“Buk, Aku jalan, ya.”
Aku menghmpiri Leo yang sudah memanaskan mesin mobil sejak aku memberitahunya bahwa di hari minggu yang cerah ini, aku mau ke rumah Karis. Pak Jaja lagi sibuk memotong rumput yang sudah pendek, katanya biar nggak bosen aja.
Apa lagi kalau bukan untuk mempersiapkan pernikahanku yang tinggal menghitung jam ini. Duh, repotnya, aku nggak bisa ngebayangin kalau aku nikah beneran nanti.
Pertanyaannya, kenapa harus serepot ini? Biar aku jelaskan, kemarin aku dan pasanganku—aku bisa menyebutnya begitu kan sekarang? Hehe. Kami memutuskan untuk mengadakan pernikahan pada hari ini pukul sebelas siang. Masalahnya adalah, aku baru bisa membuat undangan semalam, itu pun diam-diam dari ibuk.
Kami berfoto di taman, menggunakan banyak interaksi dan berganti pakaian yang kurasa sepasang. Itu syarat untuk membuat undangan. Setelah itu, si Lmntrx ini menyerahkan kepadaku semua urusan soal, kue, kendaraan pernikahan, serta siapa saja tamu yang akan diundang.
“Dasar anak puber, mau main gim aja ribet!” ucap Leo dari balik kemudi.
“Ye, lo niat nggak sih nganterin gue?” Hardikku tidak terima. Wajahnya tiba-tiba jadi jelek.
Aku pernah mengajak Leo untuk memainkan gim yang sama, lalu dia bilang, “Hih, mainan anak perempuan.” See, sekarang dia uring-uringan sendiri, dasar jomblo!
“Lo nggak mau ngundang anak-anak Imperial?" Kataku oada Lmntrx semalam, lagi pula ini kan memang pernikahan dua orang.
"Satu, ketua grup aja, selebihnya temen-temen lo aja.”
Siapa lagi yang bisa kupercaya untuk membantuku selain Karis dan Leo, ya kan? Ah, aku lupa. Jack juga membantuku untuk acara pemberkatan, bocah urakan itu akan menjadi pendeta diacara pernikahanku. Untungnya Jack mau aku repotkan, kalau tidak aku akan pecat dia jadi teman untuk selama-lamanya. Bercanda.
“Hati-hati, yang bener ya belajarnya,” teriak ibu dari jauh yang masih menggnakan apron, entah kenapa semangat masak ibuk sedang membara akhir-akhir ini.
Iya, aku tahu aku sudah bohong, tapi memang apa yang mau aku bilang ke ibuk, aku nggak mungkin kan bilang kalau aku pergi untuk menikah di dalam gim. Bisa-bisa ibuk menggantungku di pohon toge nanti.
Kapan-kapan kalau ibuk sudah nggak marah kalau aku main gim diam-diam, aku akan minta maaf sama ibuk.
***
Perlu waktu dua puluh menit sambil melihat wajah Leo yang serius menyetir mobil, terasa aneh karena sepanjang perjalanan, Leo tidak mengatakan apa pun. Cara menyetirnya jadi hati-hati sekali. Jangankan menyalip, melewati lampu merah saja harus berhitung sampai tiga, duh. Dia ini sengaja mengulur pernikahanku, ya?
***
“Huft!”
Aku langsung merebahkan diriku di tempat tidur Karis yang super nyaman, meski ukurannya lebih kecil dari milikku, tapi sprei motif bunga-bunga ini serasa lebih mewah dari apapun. Leo langsung bersandar ke tembok di ujung karpet dekat dengan meja belajar Karis.
“Kayak abis jalan dari Arab aja, capek banget.”
Aku langsung merentangkan tanganku ketika melihat Karis datang sambil membawa es teh di teko berwarna hijau lurik-lurik.
“Jadi, beneran nikah?”
“Biarin aja, Ris. Nanti kalo eventnya udah selesai, gue panggil Serayu Janda!”
Aku mengangguk, memilih untuk melotot kepada Leo dan tidak menanggapinya, “dasar jomblo!”
“Tinggal milih baju resepsi aja, sih, gue belom bilang ke dia mau pakai baju apa, dia bilang sesuain aja sama selera gue.”
“Emang lo punya banyak pilihan?” Dengan cepat Karis duduk di sampingku yang sudah membuka laptop, “ada beberapa pilihan sih, hasil ngumpulin dari event sebelumnya, tapi nggak tau cocok atau nggak dipakai buat nikah.”
“Coba gue liat.”
“Eh bentar, tangan lo kenapa gemeteran gitu deh?”
Karis mulai menginterupsi tangan kiriku yang sedang memegang gelas, air di dalamnya ikut bergerak karena tanganku bergetar cukup hebat. Susah payah aku meneguk es teh dan menatapnya dengan serius.
“Kadang tremor, mungkin gugup kali ya,” kataku sambil memegang lengan kiriku agar gemetarnya sedikit berkurang. Karis mengangguk setuju.
“Nggak usah lebay deh, kayak nikah beneran aja,” ucap Leo yang sekarang juga sudah sibuk dengan gim lainnya.
Aku mencibirnya sedikit, sejujurnya aku juga tidak lebay begitu, ini juga kali pertamku mengalami tremor seperti ini, aku juga lupa kapan terakhir aku merasakan gugup sampai gemetar.
“Tapi yang ini bagus sih, warnanya putih netral, dia mau pakai warna apa?” Karis melanjutkan, malas meladeni tikus dan anjinh macam aku dan Leo.
“Katanya sih dia mau paka tuxedo aja.”
“Gimana menurut lo yang ini?”
Gaun slim fit dengan backless ditambah aksen mutiara di sekujur dadanya itu memang sudah jadi incaranku semalam, baju itu kudapatkan dari event terbatas, Xena, pacarnya Jack aja sampai iri karena aku bisa mendapatkan hadiah gaunnya.
“Boleh, cantik, coba gue pasang ya.”
Kutambahkan rambut berwarna cokelat muda dengan aksesoris veil beserta bunga tangan, lalu sepatu kaca dengan hiasan bunga perak di ujungnya.
“Perfect!”
“Gue jadi ngebayangin lo beneran pake baju ini, dan lo beneran nikah.” Aku nggak tahu Karis kerasukan setan drama Korea yang mana, tapi matanya benar-benar berbinar sekarang. “Gila ya lo?”
Karis hanya meringis lalu menyerahkan laptopnya padaku, kami duduk bersandar di tengah tempat tidur Karis, setelah aku memberitahu pada si Lmntrx bahwa aku akan menggunakan baju ini, dia langsung setuju saja tanpa berkomentar apapun.
30 menit sebelum aula pernikahan dibuka Lmntrx menyebarkan undangan, aku menatap serius layar laptop melihat daftar nama yang sudah kususun untuk menghadiri pernikahan bohonganku ini.
“Heh, lo yakin nggak mau liat nikahan Sera?” tanya Karis pada Leo.
“Kalau dia nikah beneran pasti gue liat!” Jawabnya acuh.
Sebagian adalah anak-anak Paradise yang kukenal dengan baik, seperti Jack, dan Xena, selebihnya perwakilan grup dari Imperial dan Paradise, totalnya hanya dua belas orang, termasuk denganku dan si Lmntrx, apakah ini bisa kukatakan sebagai intimate wedding?
“Udah mulai ni?” Tanya Karis penasaran saat alunan musik mulai mengiringi perjalananku ke altar. Aku bisa gila kalau begini, pasalnya Lmntrx benar-benar membuat perasaanku menjadi aneh. Melihat layar laptop menampilkan tokoh tiga dimensi yang menggandeng tanganku menuju ke arah Jack, wah, jantungku.
“Ganteng banget ya?” ucap Karis yang ikut melongo. Lihat, kami berdua sekarang jadi gila beneran. Padahal char pada gim ini semua sama, meski bisa dirubah oleh riasan, tapi aku setuju, Lmntrx memang memesona, kuharap jika ibuk melihat ini, dia akan setuju bahwa dirinya sudah punya menantu virtual.
“Ya Tuhan, kenapa aku harus ditempatkan di antara dua orang gila.” Lagi-lagi itu Leo.
“Semua ini otomatis?” Tanya Karis.
Aku mengangguk mantap, yang kulakukan hanya menunggu prosesi pemberkatan berakhir.
“…mencintainya di waktu sakit dan sehat, senang dan bahagia, dari sekarang, hingga selama-lamanya.”
“Sekarang, kalian adalah sepasang suami isteri.”
Lmntrx meraih tanganku untuk mendekat, merapatkan wajahnya padaku dan… “Wah…. Mataku sudah nggak perawan,” ucap Karis masih melotot.
Walaupun hanya di dalam gim, aku benar-benar tersenyum sekarang. Kami tampak serasi, aku merasa begitu cantik di dalam sana, dan dia menyetujui hal yang sama.