Juno membuka pintu dan mendapati Tory sudah berdiri di hadapannya dengan senyum lebar.
“Selamat pagi!” Tory melambaikan tangannya.
Selama beberapa saat Juno hanya memandangi cewek itu sambil sesekali mengusap matanya. Jam berapa ini? Tanya Juno dalam hati. Sepertinya ia baru saja tidur setelah begadang sampai jam 3 pagi.
“Apa yang kau lakukan disini?”
Tory hanya mengernyitkan dahi mendengar pertanyaan Juno. “Tentu saja membuatkanmu sarapan, kan aku sudah janji,”
Juno menghela nafas panjang. Ternyata karena itu, ia tidak menyangka kalau Tory bersungguh-sungguh akan membuatkannya sarapan.
“Nggak usah, lagi pula ini terlalu pagi tau,”
Tory menatap Juno heran sambil melipat kedua tangannya di dada. “Ini sudah jam 6 pagi tau, dan bukankah kau selalu bangun sepagi ini?”
Juno berpikir sejenak. Ia tidak menyangka kalau Tory sadar kalau ia sering pergi pagi-pagi. Apa jangan-jangan ia selalu membuat suara keras sampai membangunkan cewek itu?
“Baiklah, kau bisa masuk,” Juno membuka pintu sepenuhnya agar Tory bisa masuk.
Saat masuk Tory hampir kena serangan jantung. Bagaimana tidak? Juno hanya mengenakan celana piyamanya dan bertelanjang dada. Menampakan otot-otot yang spontan membuat Tory langsung menutup mata dengan kedua telapak tangannya.
“Astaga! Kenapa kau nggak pakai baju!”
Seruan Tory membuat Juno terkejut namun ia hanya tersenyum geli. “Jangan berlebihan, aku masih pakai celana jadi tenang saja, lagi pula aku benar-benar baru bangun tidur,”
“Kau pakai baju dulu! Baru aku akan masuk!” Tory tetap tidak mau membuka matanya.
Juno hanya mendengus pelan. “Baiklah tunggu sebentar,” Juno menghilang di balik pintu.
Tory menurunkan tangannya secara perlahan. Jujur saja ia masih syok melihat Juno bertelanjang dada. Ia tidak menyangka akan hal itu.
“Masuklah, aku sudah selesai,” Terdengar suara Juno dari dalam dan Tory memutuskan untuk melangkah masuk.
Ini adalah pertama kalinya Tory masuk ke dalam kamar apartemen Juno. Ia cukup terkejut saat melihat ruangan yang cukup berantakan. Ada sebuah sofa berwarna hitam yang tertutup kain putih sebagian. Beberapa kanvas yang tergeletak begitu saja di atas lantai. Selain itu ada banyak bercak cat di lantai. Jendela yang terbuka lebar membuat cahaya matahari pagi masuk dari celah tirai-tirai berwarna hitam. Kamar Juno masih sama seperti pertama kali cowok itu kembali menempatinya. Benar-benar tidak terawat.
Tory berjalan menuju dapur. Dapur nya sangat kosong, hanya ada beberapa peralatan makan yang tergeletak begitu saja di atas meja. Saat membuka kulkas, Tory sudah menduga kalau kulkas itu kosong. Hanya ada dua botol air mineral.
“Aku tidak punya bahan makanan apapun kalau itu yang kau cari,”
Tory hampir melonjak kaget saat mendapati Juno sudah bersandar di dinding dapur. Kali ini ia sudah mengenakan kaos putih polos dengan rambut coklatnya yang sedikit berantakan. Ternyata Juno terlihat sangat menggemaskan dengan penampilan bangun tidur seperti itu. Bisa dibilang ini pertama kalinya Tory melihat Juno tanpa menggunakan mantel yang selalu dikenakannya ke kampus.
“Ada apa?” tanya Juno menyadarkan Tory dari lamunannya.
Cewek itu pun buru-buru menggeleng. “Tidak ada, kenapa kau tidak bilang kalau kau kehabisan bahan makanan? Tau begitu kan aku akan berbelanja dulu,” Tory menutup pintu kulkas namun Juno menahannya. Jantung Tory berdegup kencang. Ini tidak seperti yang dibayangkannya. Tory masih tidak menyangka kalau ia akan melihat Juno sedekat ini. Jantungnya berdegup kencang, dalam hati Tory sampai takut kalau Juno bisa mendengarnya.
“Ya maaf, aku jarang makan di rumah,” Juno meraih botol air mineral dari dalam kulkas dan meneguknya.
Tory mundur beberapa langkah dan mulai melihat sekitar. Ia mulai berpikir bagaimana ia akan membuat sarapan untuk Juno.
“Aku punya beberapa bahan tunggulah sebentar,” Tory mengisyaratkan Juno untuk menunggu selagi ia mengambil beberapa bahan makanan dari kamarnya. Sebenarnya Tory juga tidak punya banyak bahan makanan, hanya ada adonan pancake, beberapa buah, dan juga sebotol susu. Setelah memutuskan untuk membuat apa, Tory membawa bahan-bahan itu ke kamar Juno. Juno tidak terlihat di dapur, mungkin cowok itu sedang mandi.
Tanpa pikir panjang Tory mulai membuat adonan pancake dan memotong buah-buahan. Ia tau kalau makanan ini cukup sederhana dan entah Juno akan menyukainya atau tidak, karena Tory tidak punya pilihan lain. Ia tidak mau mengingkari janjinya walaupun Juno sendiri bilang kalau Tory tidak perlu repot-repot membuatkan nya sarapan setiap pagi. Namun tentu saja Tory tetap ingin melakukannya. Walaupun sebenarnya Tory tidak cukup jago dalam hal memasak, namun membuat pancake bukan masalah buatnya.
Tak lama kemudian Tory sudah selesai membuat pancake. Ia meletakan potongan buah stroberi, blueberry, dan pisang diatasnya. Kemudian Tory juga menuangkan sirup maple dan membuat secangkir kopi. Tory tau kalau Juno selalu minum kopi di pagi hari.
“Pancake?”
“Astaga, bisakah kau tidak terus-terusan mengejutkanku,” Tory mengelus dadanya.
Juno hanya tersenyum kecil sambil mengusapkan handuk di rambutnya yang basah. Tory bisa mencium aroma citrus dan marine dari tubuh Juno, menandakan cowok itu baru saja selesai mandi.
Juno duduk di meja makan, ia mulai memperhatikan pancake yang dibuat oleh Tory.
“Seriously? Kalau ini aku bisa membuatnya sendiri,” gumam Juno membuat Tory sedikit kesal mendengarnya.
“Yah, aku bisa membuatkan yang lain nya kalau saja kau punya bahan makanan yang lebih bervariasi,” ujar Tory yang sedikit tersinggung, karena bahan makanan ini juga berasal dari miliknya sendiri.
Tanpa pikir panjang Juno memotong pancake dan memakannya. Dalam hati Tory ragu kalau Juno akan menyukainya. Juno menutup matanya dan ia mengunyah pancake itu dengan susah payah.
“Hah? Memangnya nggak enak?!”
“Manis sekali,” ucap Juno membuat Tory tidak percaya dan langsung ikut duduk di meja makan dan mencoba pancake itu. Dan ternyata Juno benar, pancake itu rasanya manis sekali!
“Bagaimana? Aku tidak salah kan?” tanya Juno sedangkan Tory mau tidak-mau hanya mengangguk pelan, walaupun ia cukup malu.
Kemudian Juno menyeduh kopi yang sudah di buat Tory. “Yang ini lumayan,”
“Aku menambahkan susu, kau suka susu kan?” ujar Tory tanpa bisa menyembunyikan kekurangannya. Setidaknya kopi buatannya tidak terlalu buruk.
“Aku tidak bisa protes, lagipula kau bekerja di Olivier,” Juno kembali menyeduh kopi itu.
Tory menghela nafas lega. “Nanti aku akan berbelanja, jadi besok aku bisa membuatkan sarapan yang lebih layak,”
Juno menoleh sekilas ke arahnya. “Tidak usah,”
“Tidak bisa begitu Juno, kan aku sudah janji,” bantah Tory seperti dugaan Juno. Cewek ini cukup keras kepala.
“Baiklah…, tapi aku tidak mau makan pancake seperti ini lagi,” Juno bangkit berdiri lalu masuk ke kamarnya.
Tory cukup terkejut melihat Juno yang pergi begitu saja? Sungguh? Tidak ada ucapan terima kasih? Tory juga tau kalau pancake buatannya gagal, tapi tidak bisakah cowok itu sedikit menghargainya? Sepertinya pancake ini tidak seburuk itu. Sekali lagi Tory mencicipi pancake buatannya, rasanya tidak terlalu manis bila dimakan dengan buah-buahannya.
“Ayo, kau belum sarapan kan?” Juno mengambilkan mantel Tory, ia sendiri juga sudah mengenakan mantel hitam yang biasa di kenakannya. Tory bangkit berdiri sudah siap melontarkan pertanyaan tepat saat Juno mengisyaratkan Tory untuk diam.
“Hari ini aku yang akan mengajakmu sarapan, mulai besok semuanya kuserahkan padamu,” Juno mengisyaratkan Tory untuk mengikutinya keluar.
Tory tidak punya pilihan untuk mengikuti Juno turun ke bawah. Juno berjalan ke arah mobilnya, Tory masuk di kursi penumpang dan mobil melaju cepat.
***
Juno mulai menyalakan radio yang melantunkan beberapa lagu Every Breath You Take-The Police.
“Kita mau kemana?” tanya Tory dan Juno hanya menoleh sekilas ke arah cewek itu tanpa menjawab. Tory mendengus kesal sambil melipat tangannya di dada.
“Memangnya pancake buatanku seburuk itu sampai kau tidak mau menghabiskannya?” tanya Tory yang sebenarnya sedikit kesal.
“Kau mau jawaban panjang atau singkat?” Pertanyaan Juno membuat Tory berpikir sejenak.
“Panjang?”
“Anggap saja ini masih hari pertama, jadi aku yang akan mengajakmu sarapan lagipula aku juga tidak punya bahan makanan yang bisa kau gunakan, jadi sebagian memang kesalahanku,” jelas Juno dan Tory hanya mengangguk angguk sambil masih memperhatikan jalanan London yang mulai ramai di pagi hari.
“Kalau jawaban singkat?”
Juno menoleh ke arah Tory dan menatapnya selama beberapa saat sebelum kembali fokus ke jalanan. “Pancake-mu rasanya buruk sekali,”
Tory langsung melotot ke arah cowok itu. Rasanya ia ingin protes namun tidak bisa karena Juno juga tidak salah.
“Baiklah…, kau benar untuk yang satu ini,” gumam Tory sedangkan Juno hanya tertawa geli.
Tory menoleh untuk memperhatikan cowok itu. Sebenarnya ia jarang sekali melihat Juno tertawa seperti ini. Biasanya cowok itu hanya diam tanpa ekspresi apalagi saat menjadi tutor. Juno bisa jadi sangat tegas dan kritik pedas tidak akan ia tahan. Jadi sebenarnya Tory mulai terbiasa dengan kritik terang-terangan Juno yang kadang cukup menyakitkan.
“Kita sudah sampai,”
Juno menepikan mobil di salah satu jalanan. Tory pun langsung keluar dari mobil. Sebenarnya ia belum pernah melewati jalanan ini. Mereka tiba di depan sebuah cafe kecil bernama Kingsley’s.
Juno memutuskan duduk di luar. Tory bisa melihat taman kota yang tidak jauh dari cafe ini dipenuhi oleh banyak orang yang berlalu lalang. Terlihat orang-orang yang berjalan di trotoar, menunggu bus, membaca koran di bangku taman dan masih banyak lagi. Cafe ini juga cukup ramai, dan sepertinya cafe ini juga cukup terkenal dengan menu sarapannya. Sejak pindah ke London, Tory memang belum pernah mengunjungi cafe sarapan di London yang terkenal dengan English Breakfast nya.
Seorang pelayan datang ke meja mereka. “Dua English Breakfast dan dua teh,” ucap Juno tanpa perlu repot-repot menanyakan pesanan Tory. Pelayan itu mengangguk paham dan kembali masuk ke dalam cafe.
“Kau sering kesini?”
Juno menggeleng. “Tidak juga, hanya beberapa kali kalau sempat,”
Tory masih melihat sekitar. Daerah jalanan ini memang cukup ramai, ia bisa melihat banyak cafe yang ada di sekitarnya. Dalam hati Tory ingin sekali mencoba satu persatu cafe yang terlihat sangat menarik. Tak jauh dari situ ada juga toko bunga dan juga toko kue yang sangat lezat.
“Jadi, bagaimana dengan lukisanmu? Yang kemarin sudah selesai kau kerjakan?” Juno menyadarkan Tory dari lamunannya.
“Ah, tinggal sedikit, nanti aku akan menunjukkannya,”
Juno cukup terkejut. “Oh ya? Cepat sekali? Kau tidak begadang mengerjakannya kan?”
Tory berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Juno. Sebenarnya ia memang pulang larut malam semalam untuk menyelesaikannya di kampus, namun sebagai jawaban Tory hanya mengibaskan tangannya. “Tidak, kemarin aku pulang jam 5 sore,”
Juno masih menatap Tory curiga, entah mengapa ia tau kalau cewek itu berbohong, namun disaat yang bersamaan pelayan datang membawa pesanan mereka.
Tory tidak bisa tidak kaget saat melihat sepiring besar penuh dengan makanan. Ada telur setengah matang, sosis, daging asap, kentang goreng, kacang panggang, roti panggang, dan juga teh yang masih mengepul. Benar-benar tipikal sarapan orang Inggris.
“Kenapa? Kau tidak biasa sarapan seperti ini? Jangan bilang kau selalu makan pancake itu setiap pagi,”
Sebenarnya tidak ada yang salah dari kata-kata Juno, bahkan Tory cukup heran bagaimana Juno tau akan hal itu? Tory memang jarang sarapan, ia selalu membuat pancake atau kalau malas ia hanya memakan apel dan juga segelas susu.
“Tidak juga…, hanya saja aku jarang makan sebanyak ini,” komentar Tory walaupun sebenarnya sarapan yang ada di depannya sangat menggiurkan, mendadak perutnya juga langsung keroncongan.
“Aku tau, tipikal orang Amerika…, tapi kau harus mencobanya, percayalah ini adalah cafe dengan menu sarapan terbaik di London,” penjelasan Juno membuat Tory semakin penasaran. Tanpa pikir panjang Tory mencoba beberapa jenis makanan yang ada di hadapannya. Saat mencoba daging panggang, Tory tidak bisa menyembunyikan ekspresi kagumnya. Juno tidak bohong, daging ini adalah daging terlezat yang pernah Tory makan. Kemudian Tory mencoba makanan yang lainnya, Juno juga mulai makan.
“Astaga! Ini enak sekali!” seru Tory tanpa ragu-ragu mencoba semuanya. Bahkan saking tidak sabarnya, Tory sampai tersedak dan langsung meminum tehnya.
“Pelan-pelan, mereka tidak memberimu waktu untuk menghabiskannya,” ujar Juno.
Tory hanya meringis malu. “Maaf…,”
“Ini baru namanya sarapa Tory…,” ucap Juno geli.
Tory melirik ke arah cowok itu sedikit kesal. “Ya maaf…, nanti aku akan coba membuat yang sama seperti ini,” Tory mulai memperhatikan setiap makanan yang ada di piringnya. Tentu saja Tory ragu kalau ia bisa membuat yang seperti ini, apalagi se-lezat ini.
“Pikirkan hal itu nanti, sekarang habiskan dulu makananmu, bukankah kau sendiri yang bilang kalau sarapan yang cukup itu penting?” tanya Juno dan sekali lagi Tory hanya meringis malu dan mengangguk. Lagi-lagi Juno benar dengan kata-katanya.
“Sepertinya kau tau banyak tempat dengan makanan yang lezat di sekitar sini,” komentar Tory.
Juno hanya mengangkat bahunya. “Tidak juga, tapi kalau boleh bilang aku memang suka mencoba banyak makanan di berbagai tempat baru,” jelas Juno.
“Apa karena itu kau suka pergi ke luar kota? Kau suka mencoba kuliner baru?” tanya Tory penasaran.
Juno menggeleng. “Kalau keluar London biasanya aku hanya mengunjungi beberapa museum dan juga galeri, aku jarang sekali pergi untuk makan,”
Tory mengangguk paham.
Kemudian Juno meminta segelas susu pada pelayan. Tak lama kemudian pelayan itu membawanya.
“Tunggu dulu,” Juno menghentikan Tory yang hendak meminum tehnya. Juno memasukan sedikit susu ke dalam teh. Tanpa pikir panjang Tory langsung meminumnya, karena ia tau kalau Juno tau apa yang dia lakukan. Dan benar saja, teh itu sangat harum dan enak sekali. Mata Tory berbinar lebar saat ia menghabiskan tehnya.
“Enak sekali!” Seru Tory girang.
“Itu cara terbaik untuk meminum teh disini,” jelas Juno.
“Tentu saja, tidak diragukan lagi,” ucap Tory geli sambil tersenyum ke arah Juno.
Juno tertegun melihat senyuman Tory. Namun cowok itu langsung mengeluarkan beberapa lembar uang dan menaruhnya di atas meja lalu mengisyaratkan Tory untuk beranjak. Tory sedikit terkejut karena mereka akan pergi secepat ini. Namun di luar dugaan Juno tidak berjalan ke arah mobilnya melainkan ke arah taman kota. Tanpa banyak tanya Tory langsung mengikuti cowok itu. Mereka berjalan ke tengah taman. Disana ada banyak burung merpati dan ada sekumpulan orang yang memainkan alat musik jazz.
“Hari ini kau ada kelas?”
“Eh, ada tapi nanti siang,” jawab Tory langsung.
Kemudian Juno tidak bertanya lagi. Mereka berdua mulai menikmati penampilan jazz itu. Sesekali Juno juga membicarakan banyak hal pada Tory. Mereka berjalan mengitari taman. Juno juga mengajak Tory berbelanja karena cewek itu bilang kalau ia tetap ingin mencoba membuat menu sarapan yang akan disukai Juno untuk esok harinya. Sampai matahari benar-benar menunjukkan waktu tengah hari, Juno mengantar Tory pulang karena Tory harus bersiap ke kampus sedangkan Juno bilang ia ada urusan mendadak yang lain.
Sampai di kamarnya, Tory mulai menata bahan-bahan makanan di kulkas dan bersiap untuk ke kampus. Sejujurnya ia cukup senang menghabiskan waktu bersama Juno. Cowok itu sangat baik, dan ia hanya bisa bersyukur akan hal itu.
***