'Setiap saat aku berusaha menerpa angin yang selalu datang tanpa permisi. Sama halnya dengan kamu yang entah sejak kapan berada didalam sana, namun hatiku masih ragu untuk mencintaimu.'
***
"Minggu ini kalau kita ke mall mau, ga?"
"Berdua?"
"Sama Ghali juga, bertiga." Tika memasukkan buku-buku dilacinya kedalam tas.
Farah menatap Ghali yang kini sudah tersenyum aneh kearahnya. Ekspresi Farah malah membuat Ghali terkekeh.
"Kenapa harus ngajak dia?" tanya Farah seolah tak setuju.
"Sebenarnya dia yang mau ngajakin kamu, besok dia ulang tahun, jadi katanya mau traktir kita," Tika masih sibuk dengan aktivitasnya, "Tapi dia ga berani bilang ke kamu, katanya kalau dia yang ngajak pasti kamu nolak!"
"Iya, jelas aku tolak!"
Tika tertawa kecil kemudian duduk disebelah gadis itu setelah selesai dengan tasnya.
"Udahlah ikut aja, lumayan makan gratis."
Farah menggelengkan kepalanya. "Kalau soal makan kamu nomor 1, ya! Yaudah oke, besok jam 10, ya?"
"Oke!" Tika mengacungkan jempolnya.
"Aku duluan ya, see you tomorrow!" Farah membawa tasnya keluar kelas setelah berpamitan pada Tika, teman sebangkunya.
Gadis itu masih terlihat rapi dan anggun walaupun sudah jam pulang sekolah. Pulang belakangan memang menjadi kesukaan Farah dan beberapa teman sekelas lainnya.
"Farah!" Suara itu membuatnya menoleh keatas.
Seorang pria yang berada dilantai atas memintanya menunggu. Pria itu menuruni anak tangga dengan gesit untuk menghampirinya.
"Kenapa, Bang?" tanya Farah saat pria itu sudah berada dihadapannya.
Pria tampan itu tersenyum manis, menyodorkan selembar kertas HVS padanya. Farah menerima kertas itu, membaca judul diatasnya.
"Loh, sejak kapan seleksi anggota OSIM tahun ini dimulai? Kok udah pengumuman aja?" Gadis itu mengernyit bingung.
Bang Fatih tertawa kecil. "Sebenarnya seleksi terakhir itu waktu abang nanya ke kamu mau jadi anggota OSIM yang baru ngga? Yaa anggap saja kamu masuk OSIM jalur orang dalam."
Keduanya tertawa. Farah menggelengkan kepalanya. "Jadi, sekarang Farah udah resmi nih jadi anggota OSIM?"
Bang Fatih mengangguk, "Lagian seleksinya dari keseharian kalian di sekolah kok, jadi Abang rasa kamu udah pantas." Pria itu tersenyum.
"Alhamdulillah, makasih ya, Bang." Farah tersenyum.
"Sama-sama. Yaudah kalau gitu Abang ke kelas-kelas dulu ya mau nempelin ini di samping-samping kelas." Bang Fatih menunjukkan beberapa lembar lagi yang harus ia tempel.
"Oke. Sekali lagi makasih ya, Bang!" Suara Farah membuat Bang Fatih yang sudah berbalik itu kini menoleh lagi kebelakang dan melempar senyum padanya.
Farah tersenyum senang, selembar HVS itu masih ia perhatikan sembari berjalan keluar gerbang.
"Eh, kok..." lirihnya saat kedua mata indahnya memperhatikan tiga nama yang ia kenal.
Az-Zavira, Muhammad Akbar Al-Zaid, Wisnu Ghali Hamdan, ketiga orang yang ia kenal ternyata juga menjadi anggota OSIM di sekolah.
Farah berharap itu bukan keadaan buruk untuknya dalam kepengurusan ini.
***
"Makan disana aja, lebih enak makanannya." Tika menunjuk tempat makan di pojokan.
Tempat makan yang cukup besar dan lumayan ramai. Langkah ketiganya menuju tempat itu beriringan. Farah paling ujung kiri, disebelah kanannya ada Tika, dan disebelah kanan Tika ada Ghali yang sibuk memperhatikan sekeliling.
"Tunggu-tunggu!" Ghali menghentikan langkah dua gadis disampingnya.
"Apa?!" tanya Tika ketus. Tampaknya gadis itu sudah lapar saat ini.
Mata Ghali menyipit, sepertinya dia sedang memperhatikan seseorang didepan tempat makan itu.
Farah mengikuti pandangan Ghali, seketika gurat keceriaan hilang dari wajahnya.
"Kita jangan kesana, cari tempat makan lain aja." Farah berbalik.
Tangan Tika menghentikan langkah gadis itu, Farah menatap gadis yang memegang tangannya.
"Sekarang aku tau kamu kenapa," lirih Tika.
Farah menggeleng, ia tersenyum tipis, "Aku gapapa."
Siapa yang percaya? Wanita selalu berkata 'gapapa' walaupun sebenarnya 'ada apa-apa'. Begitukan para wanita?:)
Ghali yang melihat itu, ia berjalan layaknya orang yang sedang marah kearah dua orang yang mereka kenal.
"Ghali!" Farah dan Tika mengejar langkah teman prianya itu.
Ghali menarik kasar tangan pria disana, membawanya keluar mall. Sementara gadis seumuran yang bersama pria itu ikut mengejar Ghali dan prianya.
"Dasar buaya!!" Ghali melayangkan sebuah tinju padanya.
"Ghali!" Farah menghampiri kedua pria itu.
Farah melepas paksa genggaman Ghali pada kerah baju Akbar.
"Apa-apaan ini!!" Akbar memegang ujung bibirnya yang sedikit berdarah.
"Ghali, apa ini?!" tanya Farah kesal pada pria dihadapannya.
Vira menghampiri Akbar, terlihat khawatir dengan lukanya. Sementara Tika hanya berdiri bisu, tak jauh dari mereka.
"Apa? Anggap saja aku membalaskan rasa sakit hatimu padanya!" kata Ghali, masih dalam kekesalannya.
"Kamu kayak gini gara-gara buaya ini, kan?!" Ghali menatap Akbar.
"Ada perasaan untuknya, dan kamu cemburu liat dia sama yang lain. Iyakan?!" sambung Ghali.
"Ghali, diamlah! Ayo, kita pergi saja darisini." Gadis itu menarik tangan Ghali.
"Farah!" Suara itu menghentikan langkah mereka.
Gadis pemilik nama itu tak berbalik sama sekali. Malah Ghali yang menoleh kebelakang, menatap Akbar dan Vira.
"Apa?!" tanyanya ketus.
"Farah," lirih Akbar.
"Lupakan Farah, berbahagia saja dengan wanita disebelahmu!"
Ghali berbalik, kemudian menarik tangan Farah. Membuatnya mau tak mau harus mengikuti langkah pria dihadapannya.
"Ayo, Tika!"
Tika yang tadinya mematung, kini berjalan kikuk mengikuti kedua temannya.
"Lepaskan!"
Ghali melepas tangan gadis itu.
"Kamu ini kenapa?" Farah menatap pria dihadapannya.
"Kamu yang kenapa? Aku tau kamu suka sama Akbar, dan kamu sakit hati karena tau Akbar pacaran sama Vira, iyakan?!"
Farah terdiam mendengar semua itu, darimana Ghali tau?
"Kamu taukan kalau dia udah punya Vira? Jadi aku harap ka--"
"Aku ga suka sama Akbar!" sela Farah.
Ghali tersenyum tipis, menghela nafas pelan. Tika yang berada disamping Farah tak banyak bicara, bahkan tak berbicara sama sekali.
"Tolonglah, kalian melupakanku dalam masalah ini! Aku tak mengerti sama sekali!" kata Tika. Terdengar seperti rengekan.
Kedua orang itu menoleh padanya. "Kamu ga akan mengerti kalau tujuanmu hanya makan!" ketus Ghali. Pria tampan itu tertawa kecil.
"Ghali," Pemilik nama itu menoleh, "Selamat ulang tahun."
Ghali tersenyum manis begitu mendapat senyuman spesial dari gadis cantik dihadapannya.
♡♡♡