“Lynx, lo mau online kan nanti malem?”

Lynx itu sejenis kucing liar yang seringnya ditemui di hutan, ukurannya bisa jadi dua kali lebih besar dari kucing pada umumnya. Nama hewan itu sengaja aku jadikan sebagai ID name di semua gim yang pernah aku mainkan.

Kenapa? Karena sejujurnya aku ini sangat menyukai kucing, yang nggak suka kucing itu Ibuk, dulu waktu aku SD, ibuk melarang mentah-mentah tetanggaku yang menawarkan anak kucing usia 4 minggu untuk dirawat di rumah, waktu itu bapak masih ada, tapi ibuk bilang, kalau di antara kami bertiga, belum ada yang siap untuk diberikan tanggung jawab merawat makhluk lain. 

“Punya hewan peliharaan itu bukan hanya untuk lucu-lucuan saja, sama seperti manusia, dia juga harus dijamin kehidupannya, kamu sekolah, Ibuk juga harus berkeja, bapak juga kan pulang ke rumahnya cuma seminggu sekali, kalau tiba-tiba dia kabur keluar rumah terus nyolong ikan tetangga karena kamu lalai ngasih makan, kamu dosa lho Sera.”

Yah,  zaman itu kalau ibuk sudah menghadirkan kata ‘dosa’ di setiap ultimatumnya, tandanya adalah tidak. Sama sekali tidak, meski aku sudah menangis dan berjanji akan merawat kucing itu dengan baik. Dan yang baru kuketahui ketika tumbuh sebesar ini adalah, ternyata ibuk alergi bulu kucing. Beberapa kali rumah kami dihampiri kucing-kucing liar, dan ibuk langsung bersin-bersin. 

Jadi sebagai gantinya, Lynx aku gunakan sebagai ID name di seluruh game yang aku mainkan. Seperti tidak kreatif, bukan? Tapi tidak juga. Dunia gim itu sama sempitya dengan dunia nyata, orang lain jadi lebih mudah mengenali dan menemukanku di berbagai jenis gim, “Oh, ini Lynx yang pernah main point blank juga kan ya?” kurang lebih begitu. 

Apa lagi, aku punya akun facebook untuk streaming gim kalau ibuk lagi ada dinas keluar kota. Dipakainya sih memang tidak sesering kalau aku main gim seperti biasa sembunyi-sembunyi dari ibuk, tapi cukup untuk mendapatkan followers yang jumlahnya sudah ratusan ribu ini hehe, aku nggak sombong loh ya. Om Mark si pendiri facebook juga sudah merilis banyak fitur untuk para konten kreator, jadi kenapa tidak dipergunakan dengan baik, bukan?

“Online dong, Jack. Kebetulan nyokap lagi lembur nih wkwkw.” Aku mengetiknya pada papan keyboard sambil mengenakan headphone. Jack ini orang yang cukup lama kukenal di dunia gim, kami beberapa kali main gim yang sama, meski aku belum pernah bertemu dengan Jack, dan dia juga tidak ada niat mengajakku bertemu, sih. Aku tahu kalau Jack orang yang baik. 

“Kita harus sparing nggak sih sama grup lain?” Jawabnya di kolom chat kami. 

“Hah sparing? Buat apaan?” 

“Event tahunan lho, Lynx. Kan, antar grup, kabarnya sekarang mau internasional gitu, jadi player dari server lain bisa masuk. Nah, gue dapet bocoran eventnya mau diadain di server Korea. Sekalian buat ngerayain anniversary Idol Party.”

Sumpah demi sekaleng acar timun spongebob, apa aku ini tinggal di Bikini Bottom? Kok bisa aku lupa dengan event tahuan sekeren ini, kamu nggak berhak sebut dirimu ini gamers sejati Sera!

“What!!” kataku untuk membalas pesan Jack yang masih tertera di layar komputer dengan menambahkan banyak emotikon menangis. 

“Dih, lo pasti kudet,” balasnya.

Bicara soal grup,  Idol Party ini selain punya sistem ranking untuk perorangan, ada juga sistem ranking untuk setiap grup. Nama timku adalah Paradise, klise karena artinya hanya tempat yang indah, berada di chart nomor tujuh dari dua puluh besar grup yang berada di server Indonesia. Belum keren, karena di peringkat satu ada tim Imperial yang bukan hanya dari segi donasi koin saja tim nya merupakan tim yang paling kaya, melainkan juga karena orang-orangnya. 

Aku juga jago, hanya saja di atas langit akan selalu ada langit, kan?

“Terus kita mau latihan sama siapa rencananya?”

“Kemaren sih ada undangan dari Fabulous, mau diterima nggak?” Fabulous ini tim yang cukup keren juga, ada di urutan nomor enam, lebih unggul satu tingkat pada segi leveling dari Paradise. Lawan yang sedikit berat kalau ketemu di event nanti. 

“Boleh sih, tapi……” Ketikan Jack terputus, dia malah mengirimkanku stiker-stiker aneh.

“Kenapa?”

“Gue lupa bilang ke lo, kalo event ini punya satu syarat. Syaratnya adalah….”

“Adalah????”

“Punya couple.”

Tuhan sepertinya mau menguji tingkat kejombloanku. Sudah cukup aku tidak pernah ikut event valentine, apa aku harus cari pacar di dunia gim juga? Jack sih enak, dia sudah punya couple yang setia menemani dia main gim, namanya Xena, kami kenal secara virtual juga karena Jack adalah teman mainku, otomatis kami berteman juga. 

Setelah menghakimi Jack yang tidak memberitahuku sejak awal, meski ini juga bukan kesalahnnya, aku langsung menutup kolom chat kami dan keluar dari room gim. Aku membukan fitur Love Tree dan pertemananku, karena barangkali aku menemukan diantara mereka satu laki-laki yang sama-sama jomblo, yang sama-sama terhalang untuk ikut event tahunan. 

Tring

Mungkinkah ini yang dikatakan ibuk soal, “pucuk dicinta, bulan pun tiba,” ucapku semringah. Notifikasi gimku berbunyi, tertera nama Lmntrx di layar. Aku baru pertama kali lihat nama itu di Idol Party, nama yang unik karena tidak punya huruf vokal. Cepat-cepat aku menekan mouse untuk mencari tahu dari grup mana dia berasal, jangan sampai aku kedapatan akun kerdilan.

"What! Imperial? Nggak salah liat gue?”

“Rank Raja, level 98,” gumamku berlebihan. 

“Wah, udah gila nih orang,” pikirku. Biasanya anak-anak Imperial tidak pernah mengambil pasangan dari tim dengan posisi lima ke bawah. Ini sudah terjadi sejak lama, semua orang yang main gim ini juga sudah pasti tahu. Mereka akan berlomba-lomba menaikkan posisi tim untuk bisa bersanding dengan Imperial.

Kolom chatku menerima pesan dari Lmntrx. Isinya, “Join with me?” membacanya aku cuma bisa melongo. Saking ngerinya, aku sampai logout, dan memberitahu Jack karena aku tidak jadi ikut main gim malam ini. Aku biarkan si Lmntrx berada di kolom permintaan pasangan tanpa menghiraukannya. Aku harus cerita dulu sama Karis pokoknya.

Berhubungan di dunia nyata itu sulit, akan lebih sukit lagi kalau sampai ke dunia virtual, ya walaupun alasannya hanya pas diberi label, "teman main," tetapi kebanyakan pasangan yang berangkat dari main gim seingatku jarang berakhir baik. Kecuali hubungan Xena dan Jack, sih. 

Predikat solo player lebih cocok untukku, tidak membebankan orang lain dan diri sendiri, tapi, "Ibuk, Sera mau ikut event iniiiii, huaaaaaaaa!"

"Huft, untung ibuk lembur."