"Ya acara jalan-jalan gitu. Buat acara perpisahan kelas, itung-itung ya kumpul sama temen sekelas sebelum pengumuman kelulusan."
"Tempatnya di mana? Terus kegiatannya apa aja?"
"Aku kurang tau pastinya sih, Bal, tapi itu di luar kota. Jadi seharian ada di sana, dari perjalanan pagi sampe di sana ada kegiatan outbond terus ada acara internal kelas yang udah diset, ya sampe sini lagi kira-kira malem lah."
"Terus kamu mau ikut acara itu gitu?"
"Ya harus dong, Bal. Masa' aku tolak ajakan temen-temen lagi kali ini? Iqbal, aku tuh udah sering banget gak ikut acara kelas. Paling gak di moment terakhir ini aku bisa hadir di acara itu. Aku gak akan ikut kegiatan yang berat-berat, kok. Aku janji."
"Tapi Sayang, aku gak mau kamu kenapa-napa. Aku kan gak ada di sana."
"Iqbal. Aku bakal baik-baik aja. Aku bawa obat sama oksigen, kok. Aku gak bakal apa-apa. Jadi kamu gak perlu khawatir. Please, kamu ijinin aku ya, Bal! Kalo kamu ijinin aku ikut, kak Reza sama mama papa pasti juga gak akan keberatan buat biarin aku ikut. Aku mohon ya Iqbal!"
Akhirnya Iqbal mengizinkan Deva pergi. Iqbal bahkan membantu Deva untuk packing di H-1 sebelum Deva berangkat. Di hari acara kelas Deva itu, Iqbal benar-benar khawatir dan tak bisa fokus dengan tugasnya di rumah sakit. Iqbal terus menghubungi Deva demi memastikan kondisi Deva baik-baik saja.
Acara kelas Deva memang berjalan lancar. Namun, benar saja kekhawatiran Iqbal terjadi juga. Dalam perjalanan pulang, Deva mulai merasa tidak enak badan. Pada saat itu Iqbal sudah stand by di sekolah Deva untuk menjemputnya yang baru saja kembali dari acara kelasnya itu. Iqbal yang menyadari kondisi Deva kini memburuk langsung sigap membawa Deva ke rumah sakit dan memeriksanya.
***
Dalam hitungan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan. Berbagai peristiwa berjalan seakan begitu cepatnya. Deva lolos seleksi SNMPTN dalam program strata satu di salah satu universitas di kotanya. Dia telah melakukan registrasi dan verifikasi. Acara wisuda Deva juga telah terlewati. Saat itu Iqbal ikut menghadiri acara wisuda Deva. Meskipun Deva tidak menjadi salah satu dari wisudawan terbaik di sekolahnya, Iqbal begitu bangga dengan pencapaian kekasihnya itu. Iqbal tetap memberi selamat pada Deva dan menjadikan hari itu benar-benar bermakna bagi Deva. Tak terasa secepat itu, Deva kini telah berstatus sebagai mahasiswi dan telah menjalani kuliahnya selama beberapa bulan.
---------
Namun, di dalam rentetan peristiwa itu, terjadilah hal yang tidak seharusnya. Seperti membuka sebuah album tua dalam lemari usang yang telah lama tersimpan dan terabaikan. Kenangan lama kembali muncul mengganggu. Devana tak menyangka kalau dia harus dipertemukan lagi dengan mantan kekasihnya yang dulu cinta pertamanya setelah sekian waktu mereka berpisah. Lelaki pertama yang pernah mengisi hati Deva, Jonathan Aryatama.
===
"Vana, ini kamu kan? Aku--aku gak nyangka kalo kita bakal ketemu lagi di sini. Jadi kamu kuliah di sini sekarang? Kita satu prodi dong?"
"Iya Kak Nathan. Kakak apa kabar?"
"Aku baik, kok. Yah gini aja. Kamu juga baik kan, Va?"
"Iya aku juga baik kok, Kak."
Pertemuan itu membuat keduanya jadi salah tingkah. Deva mendadak jadi flashback ke masa lalunya. Dalam saat-saat itu, saat di mana Deva masih menjalin kebersamaan dengan Nathan.
---------
"Eh, Kak Nathan kok di sini?"
"Reza suruh aku ke sini jemput kamu. Aku gak mungkin nolak dia. Dia kan best friend aku. Jadi, biarin aku laksanain perintah dia, ya! Kakak anter kamu pulang, oke?"
...
~~~
"Va, kakak boleh bilang sesuatu gak?"
"Apa, Kak? Bilang aja."
"Kak Nathan nyaman kalo ngobrol berdua sama kamu. Jujur aku seneng banget Reza kenalin aku sama adiknya yang manis ini."
"Apa sih, Kak?"
"Kenapa? Emang bener, kok. Ehm, Va, menurut kamu kak Nathan baik gak?"
"Ehm, gimana, ya? Ya. Kakak baik, kok."
"Kalo gitu, gimana kalo kamu jadi pacar kak Nathan aja? Hemm? Vana kok diem. Kakak serius, kok. Kak Nathan sayang kamu, Va. Mau, ya?"
...
~~~
"Vava Sayang. Kakak bisa jelasin semuanya ke kamu. Itu semua, apa yang kamu pikirin itu gak bener Sayang. Aku gak mungkin kecewain kamu. Va, kamu cuma salah paham. Aku--"
"Gak, Kak. Udah cukup. Kita emang gak bisa sama-sama lagi kan? Kalo gitu lupain aja semuanya. Kak Nathan, aku mau sekarang kita putus."
"Va, aku gak mau. Itu gak adil buat kakak. Vava!"
---------
Deva harus menerima jika hari-harinya saat ini mungkin akan diisi lagi oleh Nathan karena mau tak mau mereka akan bertemu tiap hari terlebih akibat mereka ada di kampus dan prodi yang sama. Apalagi dari sorot matanya itu sangat terlihat bahwa Nathan masih mencintai Deva dan dia masih merasa keputusan Deva dulu yang mengakhiri hubungan dengan sepihak itu tidak adil baginya.
***
Semua tak berhenti, terus berjalan apa adanya hingga tiba hari yang spesial untuk Deva, ulang tahunnya. Sebagai kekasihnya, Iqbal sudah pasti menyiapkan surprise yang romantis untuk Deva. Namun tak hanya Iqbal, Nathan yang telah mencurahkan segala perhatiannya pada Deva dalam kaderisasi kampus itu juga ingin merayakan ulang tahun Deva dengan penuh kegembiraan.
Saat itu tepat jam 12 malam.
"Happy Birthday to you, Happy Birthday Deva."
"Ya ampun, Kak Reza, Iqbal. Kalian kok niat banget kayak gini, sih?"
"Ini kan hari spesial kamu. Jadi kita harus rayain dong, Dek."
"Iya Sayang. Sekarang kamu make a wish terus tiup lilinnya, ya!"
"Makasih ya Kak Reza, Iqbal. Aku seneng sama surprise-nya."
"Happy Birthday ya Sayang. Semoga apa aja yang kamu inginkan bisa tercapai. Aku harap juga kamu bisa segera sembuh."
"Bal, Deva bakal sembuh dan itu karena usaha lo."
Reza meninggalkan Iqbal dan Deva untuk membiarkan sepasang kekasih itu hanya berdua.
"Sayang. Jadi aku yang kasih ucapan selamat ulang tahun pertama ke kamu kan?"
"Iya Iqbal. Kamu yang pertama. Aku sebenernya gak nyangka kamu bakal di sini sekarang."
"Aku akan lakuin apa pun buat kasih surprise ke orang yang aku sayang. Kebetulan Reza ngajak kerja sama, ya bagus lah!"
"Ini ulang tahun pertama aku sama kamu."
"Hemm. Iya. Selain kasih ucapan pertama, aku juga akan jadi yang pertama kasih hadiah ulang tahun buat kamu tahun ini."
Iqbal memberikan sebuah kalung berliontin hati yang bertuliskan nama mereka berdua kepada Deva.
"Iqbal, ini. Bagus banget."
"Itu buat kamu Sayang. Aku sengaja pesen itu dari jauh-jauh hari buat hadiah ultah kamu. Semoga kamu suka Deva."