Loading...
Logo TinLit
Read Story - Cinta di Sepertiga Malam Terakhir
MENU
About Us  

Semua santri terdiam, mereka saling melempar tatapan pada teman disampingnya begitu mendengar penuturan yang dilontarkan Ustadzah Nisa.

Dibawah terik matahari yang sesekali tertutup awan, para santri dikumpulkan di lapangan pesantren untuk menyelesaikan kesalahpahaman waktu itu.

Ustadzah Nisa memberitahu dihadapan semua warga Pesantren Daarul Yunus, bahwa bukan Farah pelaku dari pencurian itu, semuanya hanya salah paham. Namun Farah tidak bisa terima jika nama Haura tidak diseret dalam hal ini.

"Kamu nunggu Ustadzah Nisa nyebut namaku, ya?" tanya wanita yang tiba-tiba muncul dari belakang Farah.

"Ustadzah Nisa ga bakalan nyebut namaku, karir dan pesantren ini akan jatuh jika itu sampai terjadi." Haura tersenyum licik.

Farah baru ingat jika keluarga Haura adalah donatur besar yang sudah membantu pesantren ini bisa sukses seperti sekarang. Pantas saja semua memperlakukannya berbeda, termasuk para Ustadzah, meskipun tidak semua. Seingatnya, Kyai pemilik pesantren itu juga teman dekat pamannya Haura.

Farah menatap Haura sinis. Gadis itu berjalan penuh percaya diri kedepan, meminta dengan sopan mic yang dipegang Ustadzah Nisa. Setelah mendapatkan benda yang diinginkannya, Farah berdiri tegak menghadap para santri.

"Sekarang kalian tau kalau ini semua salah paham, bukan saya yang mengambil uang itu, tapi ada seseorang yang sengaja meletakkannya didalam lemari saya." Farah berujar mantap.

"Farah, sudah jangan dibahas," bisik Ustadzah Nisa.

Farah sama sekali tak menggubris perkataan wanita yang mematung disamping kanannya. Farah bingung, kenapa para pengajar yang bergelar Ustadz dan Ustadzah disini ingin menutupi kebenaran dan bersikap tidak adil padanya?

"Jangan tertipu dengan tampang cantik seseorang, bisa saja hatinya tak secantik rupanya. Kalian mau tau siapa biang dibalik semua ini?" tanya Farah pada para santri.

Semua bersorak mengatakan 'IYA'. Farah tersenyum miring, menatap wajah kesal dan ketakutan Haura yang berdiri dibelakang.

"Orang itu adalah Haura, Haura Zalfa. Santri Asrama Fatimah binti Muhammad, teman sekamar saya yang telah memfitnah saya! Saya mau dia mendapat hukuman seperti yang saya dapat waktu itu!" Farah menatap Haura tajam, tatapannya teralih pada Ustadzah Nisa yang tampak bingung dengan keadaan.

"Farah, apa ini? Sudah, kembali ke tempatmu!"

"Maaf, Ustadzah. Saya hanya ingin menegakkan keadilan disini, ini pesantren, seharusnya tidak begini!"

Sepertinya sifat Farah yang dulu kembali, terlihat dari tatapannya, ucapannya, dan perilakunya. Tidak salah memang, tapi seharusnya ia sadar akan risiko yang menantinya setelah ini.

Terlihat raut wajah beberapa Ustadz dan Ustadzah yang tampak pucat. Haura sudah seperti orang penting yang bisa dibilang dimanja di pesantren itu, pantas saja dia semakin menjadi dan banyak yang tidak berani padanya.

"Haura, kemarilah!" Panggil Farah dengan lantang. Tidak ada satupun yang berani ikut andil dalam situasi itu sekarang.

Mau tidak mau, Haura melangkah kedepan dengan terpaksa. Para santri hanya melihatnya datar, beberapa dari mereka berbisik-bisik, ada pula yang tidak menduga Farah berani mempermalukan Haura.

"Bacakan ini," titahnya.

Farah menyodorkan selembar kertas yang waktu itu ia baca didepan para santri, kertas yang berisi pengakuan yang memalukan. Haura hanya bisa menerima kertas itu dengan raut wajah kesal.

"Ayo baca!" Farah memberikan mic padanya.

Haura mulai membacanya. Farah tau gadis disamping kirinya itu sedang menahan malu sekarang, Farah tersenyum kemenangan karena berhasil membalas perbuatan Haura padanya.

"Huuu!!!" Sorakan men-judge dari para santri terdengar.

Tentu saja, mereka juga tidak ingin moment langka itu terlewatkan. Kapan lagi bisa mempermalukan seorang Haura, gadis yang seolah punya kuasa di pesantren.

"Awas aja kalian!" Gerutu Haura. Gadis itu menatap Farah tajam, lalu pergi darisana dengan amarahnya.

Setelah itu, Ustadzah meminta para santri untuk kembali ke asramanya masing-masing. Ustadz dan Ustadzah, entah apa yang sedang mereka fikirkan saat ini.

"Ustadzah tenang saja, InsyaaAllah pesantren ini akan baik-baik saja." Farah yang paham dengan kegelisahan Ustadzah Nisa mencoba menenangkan.

"Farah, kamu ga tau gimana Haura dan keluarganya. Pak Kyai juga sangat menghormati mereka, jika keluarga Haura sampai mencabut dana untuk pesantren ini maka--"

"Saya yang akan bertanggung jawab, Ustadzah," sela Farah.

"Saya hanya ingin menegakkan keadilan, saya yakin Pak Kyai juga akan paham dengan ini," sambungnya.

Ustadzah Nisa menghela nafas, "Semoga saja," katanya yang kemudian berlalu dari sana.

Farah menepuk dahinya. "Habis dah, gimana cara tanggung jawabnya nanti?!" Sepertinya Farah menyesali perkataannya tadi setelah kepergian Ustadzah Nisa.

"Farah," panggil seseorang yang berada dibelakangnya.

Farah langsung menoleh kebelakang, tampak Cut dan Ily berada disana.

"Aku mau minta maaf, udah nuduh kamu. Seharusnya aku tau kalau itu perbuatan Haura," kata Cut menyesal.

"Sama, saya pun nak minta maaf. Sebenarnya Ily tau semua tu Haura yang buat, tapi dia ancam Ily supaya tak kasi tau Farah. Maaf ya, Farah." Ily memasang wajah memelasnya.

Farah tersenyum manis pada kedua temannya itu, "Gapapa, aku udah maafin."

"Farah."

"Iya?"

"Saya mau bicara sama kamu."

Cut dan Ily yang paham dengan situasi langsung berpamitan pada Farah untuk kembali ke asrama.

"Kamu kenapa lakuin itu?"

"Lakuin apa?" tanya Farah tak mengerti.

"Mempermalukan Haura."

"Yaa mau gimana lagi, emang dia yang salah. Kamu juga tau, kan? Kenapa sekarang malah ga terima gini?" Farah menatap wajah Abhi.

"Iya tau, tapi ga gini caranya. Kamu ga tau apa-apa, gimana kalau pesantren ini nanti ga jalan lagi gara-gara kamu?"

"Loh, kenapa gara-gara aku? Kan aku ga salah, aku cuma ngasih tau yang sebenarnya!"

"Farah, kamu ga tau siapa Haura! Tolong, jangan cari masalah sama dia." Raut wajah Abhi tampak serius.

"Yang cari masalah sama dia itu siapa? Dia duluan yang nyari masalah samaku! Kamu kok jadi bela dia, sih?!"

"Bukan ngebela, cuma takut kamu dapat masalah yang lebih besar aja kalau gini terus sama Haura."

"Terus aku harus gimana?"

"Minta maaf sama Haura," kata Abhi.

Farah membulatkan matanya. "Aku ga salah, ngapain minta maaf sama dia? Ogah!"

"Farah ini satu-satunya cara biar--"

"Biar apa? Biar reputasi pesantren ini ga hancur?!"

"Lebih buruk dari itu," tutur Abhi yang kemudian berlalu dari hadapan Farah.

Farah mematung disana, menatap punggung pria berbaju koko dengan kopiah hitam dikepalanya itu perlahan menjauh darinya. Gadis itu masih memikirkan hal yang akan terjadi padanya nanti.

"Haura akan melakukan apa?" lirihnya.

♡♡♡

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
EPHEMERAL
143      129     2     
Romance
EPHEMERAL berarti tidak ada yang kekal, walaupun begitu akan tetap kubuktikan bahwa janji kita dan cinta kita akan kekal selamanya walaupun nanti kita dipisahkan oleh takdir. Aku paling benci perpisahan tetapi tanpa perpisahan tidak akan pernah adanya pertemuan. Aku dan kamu selamanya.
IDENTITAS
710      485     3     
Short Story
Sosoknya sangat kuat, positif dan merupakan tipeku. Tapi, aku tak bisa membiarkannya masuk dan mengambilku. Aku masih tidak rela menjangkaunya dan membiarkan dirinya mengendalikanku.
Jika Aku Bertahan
12916      2721     58     
Romance
Tidak wajar, itu adalah kata-kata yang cocok untuk menggambarkan pertemuan pertama Aya dengan Farel. Ketika depresi mengambil alih kesadarannya, Farel menyelamatkan Aya sebelum gadis itu lompat ke kali. Tapi besoknya secara ajaib lelaki itu pindah ke sekolahnya. Sialnya salah mengenalinya sebagai Lily, sahabat Aya sendiri. Lily mengambil kesempatan itu, dia berpura-pura menjadi Aya yang perna...
Asrama dan Asmara
524      379     0     
Short Story
kau bahkan membuatku tak sanggup berkata disaat kau meninggalkanku.
Harmonia
4395      1380     4     
Humor
Kumpulan cerpen yang akan membuat hidup Anda berubah 360 derajat (muter ke tempat semula). Berisi tentang kisah-kisah inspiratif yang memotivasi dengan kemasan humor versi bangsa Yunani. Jika diterbitkan dalam bentuk cetak, buku ini akan sangat serba guna (bisa untuk bungkus gorengan). Anda akan mengalami sedikit mual dan pusing ketika membacanya. Selamat membaca, selamat terinspirasi, dan jangan...
Memoreset (Sudah Terbit)
3911      1472     2     
Romance
Memoreset adalah sebuah cara agar seluruh ingatan buruk manusia dihilangkan. Melalui Memoreset inilah seorang gadis 15 tahun bernama Nita memberanikan diri untuk kabur dari masa-masa kelamnya, hingga ia tidak sadar melupakan sosok laki-laki bernama Fathir yang menyayanginya. Lalu, setelah sepuluh tahun berlalu dan mereka dipertemukan lagi, apakah yang akan dilakukan keduanya? Akankah Fathir t...
Stuck In Memories
15986      3281     16     
Romance
Cinta tidak akan menjanjikanmu untuk mampu hidup bersama. Tapi dengan mencintai kau akan mengerti alasan untuk menghidupi satu sama lain.
Teman Berbagi
3720      1364     0     
Romance
Sebingung apapun Indri dalam menghadapi sifatnya sendiri, tetap saja ia tidak bisa pergi dari keramaian ataupun manjauh dari orang-orang. Sesekali walau ia tidak ingin, Indri juga perlu bantuan orang lain karena memang hakikat ia diciptakan sebagai manusia yang saling membutuhkan satu sama lain Lalu, jika sebelumnya orang-orang hanya ingin mengenalnya sekilas, justru pria yang bernama Delta in...
Interaksi
538      370     0     
Romance
Ada manusia yang benar benar tidak hidup di bumi, sebagian dari mereka menciptakan dunia mereka sendiri. Seperti halnya Bulan dan Yolanda. Bulan, yang terlalu terobsesi dengan buku novel dan Yolanda yang terlalu fanatik pada Korea. Dua duanya saling sibuk hingga berteman panjang. Saat mereka mencapai umur 18 dan memutuskan untuk kuliah di kampus yang sama, perasaan takut melanda. Dan berencana u...
Hanya Untukku Seorang
1078      581     1     
Fan Fiction
Dong Hae - Han Ji bin “Coba saja kalo kau berani pergi dariku… you are mine…. Cintaku… hanya untukku seorang…,” Hyun soo - Siwon “I always love you… you are mine… hanya untukku seorang...”