Read More >>"> Bittersweet My Betty La Fea (BAB 13 MATEMATIKA DAN BAHASA) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bittersweet My Betty La Fea
MENU
About Us  

"Kita harus sadar bahwa kita bukan pusat dunia, bisa menuntut semua orang melakukan apa yang kita inginkan," sindir  Mamahku saat aku dan keluargaku sarapan.

            Sepertinya kalimat itu ditujukan untuk Ayahku yang terkadang membuat Mamah jengkel terutama di pagi hari. Ayah sering kali lupa menaruh barang atau dokumen apapun yang akan dibawanya ke kantor.

            Tentunya Mamah adalah orang yang paling direpotkan untuk mencari barang yang dimaksud. Hebatnya Mama selalu berhasil menemukan apa saja yang tengah dicari ayah.

            Kemungkinan pagi ini Mamah sedang sangat repot dan lelah. Sehingga, Ia kewalahan dalam mengurus kami dan masih mencari barang ayah.   

            Apalagi nanti malam, rumah kami akan dijadikan tempat arisan Ibu-ibu di lingkungan RT.

            Aku hampir tak pernah melihat Ayah dan Mamahku saling bertengkar. Hanya sesekali mereka saling menyindir atau tak banyak bicara saat 'perang dingin' berlangsung.

            Berbanding terbalik dengan Mamaku, hari ini aku merasa senang. Aku tak sabar untuk ke sekolah dan bertemu Bobby lagi.

            Aku datang cukup pagi ke sekolah. Aku bahkan berangkat paling di kelasku pagi itu.

Diam-diam aku menunggu kedatangan Bobby, aku tak sabar untuk kembali bercengkrama dengannya seperti sebelumnya.

            "Yah itu dia," batinku saat dia melewati pintu kelas.

            Kulempar senyum termanisku dan kusapa Bobby dengan keceriaan dibuat-buat.

            “Hai Bob,” seruku

            "Hei," ujar Bobby menoleh sebentar kemeudian langsung menuju bangkunya.

            “Oh okey,” bingung untuk bereaksi lebih jauh.

            Akupun juga tak akan berani untuk mendekati bangkunya di belakang yang dikelilingi oleh gerombolan anak laki-laki.

            Tak jauh berbeda dengan sikap Bobby dipagi hari, ia  sepertinya cuek denganku. Jika biasanya Bobby menggangguku atau sekedar menyapaku, kini ia bersikap sama saat aku belum terlalu mengenalnya.

            Ia bahkan seperti pura-pura tidak melihatku saat kami berpapasan di kantin Mbok Sar.

            "Kring...kring," bunyi lonceng tanda istirahat berakhir.

            Anak-anak masuk ke kelas kembali dan bersiap untuk pelajaran Matematika dari Bu Lastri.

            Seperti biasa, saat pelajaran Bu Lastri berlangsung, anak-anak cowok yang dulu sempat berbuat gaduh harus duduk satu meja dengan anak-anak cewek.

            Seperti biasa, aku kembali duduk dengan Sean. Jika biasanya Bobby duduk dengan Leila pada saat pelajaran Bu Lastri, kini ia duduk bersama dengan Mika.

            Leila kebetulan hari ini sakit hingga Mika menempati bangku tersebut.

            "Anak-anak kalian coba kerjakan 5 soal di lks halaman 23," suruh Bu Lastri.

            "Kemarin sudah aku jelaskan kan? Coba latihan soal dulu, nanti aku panggil ke depan," tambahnya.

            Aku lantas membuka LKS dan mulai mengerjakan latihan soal Trigonometri.

            Aku sebenarnya tidak terlalu paham dengan pelajaran ini. Tanya dengan Sean di sampingku juga sama saja. Dia malah menunggu jawaban dariku.

            Kemudian, perhatianku teralihkan pada Bobby yang kini semeja dengan Mika. Sejak dia marah dan mengungkapkan jatuh cinta padaku, aku malah terus memikirnya.

            Ku lihat Bobby mengobrol akrab dengan Mika. Mereka serius membahas sesuatu di dalam buku catatan Mika.

            Aku menduga, Mika sedang membantu Bobby mengerjakan LKS. Mika tampak fasih menjelaskan sedangkan Bobby mendengarkannya dengan serius.

            Saat aku sibuk melihat mereka berdua, Sean yang berada di sampingku tiba-tiba saja mengagetkanku.

            "Heh, enggak usah cemburu," kata Sean.

            "Apaan woy," balasku.

            "Alah kamu liatin Bobby kan. Nanti aku sampein ke doi," jawab Sean.

            "Ssst diam," ujarku.

            Kembali fokus ke Matematika, aku yang agak kesulitan dengan latihan soal ini lalu bertanya dengan Fatia yang duduk berada di belakangku.

Entah Fatia menjelaskan terlalu cepat atau akunya yang memang lola (loading lama) aku merasa hanya paham sedikit saja, sangat sedikit kurasa.

            Sejujurnya, aku juga tidak bisa tidak melihat keakraban Bobby dan Mika.        Baru hari ini mereka duduk semeja, namun sudah langsung akrab layaknya sudah kenal bertahun-tahun.

            "Sejak kapan mereka jadi akrab begitu," dengusku.

            Setengah jam kemudian, Bu Lastri lantas menyuruh murid yang mau mengerjakan latihan soal nomor 1 ke papan tulis.

            "Saya Bu," ujar Sarah lalu maju ke depan.

            Dengan cepat ia mengerjakankan soal itu di papan tulis. Meski aku saat ini sudah tak saling bicara dengan Sarah, aku sebenarnya kagum dengannya.

Dia merupakan sosok yang percaya diri. Berbeda denganku, aku sering kali merasa canggung tiap kali maju maupun berbicara di depan kelas.

            "Iya bagus Sarah, benar sekali," puji Bu Lastri.

            "Siapa lagi yang mau maju ke depan?," tawar Guru 40 tahunan itu.

            Keadaan berubah sunyi, beberapa anak bahkan pura-pura mengalihkan dan menghindari pandangan dari Bu Lastri.  Setelah beberapa menit, Bu Lastri mengancam akan memilih langsung siapa yang harus maju ke depan.

            "Oke karena tidak ada yang maju ke depan, terpaksa aku yang akan memilih langsung," kata Bu Lastri.

            "Mungkin dua anak sekalian ya biar mempersingkat waktu," lanjutnya

            Aku cukup takut ditunjuk. Apalagi aku baru menyelesaikan tiga soal saja. Itupun aku tidak yakin benar atau salah.

            "Ayo Erin dan Sean," seru Bu Lastri menunjukku dan Sean.

            Awalnya aku ragu mau berdiri namun mau tak mau harus maju ke depan. Aku kebagian mengerjakan nomor dua dan Sean nomor tiga.

            Benar saja, jawabanku dan Sean salah. Bu Lastri menyebut, cara mengerjakannya sebenarnya sudah benar dan sesuai tapi hasilnya agak meleset.

            "Lumayan," batinku.

            Saat hendak kembali ke kursi, Bu Lastri sempat melihat buku tulisku dan Sean. Ia merasa apa yang dikerjakan Sean plek-ketiplek dengan punyaku.

            Bu Lastri curiga Sean mencontek punyaku walaupun itu memang benar. Lalu, Bu Lastri menanyai lebih detail pekerjaan Sean.

            Tentunya, Sean tidak bisa menjawab apa-apa. Cowok bergigi putih bersih itu ya setidaknya itu yang aku lihat, kelimpungan dan hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya.

            Begitu juga aku yang telah mencontekan jawabanku yang salah itu kepada Sean.

            "Maaf Bu, soalnya aku kira ini cuma latihan jadi bisa mengerjakan bersama," ujarku

            "Benar ini cuma latihan, tapi bukan berarti kamu contekin pekerjaanmu begitu aja ke teman, jawabanmu salah, dia juga salah," kata Bu Lastri padaku.

            "Kamu juga, mbok ya ada usaha buat ngerti. Jangan cuma nyontek, kalau nggak bisa ngomong, diskusi," ujarnya pada Sean.

            "Ya sudah balik ke kursi. Aku pokoknya enggak mau tahu, minggu depan tes semua harus bisa, yang nyontek pokoknya kelihatan," kata Bu Lastri pada semua anak.

            Kemudian, aku dan Sean kembali ke kursi kami masing-masing. Aku cukup malu dengan kejadian ini, apalagi dilihat oleh Bobby.

            Selam ini Bobby selalu mengira dan menganggapku pandai dalam semua pelajaran. Kenyataannya, aku lemah dalam pelajaran Matematika.

            Lalu, Bu Lastri memilih Bobby maju ke depan. Bobby langsung menuliskan kerjaannya di papan tulis dengan lancar. Saat ditanya Bu Lastri, Bobby juga cukup bagus menjelaskannnya.

            "Yap, betul bagus Bobby. Ya begini mengerjakan juga tahu caranya. Dapat A bagaimana, dapat B bagaimana," puji Bu Lastri.

            Kemudian, Bobby dipersilakan duduk kembali. Ku lihat raut mukanya yang semringah dan bangga.

            "Makasih ya Mik diajarin," ujar Bobby pada Mika.

            Melihat momen itu rasanya membuatku benar-benar tidak nyaman. Aku sudah tahu dan hafal bahwa Mika memang jago dalam matematika.

Kali ini, aku merasa cukup iri padanya. Padahal sebelumnya, aku selalu merasa biasa saja.

            "Hebat ya bisa matematika, enggak kayak aku. Mika memang tidak terlalu jago dalam pelajaran bahasa namun rasanya tidak seburuk aku dalam pelajaran Matematika," kataku dalam hati.

            Sementara itu, tes semester satu akan dilaksanakan dalam seminggu lagi. Aku malah tidak benar-benar bisa 100 persen fokus dalam pelajaran.        

Rasanya sangat berat untuk mempertahankan juara kelas.             Aku menebak, bisa saja kali ini Mika atau Sarah yang menjadi rangking 1.

            Meski mereka tidak terlalu pandai dalam pelajaran Bahasa, namun Mika dan Sarah terlihat berusaha keras untuk mendapat nilai yang bagus dalam semua pelajaran. Usaha keras mereka untuk bisa menguasai pelajaran bahasa juga mulai terlihat.

            Mika dan Sarah mendapat nilai-nilai yang cukup bagus saat kelas Bahasa. Sedangkan, aku masih saja mendapat nilai buruk dalam Matematika.

            Tidak bisa dibilang buruk sekali, tapi aku tidak jarang mendapat nilai minimal. Inilah beberapa alasan aku yakin posisiku jadi jawara kelas tergeser.

            Keadaan makin parah ketika pikiranku tak bisa jauh dari Bobby, seperti air keran yang memenuhi ember tapi empunya ember tak kunjung sadar air sudah tumpah ke mana-mana.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Just For You
3303      1375     1     
Romance
Terima kasih karena kamu sudah membuat hidupku menjadi lebih berarti. (Revaldo) *** Mendapatkan hal yang kita inginkan memang tidak semudah membalik telapak tangan, mungkin itu yang dirasakan Valdo saat ingin mendapatkan hati seorang gadis cantik bernama Vero. Namun karena sesuatu membuatnya harus merelakan apa yang selama ini dia usahakan dan berhasil dia dapatkan dengan tidak mudah. karen...
The Maiden from Doomsday
9424      1920     600     
Fantasy
Hal yang seorang buruh kasar mendapati pesawat kertas yang terus mengikutinya. Setiap kali ia mengambil pesawat kertas itu isinya selalu sama. Sebuah tulisan entah dari siapa yang berisi kata-kata rindu padanya. Ia yakin itu hanya keisengan orang. Sampai ia menemukan tulisan tetangganya yang persis dengan yang ada di surat. Tetangganya, Milly, malah menyalahkan dirinya yang mengirimi surat cin...
Alice #1: The Rose Tragedy
75      61     1     
Fantasy
Rosalina Avery, dikenal sebagai Rosalina, adalah seorang wanita berumur 30 tahun. Perusahaan manganya mulai bangkrut, hidupnya berantakan, dan kedua anaknya hilang. Ditengah keputusasaannya, dia mendapatkan sebuah undangan. Undangan untuk memasuki dunia Wonderland bertemu dengan Ratu Hati. Dikira sebagai lelucon menggelikan, dibuangnya undangan itu. Ketika dia sadar, Rosalina telah memasuki d...
Story of time
1828      714     2     
Romance
kau dan semua omong kosong tentang cinta adalah alasan untuk ku bertahan. . untuk semua hal yang pernah kita lakukan bersama, aku tidak akan melepaskan mu dengan mudah. . .
#SedikitCemasBanyakRindunya
2782      1010     0     
Romance
Sebuah novel fiksi yang terinspirasi dari 4 lagu band "Payung Teduh"; Menuju Senja, Perempuan Yang Sedang dalam Pelukan, Resah dan Berdua Saja.
Memoreset (Segera Terbit)
2906      1115     2     
Romance
Memoreset adalah sebuah cara agar seluruh ingatan buruk manusia dihilangkan. Melalui Memoreset inilah seorang gadis 15 tahun bernama Nita memberanikan diri untuk kabur dari masa-masa kelamnya, hingga ia tidak sadar melupakan sosok laki-laki bernama Fathir yang menyayanginya. Lalu, setelah sepuluh tahun berlalu dan mereka dipertemukan lagi, apakah yang akan dilakukan keduanya? Akankah Fathir t...
Tanpa Kamu, Aku Bisa Apa?
53      43     0     
Romance
Tidak ada yang pernah tahu bahwa pertemuan Anne dan Izyan hari itu adalah hal yang terbaik bagi kehidupan mereka berdua. Anne tak pernah menyangka bahwa ia akan bersama dengan seorang manager band indie dan merubah kehidupannya yang selalu menyendiri menjadi penuh warna. Sebuah rumah sederhana milik Anne menjadi saksi tangis dan canda mereka untuk merintis 'Karya Tuhan' hingga sukses mendunia. ...
DI ANTARA DOEA HATI
654      304     1     
Romance
Setelah peristiwa penembakan yang menewaskan Sang mantan kekasih, membuat Kanaya Larasati diliputi kecemasan. Bayang-bayang masa lalu terus menghantuinya. "Siapapun yang akan menjadi pasanganmu akan berakgir tragis," ucap seorang cenayang. Hal tersebut membuat sahabat kecilnya Reyhan, seorang perwira tinggi Angkatan Darat begitu mengkhawatirkannya. Dia berencana untuk menikahi gadis itu. Disaa...
Wannable's Dream
31947      4614     42     
Fan Fiction
Steffania Chriestina Riccy atau biasa dipanggil Cicy, seorang gadis beruntung yang sangat menyukai K-Pop dan segala hal tentang Wanna One. Dia mencintai 2 orang pria sekaligus selama hidup nya. Yang satu adalah cinta masa depan nya sedangkan yang satunya adalah cinta masa lalu yang menjadi kenangan sampai saat ini. Chanu (Macan Unyu) adalah panggilan untuk Cinta masa lalu nya, seorang laki-laki b...
Search My Couple
485      260     5     
Short Story
Gadis itu menangis dibawah karangan bunga dengan gaun putih panjangnya yang menjuntai ke tanah. Dimana pengantin lelakinya? Nyatanya pengantin lelakinya pergi ke pesta pernikahan orang lain sebagai pengantin. Aku akan pergi untuk kembali dan membuat hidupmu tidak akan tenang Daniel, ingat itu dalam benakmu---Siska Filyasa Handini.