Drena dan Kelly berhenti makan lalu ikut berdiri. Menatap adik kakak yang hanyut dalam tangis itu. Ya, Claudia tak kuasa menahan air mata di pelukan Falko. Begitupun dengan sang pemuda yang turut meneteskan air mata
Mengeluarkan beban rindu yang tersimpan. Kerinduan memang terasa menyakitkan. Boleh disebut rindu adalah siksaan batin. Tiada yang lebih menyiksa dari kerinduan yang melanda. Tiada yang lebih sakit dari batin yang merindu. Itulah ungkapannya.
Falko mengusap air mata. "Kamu kemana aja sih, dek?" tanya Falko keluar dari kerangkeng pelukan Claudia. Gadis itu menatapnya dalam.
"Selama ini aku ada di rumah penculikan!"
"Kamu diculik?" tanya Falko tak percaya. Claudia mengangguk-angguk. "Astaga... Tapi sekarang, kamu nggak papa kan? Baik-baik saja kan? Nggak ada yang terluka?" Falko mengeluarkan pertanyaan yang bertubi-tubi.
"Aku sekarang baik-baik saja Kak!" jawab Claudia.
"Syukurlah!" Falko menghela napas sembari mengusap dada.
"Kak Falko, silakan duduk!" pinta Claudia mengarahkan tangan pada bangku kosong di dekatnya. Pemuda itu menuruti permintaan sang adik. Claudia dan kedua temannya turut duduk. "Bagaimana kondisi Mama dan Papa sekarang?"
"Mama sering sakit-sakitan saat nggak ada kamu, Clau! Tak jarang beliau memanggil-manggil namamu saat tidur! Tapi mohon maaf, Papa tak acuh dengan hal itu!" jawab Falko. Claudia memasukkan bakso ke mulut.
"Aku hanya bisa mendoakan yang terbaik buat mereka!" jawab Claudia mengunyah makanan bundar itu.
"Maafkan Kakak, ya Clau!" ucap Falko. Drena dan Kelly menatap jeli dia insan itu.
"Minta maaf? Buat apa?" tanya Claudia.
Falko menatap dalam manik mata gadis itu. "Semua ini gara-gara aku yang semula membuatmu emosi sampai kamu membanting pintu hingga menjatuhkan barang berharga Papa!" jawab Falko.
"Aku tidak menyalahkan Kak Falko. Aku hanya menyalahkan diriku sendiri!" desak Claudia lalu menelan bakso yang hancur di mulutnya.
"Jangan menyalahkan diri kamu Clau, ini semua salah aku. Aku minta maaf ya!"
"Tidak papa Kak. Aku juga salah kok. Mungkin, kita sama-sama bersalah. Jadi sudahlah, akan ku jadikan hal ini sebagai pelajaran!" jawab Claudia diikuti sedotan es teh yang ia masukkan ke mulut.
Sluurrppp..
Claudia menghabiskan es teh tersebut.
"Ah... Kenyang aku!" ucap Claudia menatap mangkok dan gelas kosong bekasnya.
"Aku pun!" jawab Drena.
"Ayo, kita bayar!" ajak Kelly.
Obrolan singkat itu mengalihkan topik pembicaraan kakak-adik di sana. "Kamu ajalah Clau, yang bayar, aku nitip uangnya!" pinta Drena memberi selembar uang berwarna ungu.
"Aku juga nitip Clau!" Kini Kelly yang memberi uang pada Claudia.
"Oke, deh. Duluan ya, aku mau bayar!" Claudia pun menjumpai Bu Lika guna membayar pesanannya dan dua temannya itu.
Falko menatap Kelly yang menatapnya balik lalu keluar kantin. Gadis itu beralih saling menatap dengan Drena tanpa arti. Tak berselang lama, Claudia kembali bersama kedua temannya. "Kakak aku ke mana?"
"Udah keluar kantin!" jawab Kelly.
"Selama aku nggak sekolah, ada berita apa aja?" tanya Claudia. Tiga gadis itu masih setia duduk di bangku kantin meski tanpa hidangan.
"Ada berita dari Ardian dan Aline," jawab Kelly.
"Berita apa? Apakah mereka kembali berpacaran?" tanya Claudia fokus pada Kelly.
"Drena yang tahu banyak. Dia kan pacarnya Kio yang masih menjadi teman dekat Ardian!" Claudia mengalihkan atensi ke Drena.
"Bagaimana Dren?" Claudia mengetuk-ngetuk meja dengan jemari. Ia menatap Drena serius, mengharapkan jawaban dari gadis berkacamata itu.
"Mereka nggak berpacaran lagi, tapi aku dengar dari Kio, katanya Aline minta balikan sama Ardian. Tapi Ardian nggak mau, mungkin dia udah move on dari mantannya itu!" jawab Drena.
"Mungkin dia tau kalau Claudia sudah pergi jauh dari sini, makanya godain Ardian lagi... Hehehehe!" gurau Kelly.
"Tapi.. Tapi.. Tapi, setelah itu..." ucap Drena menjeda ucapannya.
"Tapi apa?" tanya Kelly.
"Setelah itu apa?" Kini Claudia yang bertanya dengan penuh penasaran.
"Aline pindah sekolah! Dia udah nggak sekolah di sini lagi!" jelas Drena.
"Ha? Beneran? Itu kapan? Sudah lama kah?" Claudia tak percaya.
"Kurang lebih, dua minggu yang lalu!"
"Owh.. Pantas saja aku sudah lama tidak melihat Aline. Ternyata dia pindah sekolah!" respon Kelly.
"Ya. Emang dia udah pindah!"
"Ekhem.. Bagaimana nyonya Clau? Apakah anda tertarik untuk berpacaran dengan Ardian?" Kelly mendekatkan wajah dengan Claudia disertai senyum meledek dan alis yang terangkat sebelah.
"Hish.. Apaan sih?" balas Claudia dengan lirikan sinis. Ia tidak suka dengan pertanyaan Kelly tadi.
"Duh... Sinis amat sih, neng!" sindir Kelly.
"Kamu aja sana, pacaran sama Kak Falko! Katanya suka sama dia!" timpal Claudia melipat tangan di dada.
"Aku belum berani berpacaran. Cukup jadi teman dekat saja, tidak lebih!" jawab Kelly.
"Yakin kaks?" tanya Claudia mengangkat alis sebelah.
"Yahaaaa... Terjebak prenjon.. Hahahahahaha!" ejek Drena.
"Cih. Iye si paling udah berpacaran!" Kelly tersenyum smirk menatap gadis gemuk itu.
"Udah berapa lama kamu dekat sama Kakakku?" tanya Claudia.
"Sekitar dua bulan sih. Tapi kita hanya deket di media online. Kalau di aslinya sih biasa saja!" jawab Kelly.
"Prenjon kok di dunia maya, minimal prenjon di dunia nyata dong! Huhh!" sindir Drena melipat tangan di dada sembari memalingkan wajah.
"Minimal.. Minimal, emangnya kau udah maksimal?" balas Kelly. Claudia menahan tawa mendapati tingkah para gadis itu.
"Kamu nanyea?"
"Udah tau aku tanya, kenapa malah nanya balik. Dasar sinting kau ini!" timpal Kelly.
"Hahahaha... Aku cuma bercanda.. Janganlah kau anggap serius!" jawab Drena.
"Hemmm."
_o0o_
Di rumah kontrakan minimalis, tampak seorang gadis tengah sibuk menghitung uang. Siapa lagi jika bukan Claudia. Gadis itu memeriksa sisa uang tabungannya. "100.... 200..300..400."
"Tinggal sisa empat ratus ribu! Ini tidak cukup untuk sebulan. Aku harus bisa kerja supaya bisa dapatin uang. Tapi kerja apa ya?" monolog Claudia. Ia memasukkan lembaran uangnya ke dompet. Diraihnya benda pipih dari saku yang bisa dinyalakan. Gadis itu membuka google guna mencari ide usaha anak muda.
Tak lama kemudian, Claudia kembali mematikan handphone handphone-nya. "Apa aku jualan cilok aja ya? Keliling komplek ini, mungkin bisa nambah penghasilan. Owh.. Iya.. iya, ide yang bagus. Aku akan melakukan itu untuk menghidupi diriku!" pikir Claudia. Ia pun membuka youtube di handphone-nya guna melihat vidio 'cara membuat cilok.
_o0o_
Di malam yang indah, seorang wanita dan anak lelakinya tengah bersantai di gazebo taman rumahnya. Mereka menikmati keindahan malam yang bertabur bintang di langit hitam. Siapa lagi jika bukan Ciandra dan Falko. Mereka duduk berdua tanpa Reyno yang lebih memilih untuk menonton sinetron kesulaannya. "Ma.. Mama tau nggak, aku tadi ketemu adik!" ucap Falko membuat Ciandra menatapnya.
"Benarkah? Di mana?"
"Dia sekolah!" jawab Falko.
"Syukurlah kalau dia udah kembali ke sekolah. Lalu, tinggal dimanakah dia?" tanya Ciandra. Wanita itu lebih tenang usai mendengar sang putri kembali bersekolah. Sebab ia tahu bahwa sebulan ini Claudia tak mengikuti kegiatan itu dan tak diketahui alasan dan keberadaannya selama itu.
"Aku tidak tahu. Karena aku tidak bertanya tentang tempat tinggalnya!" jawab Falko. Ciandra menghela napas lalu menepuk jidat.