Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kinara
MENU
About Us  

Kinara beranjak membersihkan di kamar mandi. Membasahi badannya dengan air mengalir di shower yang menyala. Memandangi kalung yang digenggamkannya kini. Kejadian-kejadian yang dialaminya berlangsung begitu cepat. Melihat setiap kematian yang ada. Cavan dan Orion. Dua orang pemuda tewas secara tragis... Tak terbayangkan jika semua dari itu adalah dirinya
diincar... Ada perasaan bersalah menyergapinya...

"Ini salahku. Semua salahku... Kalau aku menawarkan diri kepada Albert, mungkin enggak bakal seperti ini..." Di sisi lain, Bradja, pemuda itu yang sebenarnya musuh, ternyata berbaik hati padanya dan bakal berjanji untuk melindunginya."Ah, sudahlah. Semua sudah terlanjur... Sebisa mungkin aku harus ke markasnya dan menyelesaikan tujuanku..." Mematikan keran dengan memutarnya. Meraih handuk bersih di sampiran, mengusap-usap lalu melilitkannya ke tubuhnya yang basah. Keluar dari kamar mandi. Masuk ke dalam kamar,"Ngapain kamu masuk?"

Bradja menutup novel yang dibacanya."Kamu suka baca?"

"Banget. Tapi, aku enggak sempat membaca buku dari awal semenjak Srikandhi datang."

Bradja mengembalikan novel itu kembali ke rak lemari semula."Kamu suka romance ya?"

"Random," kata Kinara."Eh, eh, jangan duduk dulu! Cepat keluar!"

"Memangnya kenapa?"

Pipi Kinara memerah.

"A-aku... Mau ganti baju..."

Bradja tertawa."Hahaha. Bukannya aku sudah melihatmu kemarin malam?"

"Po-pokoknya kamu harus keluar!" Pipinya tambah memerah hebat seperti lobster yang baru saja di rebus di panci besar.

"Ah," Bradja masih dalam posisinya. Mengurungkannya."Baiklah, baiklah. Aku akan keluar." Beranjak keluar dari dalam kamar.

Kinara segera menutup pintu. Bergegas mengganti pakaian. Di luar kamar, Bradja dengan setia menunggu. Tangannya terlipat di depan dada."Kinara."

"Ya?" sahut Kinara dari dalam kamar.

"Apakah tidak terburu-buru kita pergi ke markas Vandhala?"

Kinara terdiam sejenak, memperbaiki bajunya berwarna biru tua agar tidak kusut."Kenapa kamu tanya seperti itu?"

"Kamu yakin?"

"Yakin."

"Sebelum kita berangkat ke sana, ada yang kuomongin ke kamu."

"Ngomong saja," giliran ia mengenakan celana katun berwarna hitam.

"Soal anak Tuan Albert. Kita akan ke sana melewati suatu ruangan di mana anak itu disembunyikan."

"Terus, kamu ingin menolongnya, begitu?"

"Tidak."

"Buat apa kamu memberitahuku!"

"Yang aku omongin itu jalan bagi kita masuk ke markas itu. Persiapkanlah dirimu."

"Tapi aneh."

"Apanya?"

"Si Tuan Albert memiliki anak, tapi disembunyikan. Tujuannya buat apa?"

"Entah. Aku juga tidak tahu."

Kinara membuka pintu. Di punggungnya terlilit sebuah pedang yang pedang itu sudah ditutupi oleh sarung pedangnya.

"Pakailah jaketmu sekarang," pinta Bradja.

Mereka bersiap di ruang tengah.

"Kita jadi pergi? Kenapa enggak langsung pergi?"

"Kita akan pergi, kok. Dengan menggunakan ini," mengulurkan tangannya pada Kinara."Ulurkan tanganmu."

Sekelebat muncul semacam portal sihir di bawah kaki mereka berwarna ungu terang. Cahayanya menyinari tubuh keduanya—terisap ke dalamnya dan berpindah dengan cepat di atas sebuah bangunan layaknya ber-Aparate. Bradja melepaskan genggaman tangannya.

"Buka matamu," katanya.

"Apakah kita sudah sampai?"

"Sudah."

Kinara membuka kedua matanya. Mereka sekarang berada di atas gedung. Langit hari ini tampak tidak mendukung. Warna langit yang berubah menjadi abu-abu gelap disertai angin bersepoi menerpa rambut dan jaketnya. Dingin menambah suasana. Ia mengikuti pemuda itu dengan mengendap-ngendap. Bradja di depannya mengawasinya. Mereka menuruni tangga yang membentuk spiral. Suasana di dalam gedung juga sama mendungnya. Hanya sedikit cahaya dan tampak remang-remang dari atas. Bradja yang sudah hapal dengan jalan masuk ke dalamnya. Mereka berhenti di anak tangga terakhir.

"Kina, kenapa gadis imut itu tidak kamu ajak sekalian?"

"Aku enggak kepikiran soal itu. Mungkin saja dia bakal menyusulku kemari... Aku tahu dia punya kemampuan perasa yang lebih baik. Tapi, untungnya, ada kamu di sini untuk menemaniku."

Mereka memasuki lebih dalam lagi. Melewati lorong yang cahayanya juga remang-remang. Ada pintu yang tertutup. Dengan bayangannya, dengan mudah membuka pintu yang tertutup, terbuka lebar.

"Lewat sini," ajak Bradja."Jangan menjauh dariku."

Mereka memasuki sebuah ruangan. Ruangan itu besar dan gelap. Hanya ada cahaya biru gelap meneranginya. Ruangan itu tampak sedingin es. Bila seseorang yang memasukinya, mungkin saja dia bakal pindah dan tidak mau memasuki ruangan itu. Untung saja, Kinara mengenakan jaket sesuai perkataan Bradja. Kinara menghentikan langkah, membuka sarung yang menutupi pedang dan menyarungkannya di belakang punggung. Ia mendongak, memandangi di antara banyaknya kaca dan tabung kaca di situ. Salah satu dari tabung-tabung itu ada yang berisi sesuatu seperti manusia—seorang bocah laki-laki tampak menutup kedua matanya, mulut dan hidungnya terdapat selang untuk bernapas dan di dalam tabung terisi air yang mengelilinginya.

"Ini..."

Bradja yang berjalan agak jauh, berbalik."Apa?" Kembali lagi ke arah Kinara, berdiri di dekatnya. Ikut memandang apa yang sedang dipandang Kinara."Ya, itu anak dari Tuan Albert," ucapnya.

"Anak Tuan Albert?"

"Ya, tetapi dia hanyalah anak dari hasil exprimennya. Sama sepertiku, anak ini juga diberikan kekuatan padanya. Agar dia ikut setia
padanya."

"Tapi tujuannya selain setia padanya, untuk tujuan lain?"

"Soal itu, aku tidak tahu. Beliau tidak mau memberitahukan rencana yang sebenarnya. Termasuk kepada kami."

"Apa tujuannya untuk menjadikan dia menjadi experimen? Itu... Itu sungguh enggak adil! Jangan kan kamu yang menjadi korban dan pengikut setia, bila anak laki-laki ini ikut menjadi korban juga, maka dunia ikut menjadi korban!"

Ada suara langkah kaki terdengar mulai mendekat."Kenapa berteriak seperti itu?" Muncul siluet seseorang pemuda berdiri di hadapannya. Bicaranya kalem."Bradja?"

Bradja waspada.

"Ya, Tuan."

Pria itu tersenyum dan mempelihatkan dirinya.

"Kamu membawanya seperti yang aku suruh."

"Bukan, Tuan," kata Bradja segera.

"Kamu tidak akan menghianatiku, bukan?"

"Maaf," Bradja bersiap,"kali ini saya telah menghianati Anda!" Muncul bayang—Jiwa miliknya di telapak kakinya. Menyerang pria itu.

Albert seketika menyadari, melompat bersalto. Mendaratkan kaki di antara pinggiran penyanggang tangga dengan sekali loncat."Ternyata kamu sudah menghianatiku rupanya."

Kinara di belakangnya meraih pedangnya, bersiap.

"Apa yang telah Anda lakukan kepada anak laki-laki ini!"

"Anak laki-laki? Ah, ya, dia... Dia anakku... Dia satu-satunya yang kuselamatkan dari razia. Bukan aku yang menyelamatkannya, tetapi oleh Kirana."

"Kakak? Jadi, dia yang menyelamatkannya?"

"Dia yang menyelamatkannya setelah yah, aku yang melakukan penyerangan karena aku membutuhkan anak itu menjadi penerusku."

Penerus apaan? Anda adalah orangtua jahat!" Kinara mulai geram."Untuk apa anak laki-laki ini Anda bawa?!"

"Kina..."

"Aku sudah muak! Pasti ada hubungannya pria brengsek itu dengan kakakku!"

Albert tersenyum. Memamerkan senyum menawannya."Memang aku mempunyai hubungan, melainkan hubungan khusus dengannya. Tapi, itu dulu... Sewaktu kalian lebih tepat jatuh dan tidak punya tempat tinggal. Dia telah memberikan apa yang aku butuhkan selama ini. Selain itu, dia sangat pintar dan dia menyanggupi menjadi seorang asisten bagiku untuk menciptakan sebuah inti sihir."

"Maksud Anda, kakak dulu pernah ikut ekspedisi?"

"Seperti itu. Semakin lama aku tahu, bahwa dirinya telah menghianatiku dan dia bahkan rela menjadikan dirinya untuk experimen," kata Kinara kecewa.

"Yah, tetapi kamu juga, kan?"

Kinara mendongak.

"Apa maksud Anda?" katanya, tidak percaya.

"Kamu sebenarnya juga dijadikan sebuah experimen," kata Albert kalem.

Kinara dan Bradja terkejut.

"Anda menjadikan Kinara sebuah experimen?"

Albert tersenyum. Bukan senyuman menyeringai namun senyuman seperti biasa, dan dia merasakan tidak apa-apa."Betul sekali. Karena..." lanjutnya yang kali ini membuat Kinara tambah terkejut sekaligus geram.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Veintiséis (Dua Puluh Enam)
802      443     0     
Romance
Sebuah angka dan guratan takdir mempertemukan Catur dan Allea. Meski dalam keadaan yang tidak terlalu baik, ternyata keduanya pernah memiliki ikrar janji yang sama sama dilupakan.
CHERRY & BAKERY (PART 1)
4168      1121     2     
Romance
Vella Amerta—pindah ke Jakarta sebagai siswi SMA 45. Tanpa ia duga kehidupannya menjadi rumit sejak awal semester di tahun keduanya. Setiap hari dia harus bertemu dengan Yoshinaga Febriyan alias Aga. Tidak disangka, cowok cuek yang juga saingan abadinya sejak jaman SMP itu justru menjadi tetangga barunya. Kehidupan Vella semakin kompleks saat Indra mengajaknya untuk mengikuti les membuat cu...
Tanpo Arang
18      16     1     
Fantasy
Roni mengira liburannya di desa Tanpo Arang bakal penuh dengan suara jangkrik, sinyal HP yang lemot, dan makanan santan yang bikin perut “melayang”. Tapi ternyata, yang lebih lemot justru dia sendiri — terutama dalam memahami apa yang sebenarnya terjadi di sekitar villa keluarga yang sudah mereka tinggali sejak kecil. Di desa yang terkenal dengan cahaya misterius dari sebuah tebing sunyi, ...
12 Kenangan Shilla
526      364     4     
Short Story
Cerita tentang Shilla di hari terakhir di masa sekolahnya. Mau tau tentang 12 kenangan Shilla pada masa sekolah? Simak cerita ini!
Rumah
497      348     0     
Short Story
Sebuah cerita tentang seorang gadis putus asa yang berhasil menemukan rumah barunya.
LUKA TANPA ASA
8392      2151     11     
Romance
Hana Asuka mengalami kekerasan dan pembulian yang dilakukan oleh ayah serta teman-temannya di sekolah. Memiliki kehidupan baru di Indonesia membuatnya memiliki mimpi yang baru juga disana. Apalagi kini ia memiliki ayah baru dan kakak tiri yang membuatnya semakin bahagia. Namun kehadirannya tidak dianggap oleh Haru Einstein, saudara tirinya. Untuk mewujudkan mimpinya, Hana berusaha beradaptasi di ...
V'Stars'
1444      665     2     
Inspirational
Sahabat adalah orang yang berdiri di samping kita. Orang yang akan selalu ada ketika dunia membenci kita. Yang menjadi tempat sandaran kita ketika kita susah. Yang rela mempertaruhkan cintanya demi kita. Dan kita akan selalu bersama sampai akhir hayat. Meraih kesuksesan bersama. Dan, bersama-sama meraih surga yang kita rindukan. Ini kisah tentang kami berlima, Tentang aku dan para sahabatku. ...
Aditya
1404      630     5     
Romance
Matahari yang tak ternilai. Begitulah Aditya Anarghya mengartikan namanya dan mengenalkannya pada Ayunda Wulandari, Rembulan yang Cantik. Saking tak ternilainya sampai Ayunda ingin sekali menghempaskan Aditya si kerdus itu. Tapi berbagai alasan menguatkan niat Aditya untuk berada di samping Ayunda. "Bulan memantulkan cahaya dari matahari, jadi kalau matahari ngga ada bulan ngga akan bersi...
DUA PULUH MENIT TERAKHIR
436      311     0     
Short Story
Setiap waktu sangat berarti. Selagi ada, jangan terlambat untuk mengatakan yang sesungguhnya. Karena kita tak tahu kapan waktu akan merenggutnya.
Ketika Takdir (Tak) Memilih Kita
577      323     8     
Short Story
“Lebih baik menjalani sisa hidup kita dengan berada disamping orang yang kita cintai, daripada meninggalkannya dengan alasan tidak mau melihat orang yang kita cintai terluka. Sebenarnya cara itulah yang paling menyakitkan bagi orang yang kita cintai. Salah paham dengan orang yang mencintainya….”