Setelah mereka sampai pada tempat tujuan. Semua siswa diperintahkan untuk mendirikan tenda sesuai kelompok yang sudah di tentukan.
Adira dan teman-temannya sudah berulang kali mencoba mendirikan tenda mereka. Namun karena minimnya pengetahuan tentang kepramukaan membuat tenda mereka tidak bisa berdiri.
"Ini tenda kita gimana? Yang lain udah hampir jadi sedangkan kita belum apa-apa." Keluh teman Adira yang bernama Eka.
"Ya makanya lo jangan berdiri aja, minimal bantuin." Sahut teman Adira lainnya yang bernama Caca.
Nasya menghela napas, "Dari pada kalian ribut, mending cari bantuan."
"Siapa?." Tanya Eka.
"Ya siapa kek yang nganggur." Jawab Nasya.
"Di sini mana ada yang nganggur sih, sya." Ucap Caca.
Adira terlihat berpikir, "Aku coba cari bantuan ya."
"Kemana?." Tanpa menjawab pertanyaan teman-temannya Adira berlalu begitu saja meninggalkan mereka.
"Aneh banget itu anak." Gumam Eka.
"Udah tenang aja, dia punya orang dalem." Jawab Nasya.
Tujuan Adira awalnya hendak mendatangi Daniel. Namun niatnya urung saat melihat Naufal yang sedang membantu siswi lain.
"Permisi." Ujar Adira, sontak semua siswi yang berada disana menaruh perhatian pada Adira.
"Kak Naufal, boleh minta tolong bantuin diriin tenda kelompokku?." Tanya Adira, namun tidak ada jawaban dari Naufal.
"Kak Naufal" Panggil Adira lagi
Naufal berdecak, "Lo gak lihat gue sibuk?."
"Emm... Tapi tendaku sama sekali belum berdiri kak." Ucap Adira pelan.
"Butuh bantuan dek?." Arion menyahut dari tenda sebelah.
Adira mengangguk, "Iya, kak Rion bisa bantu diriin tendaku?."
"Bisa, bentar ya." Jawab Arion.
Tiba-tiba Naufal berdiri, "Ayo."
"Hah?." Gadis itu menujukkan ekspresi bingung.
"Kelamaan kalo lo nunggu Arion." Kata Naufal. Adira seperti menimang-nimang perkataan Naufal ia melihat Arion dan Naufal secara bergantian. Menyadari itu Arion bersuara.
"Naufal bener, lo duluan aja dek. Nanti gue ikut bantu." Ujarnya.
"Kalian gapapa kan gue tinggal?." Tanya Naufal pada siswi-siswi itu. Dengan cepat mereka mengangguk, "Gapapa kak, lagian ini tinggal dikit lagi."
Mendengar jawaban itu Adira tidak bisa menahan senyumnya, "Thank you." Katanya, setelah itu ia menarik Naufal menuju tendanya.
Kening Naufal berkerut, "Serius? Ini belum sama sekali?."
"Iya kak Naufal, aku kan tadi udah bilang tapi kak Naufal gak percaya." Sahut Adira.
Laki-laki itu menghela napas, "Ya udah ambil pasak sama talinya." Perintahnya.
Gadis-gadis itu menjalankan sesuai instruksi dari Naufal. Meskipun tidak banyak membantu, setidaknya mereka tetap berusaha menjadikan diri mereka berguna. Hingga akhirnya tenda yang mereka dirikan kini telah berdiri tegak. Hal ini terjadi karena bantuan Arion, Naufal, Daniel. Tiga orang itu sangat bekerja keras membantu Adira dan teman-temannya untuk mendirikan tenda mereka.
***
Malam hari pun tiba semua siswa duduk berputar mengelilingi api unggun yang telah menyala, sembari menyanyikan sebuah lagu dengan iring-iringan suara gitar.
Panas dari api unggun yang mendominasi udara dingin tempat itu membuat suasana disana menjadi hangat.
Jam menunjukkan pukul 11.00, semua siswa diminta berkumpul untuk melaksanakan kegiatan mencari jejak. Mereka dibuat berkelompok dengan beranggota 5 orang. Hanya dengan penerangan cahaya senter setiap kelompok harus mencari bendera yang sudah di letakkan di beberapa titik di dalam hutan.
Panitia mulai menyebutkan anggota setiap kelompok.
"Kelompok pertama Rani, Tika, Eka, Yuli, dan Fani."
"Kelompok kedua Nasya, Caca, Dara, Risa, dan Nanda."
"Kelompok ketiga Viona, Ita, Liana, Rika, dan Adira."
Adira menunjukkan ekspersi terkejut, ia masih tak percaya dirinya bisa satu kelompok dengan Viona. Karena sepengetahuannya Viona dan teman-temannya tidak pernah menyukai Adira. Entah apa penyebabnya Adira pun tidak tau. Yang Adira tau mereka sering sekali melemparkan tatapan sinis saat tanpa sengaja mereka berpas-pasan dengan Adira.
Setelah panitian selesai membentuk semua kelompok. Mereka semua di arahkan untuk memasuki hutan. Satu persatu kelompok mulai mencari ke dalam hutan, begitu juga kelompok Adira. Mereka terlihat hati-hati menyusuri jalan yang terlihat gelap.
"Jangan dorong-dorong." Peringat Adira pada Viona.
"Siapa juga yang dorong lo." Sahut Viona dengan wajah tanpa dosa.
"Vi!." Panggil Adira geram.
"Apa?." Tanya Viona.
"Kamu jalan duluan aja deh." Pinta Adira.
"Kalo gue gak mau?."
Adira menghela napas, "Ini bukan waktunya buat main-main, Viona"
Vione terkekeh, "Kenapa serius banget sih."
"Kita di tengah hutan kalo kamu lupa." Sahut Dira geram.
"Kalian jangan berantemlah, sekarang waktunya fokus sama tujuan kita." Liana menengahi.
"Denger kan?."
Viona memutar bola matanya, "Ya terserah."
Setelah itu mereka kembali menyusuri jalan tanpa suara. Hanya terdengar suara langkah kaki mereka yang beberapa kali menginjak daun-daun kering. Adira diam-diam meremas ujung bajunya. Fakta baru yang tidak banyak orang tau adalah Gadis itu takut kegelapan.
Viona mengukir senyum miring, "Lo gak malu ya?."
"Kenapa harus malu? Aku pake baju." Jawab Adira.
"Gue denger lo masih deketin kak Naufal walaupun udah ditolak berkali-kali."
Adira menaikkan satu alisnya, "Ya terus urusannya sama kamu apa?."
Viona terkekeh, "Heran aja, muka lo keliatannya polos ternyata j*l*ng juga."
"Serius kamu ngatain aku j*l*ng? Ngga kebalik? Masa j*l*ng teriak j*l*ng."
Viona diam-diam mengepalkan tangannya, "Lo–"
"Udah Vi, mending sekarang kita fokus nyari benderanya dulu." Kata Ita menengahi.
Viona menghela napas, "Gue lihat ada bendera disebelah sana." Ujarnya sembari menunjuk arah yang dimaksud. Semua orang mengikuti arah pandang Viona.
"Tapi kayaknya ngga ada." Sahut Adira.
"Ada, coba aja lo cek." Suruh Viona.
Adira mengernyit, "Kenapa aku?."
"Lo yang paling deket." Jawab Viona
"Kenapa gak kita cek bareng-bareng aja." Saran Adira
Viona memutar bola matanya, "Elah lebay banget sih cuma sebelah situ doang."
Adira menatap ragu pada teman-temannya, dan kemudian menghela napas, "Oke." Finalnya.
Viona diam-diam tersenyum melihat Adira yang kini berjalan menuju tempat yang ia maksud. Gadis itu terlihat mencari-cari di sana namun hasilnya nihil.
"Engga ada Vi, mungkin kamu salah lihat." Ujar Adira yang kemudian berbalik untuk kembali. Namun ia tertegun lantaran tidak mendapati teman-temannya berada di sana. Adira panik, ia tidak tau arah kembali menuju tenda. Gadis itu meremas tangannya, dengan perasaan takut ia berjalan sambil sesekali memanggil nama teman-temannya.
"VIONA."
"RIKA."
"ITA."
"LIANA"
"Kalian dimana?." Teriak Adira. "Jangan bercanda, ini ngga lucu." Katanya.
Kemudian Adira mendudukkan tubuhnya di sembarang tempat. Ia memeluk kedua kakinya. Udara dingin tempat ini seakan menusuk kulitnya. Bahkan jaket tebal yang Adira pakai seperti tidak ada apa-apanya. Di tengah kesunyian hutan ini Adira terus memanggil nama orang-orang yang ia kenal.
"Kak Daniel."
"Kak Naufal."
"Aku takut." Ujarnya lirih yang tentu saja tidak akan di dengar oleh orang-orang itu.
***
Beberapa panitia yang bertugas menjaga tenda. Terlihat menunggu siswa-siswi yang masih berada di dalam hutan. Saat ini baru ada 2 kelompok yang sudah berhasil kembali dengan membawa bendera.
Satu kelompok lagi terlihat keluar dari dalam hutan. Mereka mendatangi Ryan dan Naufal untuk melapor.
"Ini kak." Viona sebagai ketua regu menyerahkan bendera yang mereka dapat pada Naufal.
Ryan mengernyit, "Anggota kalian kenapa cuma empat harusnya kan lima?."
Viona menunjukkan raut terkejut, "Hah? Perasaan tadi ada lima kok kak."
"Mana? Buktinya yang balik cuma empat." Ujar Ryan.
"Mungkin yang satu tadi kepisah kak." Sahut Ita.
"Siapa nama anggota kalian yang hilang?." Tanya Naufal sembari hendak mencatat namanya
"Adira Thalita dari kelas 10 Mipa 4." Jawab Risa. Tangan Naufal berhenti.
"Kalian gak salah kan?." Tanya Ryan.
Rika mengangguk, "Bener Adira kak."
"Kenapa bisa?." Tanya Ryan
"Kami ngga tau kak."
"Nyatanya yang lain bisa tuh balik dengan anggota lengkap. Itu berarti kalian gak respect sama temen kalian sendiri. Kalian egois, cuman mikirin diri masing-masing." Tegur Ryan.
Keempat gadis itu menunduk, "Maaf kak."
"Minta maaf sama temen kalian yang hilang." Ucap Ryan geram.
"Tapi kita gak tau dia dimana kak." Sahut Liana.
"Kalian balik ke tenda." Perintah Naufal. Para siswi itu mengangguk, kemudian menuju tenda masing-masing.
"Gue mau laporan sama Arion dulu." Kata Ryan.
"Terserah." Naufal terlihat mengambil sebuah handy talky dan senter.
"Lo mau kemana?" Tanya Ryan bingung.
"Nyari dia."
"Tunggu yang lain dulu fal, mereka kan juga ada di hutan." Ujar Ryan.
"Kalo lo mau nunggu di sini, silahkan. Gue mau pergi." Setelah mengatakan itu Naufal berjalan masuk ke dalam hutan. Tidak menghiraukan Ryan yang sedari tadi terus memanggilnya.