnya, “dengan kami saling membantu satu sama lain, pasti bisa.”

Hari itu, keempatnya berkunjung ke kedai kopi yang dekat dengan Akademi Cruxiaz untuk bernostalgia dan sekadar mengenang masa lalu. Menjelang malam, masing-masing pasangan itu berlalu menuju ke rumah masing-masing. Sesampainya di depan kediaman Marry, Henry lebih dulu mengambil langkah dan ia memeluk erat Marry.

“Masuklah. Mandi dan makanlah yang banyak, lalu tidur yang nyenyak. Semoga mimpi indah.” Dan kecupan Henry di dahi Marry membuat keduanya canggung dan sambil menahan rasa malu, keduanya mengucapkan salam perpisahan untuk berjumpa esok hari.

Marry masuk dan ia menemukan kakaknya menunggu di balik pintu.

“Apa kau sudah tahu semuanya, Nommis?”

“Malaikat agung Leiliah, tolong panggil aku dengan nama Marry saja.”

“Baiklah. Ayo, pergi mandi dan makan, lalu cepatlah tidur. Besok sudah hari kelulusanmu.”

“Apa?!”

“Oh, rupanya mereka lupa memberitahumu. Waktu kalian menghilang di dimensi sana, waktu bekerja dengan cara yang berbeda di sana.”

“Secepat itu, kak?!”

Leana memberi anggukan sebagai jawabannya dan Marry berjalan guntai untuk membasuh dirinya.

 

***

“Tidurlah yang nyenyak. Aku malaikat penjagamu, Leiliah, serta seluruh makhluk Tuhan dan Tuhan sendiri begitu menyayangimu.”

Leana mengusap kening Marry yang sudah jatuh terlelap dan mengambil beberapa ingatan dari memori Marry. Leana tersenyum melihat adiknya dan ia segera mematikan lampu agar adiknya bisa tidur lebih nyenyak.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
KELANA [Kenzie - Elea - Naresh]
3643      1445     0     
Fan Fiction
Kenzie, Elea, Naresh, tiga sahabat yang ditakdirkan menjadi seorang bintang. Elea begitu mengagumi Naresh secara diam-diam, hingga dia amat sangat peduli terhadap Naresh. Naresh yang belakangan ini sering masuk lambe turah karena dicap sebagai playboy. Bukan tanpa sebab Naresh begitu, laki-laki itu memiliki alasan dibalik kelakuannya. Dibantu dengan Kenzie, Elea berusaha sekuat tenaga menyadarka...
EPHEMERAL
99      90     2     
Romance
EPHEMERAL berarti tidak ada yang kekal, walaupun begitu akan tetap kubuktikan bahwa janji kita dan cinta kita akan kekal selamanya walaupun nanti kita dipisahkan oleh takdir. Aku paling benci perpisahan tetapi tanpa perpisahan tidak akan pernah adanya pertemuan. Aku dan kamu selamanya.
The Maze Of Madness
3776      1537     1     
Fantasy
Nora tak banyak tahu tentang sihir. Ia hidup dalam ketenangan dan perjalanan normal sebagai seorang gadis dari keluarga bangsawan di kota kecilnya, hingga pada suatu malam ibunya terbunuh oleh kekuatan sihir, begitupun ayahnya bertahun-tahun kemudian. Dan tetap saja, ia masih tidak tahu banyak tentang sihir. Terlalu banyak yang terjadi dalam hidupnya hingga pada saat semua kejadian itu merubah...
Langit Indah Sore Hari
98      84     0     
Inspirational
Masa lalu dan masa depan saling terhubung. Alka seorang remaja berusia 16 tahun, hubungannya dengan orang sekitar semakin merenggang. Suatu hari ia menemukan sebuah buku yang berisikan catatan harian dari seseorang yang pernah dekat dengannya. Karena penasaran Alka membacanya. Ia terkejut, tanpa sadar air mata perlahan mengalir melewati pipi. Seusai membaca buku itu sampai selesai, Alka ber...
Rembulan
768      428     2     
Romance
Orang-orang acap kali berkata, "orang yang gagal dalam keluarga, dia akan berhasil dalam percintaan." Hal itu tidak berlaku bagi Luna. Gadis mungil dengan paras seindah peri namun memiliki kehidupan seperti sihir. Luna selalu percaya akan cahaya rembulan yang setiap malam menyinari, tetapi sebenarnya dia ditipu oleh alam semesta. Bagaimana rasanya memiliki keluarga namun tak bisa dianggap ...
Just For You
4134      1630     1     
Romance
Terima kasih karena kamu sudah membuat hidupku menjadi lebih berarti. (Revaldo) *** Mendapatkan hal yang kita inginkan memang tidak semudah membalik telapak tangan, mungkin itu yang dirasakan Valdo saat ingin mendapatkan hati seorang gadis cantik bernama Vero. Namun karena sesuatu membuatnya harus merelakan apa yang selama ini dia usahakan dan berhasil dia dapatkan dengan tidak mudah. karen...
Edelweiss: The One That Stays
1385      589     1     
Mystery
Seperti mimpi buruk, Aura mendadak dihadapkan dengan kepala sekolah dan seorang detektif bodoh yang menginterogasinya sebagai saksi akan misteri kematian guru baru di sekolah mereka. Apa pasalnya? Gadis itu terekam berada di tempat kejadian perkara persis ketika guru itu tewas. Penyelidikan dimulai. Sesuai pernyataan Aura yang mengatakan adanya saksi baru, Reza Aldebra, mereka mencari keberada...
Nyanyian Burung di Ufuk Senja
2350      908     0     
Romance
Perceraian orangtua Salma membuatnya memiliki kebimbangan dalam menentukan suami masa depannya. Ada tiga pria yang menghiasi kehidupannya. Bram, teman Salma dari semenjak SMA. Dia sudah mengejar-ngejar Salma bahkan sampai menyatakan perasaannya. Namun Salma merasa dirinya dan Bram berada di dunia yang berbeda. Pria kedua adalah Bagas. Salma bertemu Bagas di komunitas Pencinta Literasi di kampu...
Cinta dalam Impian
86      67     1     
Romance
Setelah ditinggal oleh kedua orang tuanya, seorang gadis dan abangnya merantau untuk menjauh dari memori masa lalu. Sang gadis yang mempunyai keinginan kuat untuk meraih impian. Voska belajar dengan rajin, tetapi dengan berjalannya waktu, gadis itu berpisah dengan san abang. Apa yag terjadi dengan mereka? Mampukah mereka menyelesaikan masalahnya atau berakhir menjauh?
Asmaraloka Jawadwipa (Sudah Terbit / Open PO)
7263      2169     1     
Romance
Antara anugerah dan kutukan yang menyelimuti Renjana sejak ia memimpikan lelaki bangsawan dari zaman dahulu yang katanya merupakan sang bapa di lain masa. Ia takkan melupakan pengalaman dan pengetahuan yang didapatnya dari Wilwatikta sebagai rakyat biasa yang menyandang nama panggilan Viva. Tak lupa pula ia akan indahnya asmara di Tanah Blambangan sebelum mendapat perihnya jatuh cinta pada seseor...