Pagi hari kembali menyapa para manusia yang hendak beraktivitas. Dengan sang mentari yang bersinar terang, mereka telah siap menghadapi lika-liku kehidupan hari itu. Tak terkecuali dengan Claudia yang kini telah rapi dengan seragam sekolahnya. Ia siap kembali sekolah dan siap menerima banyak pertanyaan dari orang-orang terdekatnya. Tak semudah saat Claudia di rumah Ardhitalko. Gadis itu harus rela duduk sendiri di halte guna menunggu kedatangan bus. Sebab, jarak kontrakan dan sekolahnya cukup jauh sehingga ia harus menggunakan transportasi umum tersebut untuk tiba di SMP 05 Ganaspati. Beruntung, bus kuning segera datang sehingga Claudia tak menunggu lama.
20 menit kemudian, bus kuning yang ditumpangi Claudia berhenti di trotoar SMP 05 Ganaspati. Claudia pun turun lalu berjalan masuk. Ia mengangguk kala bertemu pak satpam.
_o0o_
"Aku rindu Claudia," ungkap Kelly duduk dengan Drena di bangku kelasnya.
"Aku juga!" jawab Drena memasang wajah murung. Menunjukkan rasa sedih yang bertengger di dada. Sedih sebab lama tak bertemu Claudia. Drena rindu segala tentang gadis itu. Mulai dari senyuman, candaan dan perilaku lain yang selalu ditunjukkan padanya.
"Kapan dia kembali?" tanya Kelly menjadikan tangan sebagai tumpuan dagu.
"Tidak tahu. Aku pun rindu." Drena mengerucutkan bibir.
"Dia tidak bisa dihubungi!" ucap Kelly.
"Hai kawan!" Claudia menampakkan diri di kelas 7G. Suaranya mengalihkan atensi kedua Kelly dan Drena yang kini menatapnya tak percaya.
Drena mengusap mata berkali-kali. "Claudia!" Gadis gemuk itu berdiri.
"Claudia!" Kelly keluar dari bangku lalu berjalan guna meraih tubuh Claudia. Ia menenggelamkan gadis itu di pelukannya. "Clau. Selama ini kamu kemana aja? Aku kangen banget sama kamu!" ungkap Kelly mengelus-elus puncak rambut sang teman. Ia mengungkapkan segala kerinduan yang tersimpan selama ini. Begitupun dengan Drena yang ikut memeluk Claudia dan Kelly sembari menangis sesenggukan. Claudia bungkam menatap mereka. Ia bingung hendak menjawab apa.
"Hiks... Hiks.. Hiks. Aku kesepian tanpa kamu, Clau!" isak Drena meluapkan kesedihannya akan kerinduan. Drena dan Kelly merasa kurang tanpa kehadiran Claudia. Gadis yang selalu ceria dan melengkapi hari-harinya sebagai teman dekat.
"K-k-k-kalian rindu aku?" tanya Claudia menepis kebingungannya.
"Kamu tidak usah tanya, pasti tahulah. Kita selalu merasa kurang tanpa kamu, Clau!" jawab Kelly mengundurkan diri dari tengah Drena dan Claudia yang kini berpelukan.
"Hiks... Hiks.. Hiks. Kamu kemana aja sih, Clau?" tanya Drena dengan air mata yang terus menetes.
"Aku habis diculik dan dijadikan pengemis!" jawab Claudia mengejutkan mereka. Drena melepas tubuhnya seketika. Mengusap air mata lalu menatapnya dalam dengan mulut terbuka. Ia tak percaya dengan jawaban Claudia itu. Yang ia tahu, Claudia hanya pergi dari rumah Ardhitalko bukan diculik ataupun dijadikan pengemis.
"Ha? Apakah itu benar?" Kelly memberanikan diri untuk bertanya. Claudia mengangguk-mengangguk.
"Bagaimana bisa Clau?Ceritalah!" Kini Drena yang bersuara. Sepasang mata bening Claudia melirik jam dinding yang terpasang di pojok kelas.
"Lima menit lagi mulai upacara. Aku akan bercerita saat istirahat nanti!" jawab Claudia disetujui kedua temannya. Mereka segera bersiap diri untuk mengikuti upacara bendera di hari Senin itu.
*****
Dengan berderai air mata, Claudia menceritakan masa-masanya kala di rumah penculikan. Terasa sesak ia mengenang masa sulit itu. Masa yang sangat melilit batin. Membuat Claudia merasa cemas setiap hari. Cemas jika dirinya mendapatkan perlakuan tak wajar dari Ino. Namun beruntung, itu tak terjadi lantaran Claudia dapat melaksanakan segala perintah Ino walau sangat terpaksa dan tersiksa. Sebulan ini, sudah cukup ia menahan rindu. Rindu terhadap keluarga dan teman-temannya. Sudah cukup batinnya tersiksa akan segala perilaku keterpaksaan yang ia lakukan. Claudia akan lebih berhati-hati saat keluar sendiri agar kejadian itu tak terulang lagi.
Drena mengusap-usap bahu Claudia yang naik turun "Dan.. Aku sangat tersiksa dengan kerinduan pada Mamaku yang hingga sekarang belum ketemu! Hiks.. Hiks.. Hiks.. Hiks."
"Kenapa kamu tidak kembali ke rumah kamu?" tanya Kelly usai menyeruput es teh.
"Itu tidak mudah untukku lakukan," jawab Claudia.
"Saat kamu diculik, kenapa kamu tidak menghubungi orang terdekat kamu? Kamu kan punya handphone buat menghubungi orang terdekat yang bisa menolongmu!" Kini Drena yang berbicara.
"Para pria itu menculikku di rumah yang ada di kampung mati. Di sana tidak ada jaringan internet sama sekali, sehingga aku tidak bisa menghubungi siapapun. Bahkan, penjual pulsa pun tidak ada. Kalaupun ada, aku tidak tau lokasinya. Jadi aku tidak bisa beli pulsa ataupun kuota internet untuk menghubungi orang-orang!" jelas Claudia berhenti menangis.
"Astaga. Kasihan sekali kamu, Clau!" ungkap Kelly mengusap dada. Drena masih setia mengusap bahu Claudia.
"Kamu dicari banyak guru loh!"
"Iyakah?" tanya Claudia tak percaya.
"Iyalah, kamu nggak masuk sebulan tanpa keterangan! Ada guru yang tanya sama Kakak kamu tentang keadaan kamu. Dia bilang kamu pergi dari rumah dan selepasnya tidak tahu!" jawab Drena.
_o0o_
"Falko, lo ngapain diem aja?" tanya Kio mendapati Falko berdiri menempel tembok depan toilet.
"Gue kangen adik gue, Yo!" jawab Falko menunduk. Mengatur pikirannya yang dipenuhi nama Claudia. Banyak pertanyaan tersimpan di sana. Tentang keberadaan Claudia, keadaan hingga kehidupan gadis itu sekarang. Falko tak tahu jika sang adik telah kembali bersekolah.
"Temuin aja dia!" saran Kio mendekati Falko.
"Gue nggak tahu dia ada di mana." Bagi Falko, waktu terasa berputar sangat lama tanpa Claudia. Sebab harinya tak menyenangkan. Ia merasa sangat lama tak berjumpa sang adik. Lama tak menatap wajah cantik dan senyumannya. Ia rindu itu.
"Cari aja disekitar sini!" Kio memasukkan roti dari genggamannya ke mulut.
"Dia nggak di sini! Mungkin dia udah pergi jauh dari sini!" jawab Falko enggak mengangkat kepala.
"Ups... Kata siapa dia nggak di sini? Tadi aja gue lihat dia sama pacar gue dan temannya itu!" Falko mendongak dengan mata membelalak.
"Benarkah? Jangan bohong lo!" Pemuda itu tak percaya dengan ucapan Kio.
"Gua nggak mungkin bohong!" jawab Kio lekas meninggalkan Falko yang kemudian mengikutinya.
"Lo lihat dia di mana?" tanya Falko menyejajarkan langkah dengan temannya itu.
"Tadi di koridor nggak tahu mau ke mana!" jawab Kio.
"Ok.. Thanks you!" Falko mendahului langkah Kio dengan berlari guna mencari Claudia. Pertama, ia mencari gadis itu ke taman. Namun, tak ada. Kedua, ia berjalan ke kelas 7G yang hanya terisi oleh bangku kosong. Para siswa/siswi di kelas itu menghabiskan waktu istirahatnya keluar kelas. Ketiga, Falko mencari Claudia ke kantin. Netranya menangkap gadis itu tengah makan bakso bersama Drena dan Kelly. Falko yang masih di ambang pintu sontak mendekati mereka. "Adik!" panggil Falko dengan penuh kebahagiaan. Momen itu terasa seperti mimpi. Gadis yang selama ini ia tunggu telah kembali. Meski, belum kembali ke rumahnya. Namun, Falko tetap bersyukur lantaran dapat berjumpa kembali dengan adik kesayangannya.
Claudia menoleh diikuti Drena dan Kelly. Netranya menangkap sang Kakak yang berdiri di belakangnya. "Kak Falko!" Claudia beranjak dari kursi dan lekas memeluk erat sang Kakak.