Mungkin jika aku tidak bertemu denganmu, aku masih tidur nyenyak dan menjalani hidupku dalam mimpi setiap hari.
Rena menyadari kini kebiasaannya sedikit bisa ia kendalikan. Cerita dari setiap alunan melodi yang lewat di kepalanya itu telah menjadi adiksi sejak lama. Belum lama ini, ia bertekad untuk menyibukkan dirinya dengan sesuatu yang mungkin hanya ia yang tahu. Dorongan ini ia dapatkan setelah mendengar dan membaca kisah orang lain ketika membuat cerita atau menulis lagu.
***
Tidak banyak waktu lagi untuk menyiapkan kompetisi itu. Kesabaran semua orang di ruang latihan juga sepertinya mulai menipis. Rena mencoba memikirkan sesuatu untuk mengatasinya. Haruskah mereka istirahat sejenak?
“Apa yang akan Kakak lakukan? Sepertinya anggotamu sudah mulai bosan dengan ini. Pantas aja mereka lebih suka kabur-kaburan daripada latihan. Ketuanya saja enggak bisa mengendalikan diri sendiri saat bosan.”
Seruan itu membuat seluruh ruangan hening. Hampir semua orang tercengang, begitu juga Rena. Sebagai orang yang menjadi sasaran pertanyaan itu, ia tentu menyadarinya. Seorang siswi satu tingkat di bawahnya itu seakan sedang protes dengan keadaan latihan paduan suara yang tidak kunjung berkembang.
Rena terdiam. Jawaban apa yang harus ia sampaikan pada adik kelasnya itu? Bagaimana seharusnya ia menghadapi situasi ini?
***
Cerita tentang perjuangan mempertahankan sebuah perkumpulan yang tidak mudah. Menghadapi kegelisahan diri sendiri sambil menghadapi banyak kepala. Tentu tidak mudah bagi seorang Rena. Kisah memperjuangkan mimpi yang tidak bisa ia lakukan seorang diri, memperkarakan kepercayaan dan kekecewaan di tengah fakta menyakitkan bahwa menemukan orang-orang satu visi adalah kesulitan yang seharusnya tidak usah dihadapi.