Read More >>"> SHADOW (Bab 2) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - SHADOW
MENU
About Us  

Rena menghela nafas kesal. Menahan untuk tidak marah. Ini bukan apa-apa, bahkan belum bisa dikatakan kejahatan seksual.

"Kau orang aneh? Kalau iya, hentikan perlakuanmu itu atau aku bisa memanggil polisi."

"Aku bukan orang aneh kok. Tanganmu tadi kedinginan jadi aku hanya memberikan kehangatan sedikit."

"Kedinginan?" Rena memeriksa tangannya, sekarang memang agak hangat tapi ia tidak ingat sedingin apa tangannya tadi.

"Pokoknya aku tidak peduli. Aku sudah menandai wajahmu. Awas saja kalau kita bertemu lagi." Rena memberikan peringatan dengan memicingkan matanya ganas. Jiwanya belum sembuh tapi ia sudah harus marah-marah, rasanya energinya akan habis kalau begini, padahal masih pagi.

"Boleh aku ikut?" Pria yang tadi masih belum pergi, sekarang malah berdiri di depan Rena. Menghalangi jalan.

"Mau kutelpon polisi?"

"Telepon saja. Tapi apa kejahatanku?"

"Kejahatan seksual."

"Kau punya bukti?"

"Aku buktinya. Polisi akan langsung percaya, mereka tidak perlu bukti nyata, aku bicara jujur atau tidak mereka tidak akan peduli." Rena mengangkat bahunya santai.

"Tidak buruk. Telepon saja." Pria tersebut tidak menyerah.

Rena diam, ia kemudian mengambil handphonenya tapi gerakan tangannya berhenti di atas deretan angka. Berpikir apakah tindakannya benar atau malah membuatnya masuk ke dalam kasus yang tidak penting. Terlalu ribet.

"Aku juga benci ribet," celetuk pria tersebut.

"Ha?"

"Kau benci ribet kan?"

Rena mengenyit bingung. Entah kebetulan atau bagaimana tapi ia malas sekali kalau harus berurusan dengan pria aneh.

"Aku bukan pria aneh. Namaku Stevan." Tangan tersebut terjulur, diiringi senyuman lebar.

"Aku tidak ada niatan untuk berkenalan. Lebih baik cari wanita lain saja." Rena mengambil jalur kosong di samping Stevan, ia melangkah tapi dihalangi lagi, membuat bola matanya berputar kesal.

"Aku inginnya kau. Terima uluranku."

"Kalau aku masih bilang tidak mau?"

"Kau nanti menyesal."

"Kenapa? Karena menolak laki-laki setampan dirimu? Memangnya kau pikir setiap wanita suka laki-laki tampan?"

"Apa aku tampan?" Kedua pipi Stevan memerah, pria itu malu-malu bercermin di depan kaca besar, sebuah toko baju.

'Orang aneh.'

"Sudah kubilang aku bukan orang aneh," jelas Stevan. Ia mendekatkan wajahnya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Rena heran.

"Mata kejujuran. Aku bukan orang aneh dan memang mau berteman denganmu."

Rena mundur beberapa langkah, ia berdecak kesal. "Terserahlah."

Gadis itu kembali menghindar, berjalan lebih cepat.

"Jadi, siapa namamu? Apa berawalan R?"

"Bagaimana kau tahu?" Rena acuh, ia fokus ke jalan, kadang sengaja menyelip di antara gerombolan orang supaya terpisah dari Stevan. Tapi usahanya selalu gagal.

"Apa disambung dengan huruf E?" Stevan masih setia, ia berada tepat di samping Rena sekarang.

"Lalu?" Rena masih terlihat tidak peduli, berpikir semuanya hanyalah kebetulan semata.

"Kemudian N?"

Gadis itu berhenti. Sekali tidak masalah, dua kali bisa saja itu keberuntungan. Tapi kalau tiga kali, pasti ada yang tidak beres.

"Lanjutkan," pinta Rena.

Stevan diam, ia kemudian berdehem sebentar. "Terakhir... A?"

Dunia seperti berhenti sebentar. Rena mundur sedikit, ia tidak tau kenapa tapi rasa takut mulai menyelimutinya.

"B-bagaimana kau tau? Kau..."

"Jangan berpikir yang aneh-aneh dulu!  Aku melihatnya!"

"Melihat?" Rena tidak mengerti apa maksudnya, mereka baru beberapa menit yang lalu bertemu tapi melihat? Apa yang dilihat?

"Saat kau mengeluarkan handphone! Aku melihatnya!"

Rena bergegas mengeluarkan handphonenya dari dalam tas. Ia memperhatikan hardcase yang terpasang, berbagai sticker menghiasi. Ada satu nama yang teramat kecil, bahkan hampir tidak terlihat kalau dilihat dari jarak lebih dari satu meter.

"Tapi ini terlalu kecil."

"Aku punya mata yang tajam. Kadang orang tuaku pun bingung dengan keahlianku ini. Ahahaha." Stevan menutup mulutnya segera setelah ditatap dengan wajah garang.

"Baiklah, katakan apa maumu? Berteman? Oke, aku tidak akan menolak lagi. Tapi aku tidak janji kita bisa jadi teman yang baik. Saat ini, aku sedang ada urusan jadi bisa tidak kau pergi? Tolong?"

"Aku harus pergi denganmu. Aku tidak mau kau ke sana."

"Ke sana?"

"Kau berniat lompat dari atas jembatan kan?"

Hening. Rena tidak mengerti kenapa pria ini tahu. Itu memang tujuannya, ia bahkan sengaja meninggalkan sepucuk surat untuk ayahnya di kamar. Selama ini ia pikir mudah mengatasi patah hati, melakukan apapun yang kau suka, berbincang semalaman dengan sahabat, pergi ke tempat seru dengan teman-teman, mencoba meyakinkan dalam hati kalau pria tidak hanya ada satu di dunia. Tapi itu semua tidak mudah.

Rena menyerah, ia tidak tau harus bagaimana lagi, perasaannya lambat laun tidak bisa dikontrol. Pikiran jahat terus menerus hinggap, hingga ia memutuskan hal gila tersebut walaupun pada akhirnya dicegah oleh orang asing yang tiba-tiba muncul begitu saja.

"Aku tidak ke sana."

"Rena."

"Kubilang AKU TIDAK KE SANA!" Rena berbalik, kemudian menyebrang tanpa melihat tanda hijau yang mulai menyala.

"RENA!!"

TIINN!!! BRUKK!!

Syukurnya mobil belum sempat menyentuh badan Rena tapi gadis tersebut sudah jatuh pingsan duluan. Mungkin syok membuat badannya lemas seketika. Beberapa pejalan kaki berseru kaget, mereka langsung mencoba membantu. Beberapa menawarkan untuk menelepon ambulan.

"Tidak usah! Biar aku saja yang membawanya." Stevan menggendong tubuh Rena, ia berlari sekuat tenaga, membawanya ke sebuah gang sempit. Saat keluar, deretan ruko yang beberapa ada yang tutup mulai terlihat.

Pria itu mempercepat langkahnya saat melihat toko aksesoris kayu yang berjarak lima meter mulai terlihat. Segera masuk dan langsung disambut oleh temannya Ben- dengan rambut kekuningan dan senyum lebar khasnya. Senyum itu segera pudar.

"Apa yang terjadi?"

"Bantu aku." Raut wajah Stevan tampak khawatir.

"Kemari." Ben memimpin jalan.

Saat mereka masuk, aroma kayu sudah tercium kuat. Jejeran aksesoris dari kayu tampak berjejer rapi di rak-rak sudut ruangan. Mereka terus berjalan masuk tanpa henti, melewati lorong panjang yang di dindingnya dihiasi berbagai lukisan antik.

Sebuah pintu warna merah terlihat. Ben berhenti dan memutar knop pintu. Langsung disambut oleh pemandangan tidak biasa. Ini ruangan yang lebih mirip ruang uks di sekolah. Ada rak obat, kasur empuk untuk pasien serta berbagai perlengkapan kesehatan lainnya.

Steven meletakkan tubuh lemah Rena ke atas ranjang. Pertolongan pertama mulai dilakukan. Stevan menatap cemas.

"Apa dia akan baik-baik saja?" ucap Steven.

"Dia akan baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir."

Beberapa menit berlalu, Ben sudah selesai mengobatinya. Infus yang terpasang akan membuat kondisi tubuh Rena agak mendingan.

"Ini semua salahku."

"Tidak perlu menyalahkan dirimu." Ben menepuk bahu Stevan pelan.

"Tapi ini memang salahku. Harusnya aku tidak mencegahnya tadi."

"Kau melakukan hal yang benar. Kalau tidak ada kau, kejadian yang lebih besar bisa saja terjadi."

"Tapi kan.." Stevan mengusap wajahnya agak kasar, ia tidak menyangka kalau perlakuannya bisa membuat Rena terluka.

"Sudahlah, lebih baik kita biarkan dia istirahat." Ben mengajak Stevan keluar.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tumpuan Tanpa Tepi
6641      2537     0     
Romance
Ergantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengusik cita-cita Ergantha, memberikan harapan dan menarik ulur jiwa pubertas anak remaja yang sedang berapi-api. Ia diminta berperilaku layaknya s...
Aku Menunggu Kamu
102      91     0     
Romance
sebuah kisah cinta yang terpisahkan oleh jarak dan kabar , walaupun tanpa saling kabar, ceweknya selalu mendo'akan cowoknya dimana pun dia berada, dan akhirnya mereka berjumpa dengan terpisah masing-masing
Under The Moonlight
1425      786     2     
Romance
Ini kisah tentang Yul dan Hyori. Dua sahabat yang tak terpisahkan. Dua sahabat yang selalu berbagi mimpi dan tawa. Hingga keduanya tak sadar ‘ada perasaan lain’ yang tumbuh diantara mereka. Hingga keduanya lupa dengan ungkapan ‘there is no real friendship between girl and boy’ Akankah keduanya mampu melewati batas sahabat yang selama ini membelenggu keduanya? Bagaimana bisa aku m...
Rumah (Sudah Terbit / Open PO)
2179      983     3     
Inspirational
Ini bukan kisah roman picisan yang berawal dari benci menjadi cinta. Bukan pula kisah geng motor dan antek-anteknya. Ini hanya kisah tentang Surya bersaudara yang tertatih dalam hidupnya. Tentang janji yang diingkari. Penantian yang tak berarti. Persaudaraan yang tak pernah mati. Dan mimpi-mimpi yang dipaksa gugur demi mimpi yang lebih pasti. Ini tentang mereka.
Of Girls and Glory
2533      1201     1     
Inspirational
Pada tahun keempatnya di Aqiela Ru'ya, untuk pertama kalinya, Annika harus berbeda kamar dengan Kiara, sahabatnya. Awalnya Annika masih percaya bahwa persahabatan mereka akan tetap utuh seperti biasanya. Namun, Kiara sungguh berubah! Mulai dari lebih banyak bermain dengan klub eksklusif sekolah hingga janji-janji yang tidak ditepati. Annika diam-diam menyusun sebuah rencana untuk mempertahank...
Premium
MARIA
5100      1859     1     
Inspirational
Maria Oktaviana, seorang fangirl akut di dunia per K-Popan. Dia adalah tipe orang yang tidak suka terlalu banyak bicara, jadi dia hanya menghabiskan waktunya sebagian besar di kamar untuk menonton para idolanya. Karena termotivasi dia ingin bercita-cita menjadi seorang idola di Korea Selatan. Hingga suatu ketika, dia bertemu dengan seorang laki-laki bernama Lee Seo Jun atau bisa dipanggil Jun...
EPHEMERAL
92      84     2     
Romance
EPHEMERAL berarti tidak ada yang kekal, walaupun begitu akan tetap kubuktikan bahwa janji kita dan cinta kita akan kekal selamanya walaupun nanti kita dipisahkan oleh takdir. Aku paling benci perpisahan tetapi tanpa perpisahan tidak akan pernah adanya pertemuan. Aku dan kamu selamanya.
The Black Heart
841      440     0     
Action
Cinta? Omong kosong! Rosita. Hatinya telah menghitam karena tragedi di masa kecil. Rasa empati menguap lalu lenyap ditelan kegelapan. Hobinya menulis. Tapi bukan sekadar menulis. Dia terobsesi dengan true story. Menciptakan karakter dan alur cerita di kehidupan nyata.
Through This Letter (Sudah Terbit / Open PO)
3181      1064     0     
Romance
Dia—pacarku—memang seperti itu. Terkadang menyebalkan, jail, sampai-sampai buatku marah. Dan, coba tebak apa yang selalu dia lakukan untuk mengembalikan suasana hatiku? Dia, akan mengirimkanku sebuah surat. Benar-benar berbentuk surat. Di tengah-tengah zaman yang sudah secanggih ini, dia justru lebih memilih menulis sendiri di atas secarik kertas putih, kemudian dimasukkan ke dalam sebuah a...
Si Neng: Cahaya Gema
96      86     0     
Romance
Neng ialah seorang perempuan sederhana dengan semua hal yang tidak bisa dibanggakan harus bertemu dengan sosok Gema, teman satu kelasnya yang memiliki kehidupan yang sempurna. Mereka bersama walau dengan segala arah yang berbeda, mampu kah Gema menerima Neng dengan segala kemalangannya ? dan mampu kah Neng membuka hatinya untuk dapat percaya bahwa ia pantas bagi sosok Gema ? ini bukan hanya sede...