Keesokan harinya…
“Tunggu sebentar.” Tory buru-buru mengambil tas dan mantel yang tergantung di dekat pintu. Ia tidak menyangka kalau Gale akan datang scepat ini. Bukankah cowok itu bilang kalau ia baru saja akan berangkat untuk menjemput Tory? Saat pintu dibuka, bukan Gale yang berdiri disana, melainkan Juno.
Tory sedikit terkejut. “Apa yang kau lakukan disini.” Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya.
Kini giliran Juno yang tampak bingung. “Bukankah kita akan pergi jalan-jalan hari ini?” tanya Juno.
Tory langsung menggeleng cepat. “Ah itu benar, maksudku kenapa kau disini dan bukannya menjemput Prim?”
Juno melihat jam tangannya sekilas. “Kita akan bertemu dengan Prim disana, aku juga sudah memberitahu Gale, jadi sebaiknya kita berangkat sekarang.” Setelah berkata demikian Juno langsung menuruni tangga. Tory tidak punya pilihan lain selain mengikuti cowok itu kebawah. Mobil Juno juga sudah terparkir diujung jalan. Mereka pun masuk dan mobil melaju cepat.
“Gale salah membuat janji dengan restaurannya, dan kita sudah terlambat 30 menit.” Jelas Juno tanpa melepas pandangan ke arah jalan. Sebagai jawaban Tory hanya mengangguk-angguk pelan. Selama sesaat tidak ada yang berbicara diantar mereka. Tory masih sibuk dengan ponselnya, walaupun dalam hati ia berusaha menemukan topik pembicaraan yang tepat dengan Juno. Atmosfer diantara mereka memang terasa aneh. Hari ini Juno lebih pendiam dari biasanya.
“Apa yang kau sukai dari Gale?” Juno memecah keheningan diantara mereka.
Tory menoleh dan menatap cowok itu bingung. “Dia baik dan selalu mau membantuku.”
“Jadi kau memang menyukainya.”
“Eh, maksudku sebagai teman,” ujar Tory langsung. Ia bahkan tidak tau kenapa Juno menayanyakan hal itu.
“Memangnya kenapa? Bukankah kau sahabatnya?”
“Tidak ada, hanya karena aku sudah mengenalnya lama, aku tau kalau ia tidak seperti yang kau lihat. Gale suka main-main dengan banyak cewek. Dan karena aku cukup mengenalmu juga, aku tidak mau kau kecewa karenanya.” Nada bicara Juno terdengar tegas, seolah-olah ia sangat serius dengan apa yang dikatakannya. Tory masih terdiam. Sejujurnya ia tidak tau harus berkata apa.
“Aku akan berhati-hati, kau tidak perlu khawatir.” Setelah berkata demikian tidak ada pembiacaraan lagi. Sampai mereka tiba di restauran Italia dimana Prim dan Gale sudah menunggu.
“Maaf aku tidak bisa menjemputmu, habis Juno menyuruhku untuk datang kesini terlenbih dahulu,” jelas Gale saat Tory datang.
Tory mengangguk dan tersenyum. “Juno sudah memberitahuku.”
Kemudian keduanya duduk. Mereka banyak mengobrol. Prim banyak menceritakan kejadian tentang masa kecil Juno dan Gale. Tory tidak bisa menahan tawa. Ia juga menceritakan tentang kehidupannya dulu di Seattle. Bahkan Juno juga banyak bicara tidak seperti sebelumnya. Tory merasa sangat lega. Mereka tidak sadar kalau waktu sudah mulai malam. Mereka pun keluar dari restauran dan memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar taman kota.
“Sebentar, aku akan membeli kopi,” ucap Gale sebelum pergi ke sebuah kedai kopi yang tidak jauh dari mereka.
“Lihat langitnya cantik sekali.” Prim menunjuk langit malam yang bertabur bintang.
“Tory cobalah kau melukis langit malam seperti ini, pasti hasilnya akan cantik sekali.” Prim merangkul bahu Tory dengan akrab.
“Sepertinya susah sekali,” komentar Tory.
“Belum mencoba tapi sudah menyerah?” komentar Juno membuat Tory menoleh kearahnya. “Kau itu pesimis sekali.” cibir Juno membuat Tory mendengus kesal.
“Tidak usah dengarkan Juno, dialah yang pesimis dengan kemampuanmu,” ucap Prim membuat Tory tertawa geli.
Tak lama kemudian Gale kembali membawa empat cup kopi.
“Akhirnya, inilah yang kubutuhkan sejak tadi.” Prim langsung mengambil kopi milikinya.
“Asataga! Bisakah kau sabar sedikit Prim,” tegur Gale sedangkan Prim hanya meringis jahil.
“Oh iya aku mau mampir di toko kue diujung jalan, Juno bisakah kau menemaniku?” ajak Prim saat Juno baru saja akan menyeduh kopi miliknya. Prim sudah menyeretnya ke ujung jalan.
“Biarkan saja mereka, oh ya ini untukmu, vanilla latte seperti yang suka.” Gale tersenyum hangat sambil menyerahkan kopi untuk Tory. Tory baru sadar kalau kopi miliknya memiki penutup tidak seperti kopi yang lainnya. Saat akan membukanya, Gale menahan tangan Tory.
“Sepertinya enak kalau kita minum sambil duduk disana, bagaimana?” Gale menujuk sebuah bangku yang langsung menghadap kerah sungai Thames. Tanpa pikir panjang Tory mengiyakan tawaran Gale. Keduanya pun duduk bersama.
“Wah dari sini langitnya jauh lebih cantik, bahkan bulannya juga jelas.” Tory menujuk ke atas dan mulai mengambil beberapa gambar dengan ponselnya.
“Iya memang cantik sekali.” ucap Gale tanpa melepas pandang ke arah Tory.
Menyadari hal itu Tory hanya mengenggol bahu Gale pelan.
“Jangan berbicara hal yang aneh.”
“Aneh, tapi kau jauh lebih cantik dari bulan itu.”
“Sudah ya Gale, aku sudah tau semua tentangmu dari Juno, kau tidak bisa mempermainkanku juga.”
“Juno? Memangnya ia bicara apa tentangku?” Raut wajah Gale berubah menjadi penasaran.
Tory berusaha memanfaatkan kesempatan ini untuk menjahili Gale. “Ya tentang bagaimana kau tidak pernah serius dalam banyak hal dan hobi sekali tebar pesona iya kan?”
Gale langsung menggeleng tidak setuju. “Aku lebih tidak percaya fakta bahwa Juno membicarakanku,” balas Gale membuat Tory tidak bisa menhaan tawanya.
“Aku hanya bercanda, Juno tidak berkata seperti itu.” Tory hendak membuka penutup kopinya namun Gale menahan nya sekali lagi.
Tory menoleh kearah Gale dengan bingung.
“Kalau pun Juno berkata seperti itu, aku benar-benar serius denganmu Tory.”
“Maksudnya?”
Gale membuka penutuk kopi Tory yang ternyata diatas kopi itu bertuliskan,
Will you be my moonlight?
***
“Kenapa kau tidak memberitahuku?”
Prim menoleh sedikit heran kearah Juno. Keduanya dalam perjalanan pulang. “Memangnya sejak kapan kau peduli dengan kehidupan percintaan Gale.” Prim terkekeh geli.
“Bukan begitu, hanya saja tadi aku terlihat bingung sendiri dan tidak menyadari semuanya.”
Prim mengangguk paham.
“Kau benar, seharusnya aku memberitahumu, hanya saja Gale memang ingin merahasiakannya terlebih dahulu darimu, aku juga tidak tau kenapa.” Jelas Prim membuat Juno larut dalam pikirannya. Kenapa juga Gale tidak mau Juno tau kalau ia akan menyatakan perasaannya pada Tory?
Tapi…, apakah cewek itu akan menerimanya?
“Juno?”
Juno menoleh dan Prim masih menatap Juno lekat-lekat. “Apa jangan-jangan kau mengkhawatirkan Tory?”
Juno menggeleng pelan dan tetap fokus pada jalanan. “Tidak juga, tapi aku mengkhawatirkan Gale, ia tidak pernah serius dalam menjalin hubungan, kau ingat kan apa yang terjadi pada hubungan terakhir Gale?” Perkataan Juno membuat Prim terdiam sejenak.
“Gale bilang itu hanya salah paham,” ucap Prim langsung.
“Kita tidak pernah tau kebenarannya,” sambung Juno tajam.
Prim menghela nafas panjang. “Kau tidak perlu mengkhawatirkan Gale. Kali ini ia benar-benar serius, ia sendiri yang bilang kepadaku,” jelas Prim yang tidak bisa dibantah oleh Juno lagi. Prim benar. namun entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal di hati Juno. bukankah seharusnya ia juga mendukung sahabatnya itu?
“Kau lapar, bagaimana kalau kita makan dulu sebelum pulang?”
Prim menggeleng. “Aku belum terlalu lapar, tapi aku ingin sekali pergi ke cafe yang selalu kau ceritakan itu,” seru Prim dan Juno mengangguk setuju.
“Baiklah, kalau begitu ayo kita kesana.”
***
“Selamat malam, nanti aku akan menghubungimu.” Gale tersenyum dan mengecup pipi Tory. Ia baru saja mengantarkan Tory sampai di depan apartemennya. Tory tersenyum dan mengangguk sebelum ia masuk dan menutup pintu di belakangnya.
Tory menghela nafas panjang. Ia masih terpikir oleh kejadian beberapa saat lalu, dimana Gale tiba-tiba saja menyatakan perasaannya. Dan konyolnya Tory hanya terdiam cukup lama dengan wajah bingungnya.
“Jadi, bagaimana?” tanya Gale menyadarkan Tory dari lamunannya. “Aku benar-benar menyukaimu Tory, dan aku belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Aku merasa sangat nyaman dan bisa menjadi diriku saat bersamamu. Aku tau ini sangat cepat tapi aku merasa telah mengenalmu cukup lama, dan aku ingin lebih dekat denganmu jadi, apa kau mau berpacaran denganku?” Gale tersenyum lagi, walaupun dalam hati ia merasa sangat gugup apalagi dengan fakta bahwa Tory belum juga memberikan jawaban. Ia sangat takut kalau ia telah merusak hubungan mereka dengan menyatakan perasaanya saat ini.
“Gale, maafkan aku,” jawab Tory pelan.
Gale menahan nafasnya. Ia harus siap dengan jawaban apapun yang diberikan Tory.
“Aku belum bisa memberikan jawabanku sekarang, karena….” Tory terdiam cukup lama memikirkan jawaban yang mungkin tidak akan menyakiti Gale. Sebenarnya ia bukan tidak menyukai Gale. Gale sangat baik padanya dan Tory juga sadar akan hal itu. Hanya saja semuanya terjadi terlalu cepat.
“Mungkin kau bisa memberikan waktu untukku, karena aku juga ingin mengenalmu terlebih dahulu sebelum kita benar-benar menjalin hubungan yang lebih serius? Apa itu tidak apa-apa?”
Gale tersenyum dan mengangguk pelan. “Tentu saja, semua keputusan ada ditanganmu dan aku tidak ingin memaksa aku akan setia menunggumu Tory.” Gale meraih tangan Tory pelan.
Tory lega dengan jawaban Gale, setidaknya ini satu-satunya hal yang bisa ia lakukan untuk Gale.
Tory membuka matanya dan mendapati dirinya kembali di kamar apartemen nya. waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Tory ingin sekali menceritakan semua yang terjadi pada Anna dan Theo namun ia merasa sangat lelah dan langsung ambruk diatas tempat tidur. Tanpa disadari ia pun langsung terlelap tidur.
***