Kenapa kalian?" tanya Falko.
"Wakakaka. Itu Si Ar---" Ardian membungkam mulut Kio sebelum ucapannya selesai.
"Diam!" pinta Ardian menatap tajam netra Kio.
Claudia yang berprasangka buruk pun sontak bertanya, "kenapa? Duit lo nggak cukup buat bayarin pesananan gue?" Claudia makan nasi goreng yang baru saja datang.
"Ehehehehehe." Ardian tertawa malu menatap Claudia. Yang ditatap pun sontak menggeleng-geleng. Hal itu menimbulkan gelak tawa dari teman-temannya.
"Agiakgiakgiakgiakgiak! Sok-sokan lo mau traktir adik gue padahal uang saku lo nggak cukup. Wkwkwkwk!" tawa Falko pecah.
"Ahahahahahahaha!" Drena dan Kelly tertawa bersama. Mereka tak kuasa menahan tawa akibat tingkah lucu dari Ardian.
"Hish. Memalukan kau ini!" cibir Kio menjitak kepala Ardian. Kio tak pernah menyangka dapat memiliki teman seperti Ardian. Untung di kantin, andaikan mereka di restoran, pasti lebih memalukan.
"Ehehehehe... Maaf!" ucap Ardian menunduk.
"Dahlah. Biar gue aja yang bayarin pesanan adik gue. Uang gue masih banyak benget nih di dompet!" ujar Falko mengangkat dompet hitamnya.
"Sekalian gue dong, Ko!" pinta Kio.
"Sorry nggak sudi ya! Wkwkwkwkwk!" jawab Falko.
"Hilih. Somat lo!" cibir Kio.
"Daripada lo minta traktir gue mending gebet tuh cewek gendut di samping adik gue!" saran Falko mengarahkan bola mata pada Drena.
"Nggak dulu deh!"
"Hem serah lo deh, Yo. Gue mau bayar pesanan!" Falko mengeluarkan beberapa lembar uang kertas lalu membayar pesanannya dan Claudia.
"Terima kasih Kakakku yang paling baik sedunia!" ucap Claudia menatap punggung Falko yang menjauh.
"Ardian.. Ardian. Lelaki macam apa kau ini! Udah terlanjur bilang mau bayarin pesenan cewek, ternyata duitnya kurang! Haduuuhhhhhh!" omel Kio menggeleng-geleng.
"Permisi Mas, ini pesanannya!" ucap Bu Lika memindahkan makanan ke meja Ardian dkk.
"Hem, dahlah, gue laper mau makan!" Ardian mengaduk mie ayamnya yang masih panas.
"Lelaki kayak Ardian tuh malu-maluin banget, kamu jangan mau sama dia!" tutur Kelly.
"Ya, benar itu!" jawab Drena.
"Iiihh.. Siapa juga yang mau sama dia!" timpal Claudia. Ardian mendengar sekilas pembicaraan mereka. Tangannya sontak mengepal dengan pandangan menunduk tajam.
"Gue yakin pasti gue bisa dapetin lo, Claudia. Lihat aja nanti!" batin Ardian.
"Lo jangan ngulangin perbuatan memalukan lo itu lagi!" tutur Falko yang baru saja kembali.
"Hem. Siap Bos," Ardian menempelkan telunjuk di alis. Di lubuk hati terdalamnya terasa sangat menyesal dan malu. Menyesal sebab tindakan yang dilakukannya tanpa pikiran dahulu. Apalagi ia melakukan itu di depan teman-teman cowok dan ceweknya. Pantas saja, jika Ardian merasa malu.
****
Sinar rembulan memancar jauh ke bumi. Menghiasi langit malam yang mengarungi bintang. Membuat langit itu sangat indah dengan gemerlap sinarnya. Keluarga Ardhitalko menyaksikan itu di taman rumahnya. Falko dan Claudia duduk di gazebo taman dan kedua orang tuanya di bangku.
"Dek." Claudia yang sedari tadi asik menikmati camilan pun mendongak.
"Em?"
"Kamu tau kan, kalau Ardian suka sama kamu?" tanya Falko.
"Taulah. Dari tingkahnya ke aku aja aku udah ngerasa kalau dia suka aku. Tapi aku tidak telalu meresponnya!" jawab Claudia mengunyah camilan.
"Kamu harus hati-hati dalam memilih pasangan! Jangan langsung terpikat sama Ardian, kamu harus pikir panjang dan kenali dulu sosoknya. Terutama sikap asli dan derajatnya. Kita ini anak orang kaya, kamu harus dapetin anak orang kaya juga biar sederajat. Ya, kalaupun nggak kaya, minimal punya pekerjaanlah biar bisa nyenengin kamu," nasihat Falko mengingat kejadian tadi siang. Ia sangat menyayangi adik perempuan satu-satunya. Maka tak heran jika Falko selalu menasihati Claudia demi kebaikan gadis itu. Claudia paham akan maksud sang kakak.
"Iya, lagian aku juga nggak ada niat buat milikin lelaki kayak gitu!"
"Bagus! Adik pintar!" Falko mengacungkan jempol. Tangannya meraba dalam stoples camilan. Terasa kosong, ia pun mengerutkan kening lalu menatap benda itu. "Eih... Camilannya kamu habisin iya?" tanya Falko menatap horor Claudia.
"Iya, udah aku habisin! Maaf ye.. Hehehehe!" ucap Claudia. Perlahan namun pasti, ia menjauh dari Falko dengan menuruni tangga gazebo. "Larriii!" Claudia berlari ke kamarnya.
"Woi.. Dasar adek luckn*t!" hardik Falko. Mendengar suara Falko tersebut, Reyno dan Ciandra beranjak dari bangku untuk menghampiri anak lelakinya.
"Ada apa Falko?" tanya Ciandra.
"Cemilanku dihabiskan adek!" ucap Falko bak anak kecil yang tengah mengadu.
"Alah.. Ya sudahlah, nih. Beli lagi sana!" Reyno menyodorkan 2 lembar uang merah lalu diterima Falko.
"Wah. Terima kasih Pa, Ma!" Falko segera membeli camilan favorite-nya di toko terdekat.
Di kamar warna hijau muda, seorang perempuan cantik tengah merebahkan tubuhnya sembari bermain handphone. Siapa lagi jika bukan Claudia Renase Ardhitalko. Ia tengah membalas pesan yang masuk.
Ardian
Kamu lagi apa, Clau?
18.23
Claudia
Kamu nanya?
19.45
Ardian
Lah, udah tau
gue nanya, malah
nanya balik!
Gimana sih, lo?
19.45
Claudia
Kamu nanya?
19.46
Ardian
Jangan bilang kamu
kena sindrom 'kamu
nanya!
19.46
Claudia
Cih.. Sembarangan
aja lo bilang!
Kagaklah! Gue
baik-baik aja
lagi rebahan di kamar
sekarang!
19.47
Ardian
Aku mau vidio call
sama kamu, boleh?"
19.49
Claudia
Kamu nanya?
19.49
Tanpa lama, Ardian langsung menelfon Claudia dengan panggilan vidio. "Hai Clau," sapa Ardian sembari menyugar rambut.
"Iiihhh.. Apaan sih kamu, ganggu orang rebahan aja. Nggak usah pakai vc segala deh. Aku malas!" kesal Claudia yang langsung menekan tombol merah lalu mematikan handphone-nya.
_o0o_
"Hish.. Anak ini astaga. Cantik-cantik tapi galak! Hufttt," dengus Ardian membaringkan tubuh di kasur empuknya. Lelaki itu mengirim pesan untuk Claudia.
Ardian
Claudia cantik.
Tidurlah! Ini sudah
malam!
19.59
Berharap mendapat respon dari Claudia, ternyata tidak. Bahkan, pesan yang Ardian kirimkan pun hanya centang 1. Anehnya, kontak perempuan itu yang semula ada foto profil dan infonya kini tidak. Semua itu hilang dalam sekejap bak tertelan bumi. Mungkinkah, Claudia memblokir kontak Ardian? Ardian yang mengetahui itu sontak berkeringat dingin. Jantungnya berdegup dua kali lebih kencang. Ia takut jika akan terjadi hal yang tidak diinginkan. Pemudia itu tak ingin bermasalah dengan Claudia. Ia hanya ingin mendapatkan hatinya. Namun itu terasa sangat sulit.
_o0o_
Claudia berasa di lantai 1 dan mendapati sang Kakak tengah membawa dua kardus yang belum ia ketahui isinya. "Ekhem.. Apaan tuh?" tanya Claudia mendekati Falko.
"Dilarang kepo!" jawab Falko terus berjalan dan meletakkan kardus itu di kamarnya.
"Hem.. Kira-kira itu apa ya?" Claudia mengerutkan kening sembari menempelkan telunjuknya di dagu.
"Claudia, Falko! Lekaslah makan malam Nak!" panggil Ciandra dari ruang makan. Claudia dan Falko pun menghampiri sang Mama untuk makan malam bersama. Reyno pun datang dan memimpin berdo'a.
"Aamiin."
Claudia mulai memasukkan sesendok makanannya ke mulut.
"Mama, aku mau cerita sama Mama!" ucap Claudia usai makan malam. Ia bersantai di ruang keluarga dengan sang Mama.
"Cerita aja!" jawab Ciandra. Claudia menceritakan hal tadi siang pada Ciandra.