“Ya begitulah, mungkin selama ini semua orang melihatku secara berbeda.” Gale tertawa.
“Itu tidak mungkin benar, kau adalah senior yang paling populer di kampus. Mana mungkin mereka menganggapmu seperti itu.” Tory tidak bisa menyembunyikan senyum gelinya. Saat ini Tory dan Gale memang sedang duduk bersama di cafetaria untuk sarapan bersama.
“Jadi kau juga menganggapku populer?”
Tory hampir saja tersedak saat ia baru meneguk minumannya. “Memangnya sepenting itu pendapatku? Semua orang juga berpikir begitu.”
Gale langsung mengangguk paham. “Oh iya, apa kau senggang siang ini? Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan.”
Tory mengerutkan keningnya heran. “Soal apa?”
“Soal pelajaran tentu saja, memangnya kau berharap apa?” Gale tersenyum nakal membuat Tory spontan langsung meninju kecil bahu cowok itu.
“Tapi kita mengambil pelajaran yang berbeda, aku sama sekali tidak tau apa-apa tentang fotografi.” Tory menjelaskan sambil mengaduk-aduk kopinya.
“Tentu saja bukan soal fotografi, aku hanya ingin meminta pendapatmu mengenai gambar-gambar yang baru kuambil kemarin. Biasanya Juno yang membantuku, hanya saja bocah itu belum juga kembali.” Tory mendongak saat Gale menyebut nama Juno. Mendadak ia teringat pada Juno. Belum sekalipun ia melihat Juno sejak pesta itu dua minggu yang lalu.
“Memangnya Juno belum kembali ke London?” Tory bertanya.
“Setahuku dia belum kembali. Sepertinya ia masih pergi keluar bersama dengan Prim. Kau tau kan bagaimana pasangan itu kalau sudah pergi, tidak akan ada yang bisa memisahkan mereka. Hanya tinggal tunggu waktu sampai acara resmi diadakan,” jelas Gale
Tory sedikit bingung. “Acara resmi?”
Melihat reaksi polos Tory, Gale hanya menatap cewek itu dengan heran. “Jangan bilang kau tidak tau?”
“Tidak tau apa?” Tory semakin penasaran.
“Bocah itu benar-benar pintar menyembunyikan rahasia,” gumam Gale sambil menggelengkan kepala tidak percaya.
“Apa sih yang kau bicarakan?” Tory terlihat tidak sabaran.
“Astaga, memangnya kau nggak tau kalau Juno dan Prim sudah dijodohkan sejak kecil? Kabarnya sebentar lagi mereka juga akan tunangan.”
Tory terdiam cukup lama.
“Hei, kau nggak papa?”
“Jadi mereka akan bertunangan sebentar lagi?” Tory berseru penuh antusias.
“Sebenarnya Juno baru memberitahuku beberapa hari yang lalu. Aku juga cukup kaget karena kau juga tau kalau Juno selalu fokus pada pekerjaanya dan ia sama sekali tidak punya waktu memikirkan pertunangan ini.” Gale meneguk minumannya sedangkan Tory masih mencerna semuanya. Entah mengapa dadanya terasa sedikit sakit mendengar berita ini.
“Tory! Aku mencarimu kemana-mana.” Tiba-tiba saja Emma muncul dan langsung duduk di samping Tory. Gale menyapa Theo yang langsung duduk di sampingnya. Walaupun sudah cukup sering menghabiskan waktu bersama, Theo masih terlihat malu bila duduk di samping Gale.
“Maafkan aku karena telah menculik sahabat kalian kesini,” ucap Gale.
Emma tertawa. “Tidak masalah, ada bagusnya Tory datang pagi-pagi dan sarapan, karena beberapa hari ini ia selalu datang terlambat dan melewatkan sarapan, iya kan Ry?” Emma menyenggol bahu Tory dan Tory hanya mengisyaratkan Emma untuk diam.
“Oh ya? Memangnya kau nggak lapar?”
Tory hendak menjawab pertanyaan Gale namun disela oleh Theo. “Kan biasanya dia sarapan bersama kak Juno-ouch!” Theo meringis kesakitan saat Tory dengan sengaja menendang kaki Theo dari bawah meja. Tory menatap Theo kesal.
Gale hanya menatapnya bingung.
Sebelum Gale bertanya Tory buru-buru menjelaskan. “Hanya satu kali saat kak Juno membantuku dalam proyek kemarin.”
Gale hanya mengangguk pelan walaupun pandangannya jelas-jelas bingung apalagi melihat Theo yang masih memegangi lututnya yang sakit.
“Ah! Kita ada kelas kan pagi ini?” Tory menarik Emma untuk bangkit berdiri.
Kini giliran Emma yang menatap Tory heran. “Kelas? Apa yang-””
“Kalau begitu aku dan Emma pergi dulu ya-”
“Eh Tory tunggu.” Gale menahan pergelangan tangan Tory.“Nanti siang kau mau membantuku kan?”
Tory terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk. Ia pun berlalu bersama Emma meninggalkan Gale dan Theo.
“Temanmu itu aneh sekali.”
Gale kembali duduk dan entah mengapa Theo hanya mengangguk setuju.
***
“Tory! Kenapa kau melamun terus?” Emma melambaikan tangannya tepat di depan wajah Tory, menyadarkan cewek itu dari lamunannya. “Apa kau sakit lagi?” Emma menempelkan telapak tangan di dahi Tory.
“Nggak kok Emma.” Tory mulai membereskan buku-buku nya ke dalam tas.
“Ada apa sih? Aku tau kau sedang memikirkan sesuatu? Ayo cepat beri tahu!” Emma tiba-tiba mengejutkan Tory.
Sebenarnya sepanjang pelajaran ini Tory terus memikirkan perkataan Gale. Bukankah Juno sempat bilang kalau ia dan Prim hanya bersahabat sejak kecil? Tory buru-buru menggelengkan kepalanya membuat Emma sedikit bingung. Tory berusaha menyingkirkan pikiran tidak jelas itu. Lagipula untuk apa ia memikirkannya terus menerus? Memang nya kenapa kalau Juno memang tunangan dengan Prim? Seharusnya Tory bisa melihat hal itu dengan jelas, keduanya sangatlah cocok.
“Nggak papa Emma, ayo kita masih ada kelas kan setelah ini?”
Emma yang masih belum puas dengan jawaban Tory terpaksa bangkit berdiri dan mengikuti Tory.
***