"Jadi, selama kamu minggat, kamu tinggal di mana?" tanya Arimbi lagi.
Orion melanjutkan, bahwa selama dia minggat selama setahun, hidup luntang-lantang bahkan kelaparan. Arimbi mendengarnya langsung memeluknya erat. Ya, selama ditinggal sang ibu tiada, Arimbilah yang sekarang dianggap sebagai pengganti seorang ibu bagi Orion.
"Bikin khawatir tahu!"
"Tapi, walau Kakak sudah menemukanku, aku enggak akan kembali ke Kerajaan Madhava..."
Arimbi menghela napas.
"Aku akan bicara soal padamu pada papa. Asalkan kamu selamat," kata Arimbi."Untungnya gadis itu baik menerimamu di sini. Oh, siapa nama gadis itu? Dia pacarmu?"
Muka Orion memerah.
"Pa-pacar?"
Di dapur, Kinara sedang membuatkan teh hangat untuk kedua tamunya tersentak hingga air panas di ceret mungil yang akan menyeduh air hampir saja jatuh.
"Pa-pacar?"
"Dia pacarmu?"
"Apaan, sih Kakak ini!" Orion mendengus."Kinara itu bukan pacarku tahu... Dia yang menyelamatkan dan menerimaku tinggal di sini."
"Jadi dia bukan pacarmu?"
"Bukanlah!"
"Apakah Tuan tidur bersama dengan Nona Kinara?" celetuk Larasati.
"Hah?!" Muka Orion tambah memerah.
Ekspresi Arimbi berubah.
"Kamu menidurinya, ya?"
Kinara yang sedang memberikan gula pada masing-masing cangkir yang sudah diseduhnya teh itu terlonjak kaget. Mukanya tambah merah. Srikandhi di sampingnya hanya mengernyitkan alis.
"Jangan ngawur!" pekik Orion."Aku enggak pernah melakukannya! Asal Kakak tahu, ya, aku di sini sudah bersyukur diterima tinggal dan aku bersyukur bertemu dengan Kina. Kalau misalnya enggak ada dia, mungkin aku akan menggembel selamanya," jelasnya lantang.
"Tapi kamu enggak menidurinya?" Arimbi memastikan sekali lagi.
"Enggaklah! Aku bukan orang mesum!"
"Jadi, dia bernama Kina?"
"Kinara, Kak, namanya," tutur Orion memberitahu.
Kinara meletakkan gula ke tempat semula. Mengaduk-aduk dua tehnya dengan menggunakan sendok kecil, lalu membawanya keluar dari dapur menuju ruang tengah. Diikuti Srikandhi di belakangnya.
"Silakan," ucapnya sopan. Meletakkan dua cangkir teh yang dibuatnya di atas nampan ke hadapan kedua tamunya.
"Enggak usah repot-repot," kata Arimbi."Kami di sini enggak bakal lama."
"Memangnya Kakak mau pergi ke mana?"
"Rencananya kami mau mencari apartemen murah di sini," kata Larasati.
"Kenapa Anda berdua enggak tinggal di sini saja untuk sementara?" tawar Kinara.
"Memangnya boleh kami tinggal di sini?"
"Boleh, kok. Maaf, kamarnya hanya ada dua di sini."
"Bagaimana Nona Arimbi?"
Arimbi menimbang-nimbang. Dia menatap ke arah jendela. Hujan sama sekali belum mereda. Selain hujan yang deras, ditambah kilat menyambar. Menatap bergantian ke arah ketiga orang."Kamu tidur di mana, Orion?"
"Aku tidur di kamar bawah."
"Sama Kinara?"
"Enggak. Aduh, Kakak ini! Aku tidur bareng sama Arjuna. Kakak ini aneh-aneh, deh. Kayak enggak percaya sama aku," Orion gemas.
"Aku memang enggak percaya sama kamu. Dari dulu tuh kamu sering banget membawa cewek-cewek cakep ke Kerajaan Madhava dan akhirnya enggak lama, kamu tinggalin mereka. Kamu kan kayak papamu... Kalian sama-sama playboy..."
"Papaku ya papamu, Kak," Orion tidak terima.
"Baiklah, kami akan tinggal di sini untuk sementara waktu."
"Berarti kita harus tidur membujur ke samping, dong?"
"Saya masih punya kasur lipat. Bisa pakai itu buat tidur."
"Terima kasih, Kinara, kamu telah menerima kami," ucap Arimbi, melirik Orion."Dan terima kasih telah menerima adik saya ini."
"Terima kasih, atas kebaikan, Nona," ucap Larasati.
"Enggak masalah," jawab Kinara."Maaf, saya boleh bertanya lagi?"
"Silakan."
"Selain Anda mencari Orion eh maksud saya Pangeran Orion, Anda ini putri kerajaan mana?"
"Kami sebenarnya putra dan putri dari Kerajaan Madhava," ungkap Arimbi. Dia pun bercerita asal usul mereka. Mereka adalah putra dan putri dari Kerajaan Madhava yang mana kerajaan itu dipimpin oleh ayah mereka, Raja Auriga Madhava, hingga kini. Namun, yang sebentar lagi ayah mereka akan pensiun dan Orion Madhava, anak keduanya, yang akan menggantikannya kabur dari kerajaan karena ibu mereka, Prisha Namasvi, putri dari Kerajaan Namasvi, yang kerajaan itu telah hancur akibat perang memperebutkan wilayah yang dimenangkan Kerajaan Madhava dan ibu mereka mau tak mau menerima pinangan dari ayah mereka. Jika tidak, satu-satunya keluarga dari Kerajaan Namasvi yang tersisa, dibunuhnya. Dan dia meninggal akibat sakit yang lama dideritanya. Tidak hanya itu, sang ayah yang acap kali memandang rendah Orion, selalu membeda-bedakannya dengan Arimbi Madhava, kakak perempuannya, yang lebih unggul dan cakap daripada dirinya. Karena sang ayah sedari dulu tegas dan disiplin. Selain itu memiliki sifat yang keras kepada anak-anak mereka kecuali ibu mereka yang lebih penyayang.
"Maafkan ayah ya, Orion. Ayah memang seperti itu dari dulu."
"Lalu Kakak lama pergi untuk mencariku karena perintah dari ayah?"
"Bukan karena perintah papa. Karena atas dasar diriku sendiri. Kamu tenang saja."
"Papa enggak pernah memperdulikan anaknya sendiri."
"Terus, selanjutnya, Anda mau apa ke sini selain mencari Pangeran Orion?"
"Saya di sini akan mengunjungi sebuah markas, dan markas itu sangat rahasia. Bahkan manusia maupun penyihir enggak tahu tempatnya di mana."
"Anda tahu tempatnya di mana?"
"Kami tahu tempatnya. Apa kamu mau ikut ke sana besok? Orion saja enggak tahu."
"Aku kan minggat."
"Boleh, Tuan Putri," kata Kinara.
"Di markas itu, para Spirit dan Lakon berkumpul. Cuma beberapa yang ikut."
"Kamu ikut?" Kinara mengalihkan pandangan ke Srikandhi yang duduk di atas sofa."Iya, deh."
"Kami setuju. Siapa tahu saya bisa mencari tahu keberadaan kelompok yang mengincar saya."
"Kelompok yang mengincar kamu?"
"Iya. Kemarin saya bertemu dengan Spirit dan Lakon yang mereka bilang mengincar saya."
"Seperti yang Kakak pernah cerita padaku sebelum aku minggat dari kerajaan Madhava," celetuk Orion.
"Tunggu, masa Kelompok Vadhala?"
"Kalau memang benar mereka, Nona. Kita harus menghubungi markas pusat," saran Larasati.
"Tapi, Tuan Putri."
"Ya?"
"Yang menjadi masalah, apakah saya masih ada hubungannya dengan pimpinan kelompok itu?"
"Apa dulu Kakak masuk ke kelompok yang Kakak masuki ada orang yang berhubungan dengan Kina?"
"Entah. Aku kurang paham soal itu," kata Arimbi bingung."Besok, kalau kita ke sana, kamu bisa bertanya kepada para anggota."
"Kelompok Vadhala, saya baru dengar. Kelompok itu kelompok apa? Apa ada hubungannya juga kelompok yang Tuan Putri masuki?"
"Ada. Ada berhubungannya. Kelompok Vadhala adalah musuh terbesar Kelompok Kaia, kelompok yang kami masuki sekarang. Mereka sama seperti Kelompok Kaia, tetapi mereka menyalahgunakan Lakon dan Spirit melakukan kejahatan seperti mengincar Spirit maupun Lakon yang dirasa mereka itu kuat, untuk memperkuat kelompok itu sendiri. Yah, pada dasarnya Kelompok Vadhala mempunyai tujuan untuk menguasai kota ini. Itu yang saya dapat dari markas pusat."
"Menguasai? Maksudnya menguasai para penyihir begitu?"
"Serta manusia," tambah Larasati.
"Anu, Tuan Putri, selain kelompok itu mengincar saya, siapa sih pemimpin di balik kelompok itu?"
"Eem, pemimpin kelompok itu, ya? Pemimpin kelompok itu jarang memperlihatkan diri. Kelompok kami pun masih penasaran dengannya. Masih misterius."
"Berarti dia selama ini mengincar Kinara dengan menurunkan anak buahnya?"
"Betul. Aku merasakan bahwa Srikandhi adalah Lakon dengan sihir yang kuat," Arimbi menatap Srikandhi.
"Dengan kalian masuk ke dalam Kelompok Kaia, kalian bisa menghentikan mereka dan melindungi para penyihir dan manusia. Misi dalam kelompok kami memang seperti itu."