Loading...
Logo TinLit
Read Story - Prakerin
MENU
About Us  

"Selamat pagi, kanjeng ratu" aku menarik selimutku hingga kepala, malas melihat wajah menyebalkan yang sudah mengganggu pagiku.

"Bagun lo! Hari ini gue kuliah pagi, lo mau nebeng sama gue lagi nggak? Kalo nggak gue tinggal!”

"Nebeng!" jawabku gusar. Sontak aku terbangun hanya karena mendengar ancamannya, menyebalkan! Jika saja hari ini Windy bisa menjemputku, aku pastikan pagi ini gaya rambut Rehan sudah aku modifikasi. Namun karena tadi malam Windy memberitahuku kalau hari ini dia tidak bisa menjemput, terpaksa aku mengalah.

Kulihat Rehan dengan sebelah mataku yang sudah terbuka, dia menyeringai. Merasa puas karena sudah mengganggu acara hibernasiku. Dia memang hobi menggangguku, tak jarang dia mengeluarkan kalimat yang selalu menimbulkan paradoks dan berakhir dengan perdebatan panjang diantara kami. 

Selain hobi berdebat, dia juga sangat usil, dia sering mengerjai dan membuatku jengkel. Seperti saat ulang tahunku tahun lalu, dia memberiku hadiah. Aku sangat senang karena tumben-tumbennya dia ingat dengan ulang tahunku, tapi setelah aku melihat isinya. Aku langsung masuk ke dalam kamarnya dan menjambak rambutnya kuat.

Dia memberiku beberapa foto aneh yang dia ambil secara diam-diam. Seperti foto saat aku sedang mengupil, foto saat aku sedang tidur dengan mulut menganga, dan beberapa foto aibku yang lainnya. Di belakang foto-foto itu, dia menempelkan sebuah sticky note dengan pesan yang sukses membuatku ingin mencoret namanya dari kartu keluarga. 'Selain gue kasih ke lo, foto itu gue sebar juga di instagram, sekalian gue tag lo juga’ tulisnya. 

Bayangkan, batapa pusingnya aku memiliki kakak seperti dia? Maka dari itu aku sangat mengharamkan Windy yang ingin mendekatinya. Tentu saja, Rehan dan Windy kan sama saja, suka membuat onar dan kalau bicara selalu menuai perdebatan. Aku pasti tidak akan tahan jika kedua orang itu berkumpul sebagai keluargaku.           

"Sono lo mandi! Mama sama Papa udah nunggu mau sarapan" titahnya, kemudian menyibak tirai jendela hingga cahaya matahari masuk menerpa kamarku.

"Lagian lo cewek udah gede masih aja dibangunin, gue dulu kelas lima udah bangun sendiri"

"Iya bangun sendiri, jam sebelas"

"Seengganya gue bangun sendiri" ucapnya membela diri. Karena tak mau ambil pusing dengan ocehannya, aku memutuskan untuk segera masuk ke kamar mandi. 

"KYAAAAA!!" teriakku saat sebuah ember berisi air mengenai kepalaku. Sayup-sayup aku medengar suara tawa Rehan menggema memenuhi sudut kamarku.

"REHAAAAAN!!! AWAS LO SIALAN!!" aku bersiap mengambil air guna membalas perbuatannya, namun dia lebih dulu lari meninggalkan kamarku. Sialan, pagi-pagi dia sudah membuatku naik pitam! Awas saja dia nanti!

*****

 

Pagiku semakin kacau, tak henti-hentinya aku mengumpat dan menyumpahi Rehan, sial! Dia membuat moodku benar-benar hancur. Setelah menjebakku dengan seember air yang dia letakan di atas pintu kamar mandi, dia juga meletakan beberapa tikus mainan di dalam bak mandiku. Seakan belum puas, dia bahkan berangkat lebih dulu tanpa mengajakku, padahal dia sudah berjanji akan memberikan tebengan.

Saking kesalnya, aku mengambil fotonya untuk segera aku bawa ke dukun, biar saja, aku santet dia sekalian!

Tapi Mama mencegah aksiku, katanya hari ini Rehan memang benar-benar ada urusan yang mengharuskan dia untuk segera berangkat ke kampusnya. Untung saja ada Mama, karena jika tidak, aku pastikan wajah anak itu sudah aku pajang di cover buku. 

Buku yasin!

"Kok pagi-pagi udah asem gitu mukanya? Kenapa?" tanya Pak Galfin saat mendapati wajahku tengah kesal menahan dongkol. Ini juga yang aku lupakan karena dongkol terhadap Rehan, aku lupa kalau hari ini Pak Galfin sudah kembali ke kantor. 

"Kamu kenapa?" tanya Pak Galfin lagi. Aku menatapnya datar, ingin rasanya aku berteriak karena tidak tahan meredam amarah, namun senyum simpul di wajah Pak Galfin meleburkan niatku. Seperti biasa, dia duduk di sebelahku dengan menyuguhkan senyuman khasnya, rasa kesalku berangsur hilang. 

"Gara-gara kemaren saya tinggalin, ya? Aduh, maap ya....Padahal kemaren kita baru aja resmi, tapi langsung saya tinggalin aja" lanjut Pak Galfin bernada senang. Aku mengernyitkan keningku heran. Saraf otaknya terbelit saraf kaki lagi atau bagaimana? Ucapannya membuat rasa kesalku yang hampir mencapai titik nol kembali melesat mencapai angka seratus. Apa dia tidak tahu kalau aku sedang kesal karena Rehan meninggalkanku? Kenapa malah membahas tinggal-meninggalkan lagi? Membuat moodku semakin hancur saja! 

"Tapi nggak masalah, sih, anggep aja sebagai latihan. Biar kalo udah nikah nanti kamu nggak kaget kalo saya tinggal-tinggal terus" Pak Galfin tersenyum, sementara aku menganga lebar.

"Astagfirullah Pak, saya masih kelas dua SMK, Bapak udah ngomong kaya begitu aja di depan saya. Mirip pedofil sumpah" sahutku tak habis pikir. Bisa-bisanya dia berbicara seperti itu di depanku. Aku saja masih remedial matematika, tapi dia sudah mengajakku membicarakan hal-hal yang bahkan otakku belum sampai. 

"Nggak masalah jadi pedofil, asal kamu yang jadi anak Smp nya" jawab Pak Galfin menyeringai, mendadak aku bergidik dibuatnya.

"Apaan sih pak, nggak lucu"

"Kamu kenapa sih? Marah karena kemarin saya tinggalin? Maaf ya, sebagai gantinya, gimana kalo minggu depan kita kencan?"

*****

 

Minggu pagi, Pak Galfin benar-benar datang menjemputku, dia sempat berbincang-bincang dengan Mama dan Papa, tapi tidak dengan Rehan karena anak itu masih tidur. Aku bersyukur, karena dengan tidak tahunya Rehan kalau Pak Galfin yang notabenya adalah pembimbing prakerin sekaligus ekhhm, pacarku, datang kerumah, dia tidak akan menggodaku setelah ini. 

Biar aku tegaskan sekali lagi, Rehan bukanlah tipe brothergoals yang selalu bersikap protektif dan perhatian kepada adiknya. Dia tipe orang yang suka mengganggu dan kalau bicara tidak pernah disaring dulu. Dulu waktu aku masih SMP, aku pernah bercerita kepada Rehan kalau aku sedang menyukai seorang pria. Bukannya membantuku untuk mendapatkan pria itu, Rehan justru membocorkan rahasia itu kepada teman-temanku. Sejak saat itu, aku tidak pernah bercerita apapun lagi kepada Rehan, dia menyebalkan.

"Anja, yang ini kayanya bagus buat kamu, suka nggak?" Pak Galfin menyerahkan sebuah gelang padaku.

Secara intens aku memperhatikan gelang itu. Hanya seutas tali, berwarna hitam dengan gantungan kecil berbentuk hati di ujung pengaitnya. Gelang ini terlihat seperti gelang anak kecil. Walaupun begitu, efeknya terasa sangat besar pada diriku. Terbukti, hingga sekarang aku tidak bisa menyembunyikan rasa senangku dengan terus mengulum senyuman. 

"Sini, saya yang pasangin" Pak Galfin mengambil tangan kiriku, memakaikan gelang itu di sana lalu mengapit tanganku dengan kedua tangannya yang lebar. Aku menarik lagi tanganku, namun tidak bisa terlepas karena Pak Galfin menggenggamnya dengan erat.

"Pak, nanti diliat orang dikira pedofil lho, mau?" bisikku sambil terus mencoba melepaskan genggamannya.

"Enak aja, muka karismatik kaya gini disamain sama om-om" Pak Galfin menoyor kepalaku pelan. "Lagian saya juga nggak setua itu, saya masih 21 tahun" kesalnya. "Dibanding om-om, saya lebih mirip kaya kakak kamu"

"Hehehe iya sih, Bapak emang seumuran kakak saya"

"Kamu juga seumuran adek saya"

"Emang Bapak punya adek?" tanyaku. 

"Ada satu, cowok. Dia kelas 2 SMK, sama kaya kamu"

"Iya? siapa Pak? Ganteng nggak?" sekali lagi Pak Galfin menoyor kepalaku. 

“Jangan ditoyor-toyor dong Pak, nanti kadar kepintaran saya yang melebihi batas normal ini bisa ambruk" aku menghapus sisa toyorannya yang terasa membekas di kepalaku. 

Pak Galfin tertawa kecil, tanpa meminta izin, dia mengelus kepalaku yang tadi dia toyor. Sementara satu tangannya yang lain dia gunakan untuk mengambil tanganku dan menahannya. Aku dengan mudah terhipnotis olehnya, diam mematung menatap matanya yang juga sedang menatapku. Perasaan aneh dalam hatiku mulai tumbuh, antara senang, takut, dan risih bercampur menjadi satu di dalam sana.

"Cantik" ucap Pak Galfin pelan. Pipiku terasa memanas mendengar satu kata itu. Tak hanya pipi, bagian tubuhku yang lain juga ikut bereaksi. Seperti jantung yang mendadak berdetak sepuluh kali lebih cepat, senyum yang mendadak terukir walau tanpa perintah dari otak. Dan tubuh yang mendadak jadi kaku tidak bisa di gerakkan.

Aku mengerjap, mencoba mengembalikan kewarasanku yang sempat menghilang. "Makasih, dari lahir" aku menarik paksa tangaku dari genggamannya. Sebisa mungkin aku bersikap bisa walau pada kenyataannya aku ingin melompat-lompat dan berteriak kegirangan.

"Gelangnya, bukan kamu" jawab Pak Galfin memudarkan senyum di wajahku. 

"Kalo kamu lebih cantik sama bibir monyongnya" lanjut Pak Galfin yang langsung aku beri hadiah pukulan bertubi-tubi pada lengannya. Biar saja aku membalas perbutannya, dia sudah menoyor, membohongi, dan menghinaku. Jadi rasakan pembalasanku sekarang!

"Ampun Anja ampun, sakit....." keluh Pak Galfin. Aku tak menghiraukan, terus memukul lengan Pak Galfin dengan segenap tenagaku.

"Ampun Anja, ampun...." lirih Pak Galfin lagi. 

Pak Galfin mencoba menangkap tanganku untuk menghentikan pukulanku, tapi aku tidak tinggal diam dengan terus meronta dan memberinya pukulan lagi dan lagi. Setelah beberapa menit, Pak Galfin tidak lagi melawan, dia diam membiarkan aku memukuli lengannya. 

Merasa aneh dengan sikap Pak Galfin, aku menghentikan kegiatanku, beralih menatap Pak Galfin khawatir karena dia terlihat kesakitan. "Pak, Bapak kenapa?" Pertanyaan tanpa dosa itu terlontar begitu saja dari mulutku. Aku memandang Pak Galfin prihatin, kasihan juga, aku melakukan KDRT sebelum waktunya.

"Sakit Anja, sakit......" Pak Galfin berkata lirih, dia memegangi lengan sebelah kirinya yang baru saja menjadi korban amukanku.

"Ya Allah, maap Pak, khilaf" jawabku seraya mengusap lengannya pelan.

"Yang ini juga sakit Anja, tadi nggak sengaja kamu mukul dada saya" tunjuk Pak Galfin pada dadanya, segera aku mengelus dada Pak Galfin untuk menghilangkan rasa sakitnya.

"Yang ini, ini juga sakit" tujuk Pak Galfin beralih pada pipinya. Beralih tanganku mengelus pipi Pak Galfin.

"Sekarang yang ini, sakitnya pindah di sini" tunjuk Pak Galfin pada bibirnya. 

Aku mengerutkan keningku, seingatku, aku tidak memukul bibir Pak Galfin, tapi kenapa Pak Galfin menunjuk bibirnya? Tanpa sadar, kegiatan berpikirku dimanfaatkan dengan baik oleh Pak Galfin. Dia menarik wajahku mendekat kemudian mengecup pipiku singkat. Dua detik setelahnya dia berlari meninggalkanku dengan senyum penuh kemenangan di wajahnya.

"Satu kosong, Anja" ucapnya sambil terus berlari menjauh dariku. 

Tanpa berpikir panjang lagi, aku segera berlari mengejar Pak Galfin, berniat memberinya hadiah tambahan karena dengan lancang sudah berani mencium pipiku. Aku terus berlari mengejar Pak Galfin, namun saat sampai di pintu keluar, dua orang satpam menghadang jalanku. 

"Maaf Dek, Adek tidak bisa keluar karena gelang yang adek pakai belum di bayar" ucap satpam itu sukses membuatku menganga.

"Dua kosong, Anja" ucap Pak Galfin dengan tawa mengejeknya.

Sialan!

 

*****

 

Keluar dari toko aksesoris, aku dan Pak Galfin kembali mengitari mall, terutama menjelajah mengelilingi booth makanan.

Sesekali aku berceloteh ria membicarakan hal-hal yang tak penting bersama Pak Galfin. Hingga sampai di depan sebuah stand yang menjual cotton candy, aku menghentikan langkahku dan menahan tangan Pak Galfin untuk berhenti juga.

"Pak mau satu yang warna biru" ucapku pada pria setengah baya yang ada di balik bar kecil pemisah antara penjual dan pembeli.

"Yang warna birunya abis Neng, adanya yang warna kuning sama pink" jawab pria itu membuat bibirku maju beberapa senti.

"Yaudah Pak, yang warna pink aja" putus Pak Galfin seraya menyerahkan beberapa lembar uang. Pria paruh baya itu menerima, kemudian hendak menyerahkan cotton candy-nya pada Pak Galfin, namun dengan segera aku merebutnya.

"Kejar kalo mau" ucapku sebelum berlari meninggalkan Pak Galfin.

Aku berlari dengan cepat untuk menghindari Pak Galfin yang ingin merebut cotton candy ini dariku. Setelah merasa aman karena tidak lagi menemukan keberadaan Pak Galfin, aku menghentikan langkahku. Aku menggigit sedikit bagian dari ujung cotton candy itu, namun entah dari mana datanganya, Pak Galfin tiba-tiba hadir dan ikut menggigit ujung bagian yang lain dari cotton candy ku. Posisi kami saling berhadapan.

Untuk beberapa saat, kami saling diam, aku shock karena Pak Galfin tiba-tiba saja datang, dan Pak Galfin terus menikmati cotton candy nya tanpa mengalihkan sedikitpun pandangannya dariku. Aku yang terkejut dengan aksi Pak Galfin hanya bisa menunjukan tatapan bingungku, sementara di ujung cotton candy sana, Pak Galfin menyunggingkan senyum penuh kemenangan.

Mulutku terus bergerak menikmati cotton candy, namun mataku tak bisa berpaling sedikitpun dari wajah Pak Galfin, begitupun sebaliknya. Waktu terasa berhenti, semua gerakan yang kami lakukan mendadak seperti slowmotion dan aku tidak tahu apa alasannya. 

Tangan Pak Galfin bergerak mengambil alih cotton candy itu dari kendaliku, namun aku tetap mempertahankannya dengan terus menggenggam ujung pegangannya yang terbuat dari bambu. Karena terus bergerak untuk saling mengusai, tanpa sadar justru tangan Pak Galfin beralih menggenggam tanganku.

Tubuhku mendadak terasa kaku, tanganku yang dingin berubah menjadi hangat, dan jantungku ikut berpacu menjadi lebih cepat. Aku ingin menghentikan semua ini, tapi aku tidak bisa melakukannya. Aku hanya diam memandang Pak Galfin yang juga sedang memandangku. Semua ini membuatku merasa gila.

"Manis" ucap Pak Galfin seraya tersenyum dengan mata yang terus menatap wajahku. Pipiku mendadak terasa panas karenanya. Dengan sisa kesadaran yang semakin menipis, aku mendorong tubuh Pak Galfin hingga terduduk di lantai, kemudian berlari membawa cotton candy ku menjauh darinya.

"Ayo Pak, kejar kalo mau!" Tantangku. Ku angkat tinggi-tinggi cotton candy itu seraya menggoyang-goyangkannya di udara.

"As you wish, Baby" Pak Galfin bangkit dengan senyumnya yang mengembang, segera aku berlari menghindarinya.


*****

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
ALTHEA
106      87     0     
Romance
Ini adalah kisah seorang perempuan riang yang memiliki perasaan lebih ke manusia es batu, manusia cuek yang telah menyukai seorang perempuan lain di sekolahnya. Walaupun ia tahu bahwa laki laki itu bukan menyukai dirinya, tetap saja ia tak akan kunjung lelah untuk mendapatkan perhatian dan hati laki laki itu. Akankah ia berhasil mendapatkan yang dia mau? "Dasar jamet, bales chat nya si...
Ketos pilihan
758      525     0     
Romance
Pemilihan ketua osis adalah hal yang biasa dan wajar dilakukan setiap satu tahun sekali. Yang tidak wajar adalah ketika Aura berada diantara dua calon ketua osis yang beresiko menghancurkan hatinya karena rahasia dibaliknya. Ini kisah Aura, Alden dan Cena yang mencalonkan ketua osis. Namun, hanya satu pemenangnya. Siapa dia?
DI ANTARA DOEA HATI
1266      638     1     
Romance
Setelah peristiwa penembakan yang menewaskan Sang mantan kekasih, membuat Kanaya Larasati diliputi kecemasan. Bayang-bayang masa lalu terus menghantuinya. "Siapapun yang akan menjadi pasanganmu akan berakgir tragis," ucap seorang cenayang. Hal tersebut membuat sahabat kecilnya Reyhan, seorang perwira tinggi Angkatan Darat begitu mengkhawatirkannya. Dia berencana untuk menikahi gadis itu. Disaa...
Premium
Dunia Tanpa Gadget
11603      2966     32     
True Story
Muridmurid SMA 2 atau biasa disebut SMADA menjunjung tinggi toleransi meskipun mereka terdiri dari suku agama dan ras yang berbedabeda Perselisihan di antara mereka tidak pernah dipicu oleh perbedaan suku agama dan ras tetapi lebih kepada kepentingan dan perasaan pribadi Mereka tidak pernah melecehkan teman mereka dari golongan minoritas Bersama mereka menjalani hidup masa remaja mereka dengan ko...
Premium
Aksara yang Tak Mampu Bersuara
20038      1906     0     
Romance
Ini aku. Aku yang selalu bersembunyi dibalik untaian kata indah yang menggambarkan dirimu. Aku yang diam-diam menatapmu dari kejauhan dalam keheningan. Apakah suatu saat nanti kau akan menyadari keberadaanku dan membaca semua tulisanku untukmu?
Pria Malam
1090      660     0     
Mystery
Semenjak aku memiliki sebuah café. Ada seorang Pria yang menarik perhatianku. Ia selalu pergi pada pukul 07.50 malam. Tepat sepuluh menit sebelum café tutup. Ia menghabiskan kopinya dalam tiga kali tegak. Melemparkan pertanyaan ringan padaku lalu pergi menghilang ditelan malam. Tapi sehari, dua hari, oh tidak nyaris seminggi pria yang selalu datang itu tidak terlihat. Tiba-tiba ia muncul dan be...
DAMAGE
3596      1266     2     
Fan Fiction
Kisah mereka berawal dari rasa penasaran Selgi akan tatapan sendu Sean. Ketidakpuasan takdir terhadap pertemuan singkat itu membuat keduanya terlibat dalam rangkaian cerita selanjutnya. Segalanya pun berjalan secara natural seiring kedekatan yang kian erat. Sean, sang aktor terkenal berperan sangat baik untuk bisa menunjukkan kehidupannya yang tanpa celah. Namun, siapa sangka, di balik ...
RIUH RENJANA
516      373     0     
Romance
Berisiknya Rindu membuat tidak tenang. Jarak ada hanya agar kita tau bahwa rindu itu nyata. Mari bertemu kembali untuk membayar hari-hari lalu yang penuh Renjana. "Riuhnya Renjana membuat Bumantara menyetujui" "Mari berjanji abadi" "Amerta?"eh
The Flower And The Bees
3738      1600     9     
Romance
Cerita ini hanya berkisah soal seorang gadis muda keturunan Wagner yang bersekolah di sekolah milik keluarganya. Lilian Wagner, seorang gadis yang beruntung dapat lahir dan tumbuh besar dilingkungan keluarga yang menduduki puncak hierarki perekonomian negara ini. Lika-liku kehidupannya mulai dari berteman, dipasangkan dengan putra tunggal keluarga Xavian hingga berujung jatuh cinta pada Chiv,...
Sweet Seventeen
992      709     4     
Romance
Karianna Grizelle, mantan artis cilik yang jadi selebgram dengan followers jutaan di usia 17 tahun. Karianna harus menyeimbangkan antara sekolah dan karier. Di satu sisi, Anna ingin melewati masa remaja seperti remaja normal lainnya, tapi sang ibu sekaligus manajernya terus menyuruhnya bekerja agar bisa menjadi aktris ternama. Untung ada Ansel, sahabat sejak kecil yang selalu menemani dan membuat...