Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bittersweet My Betty La Fea
MENU
About Us  

"Kita harus sadar bahwa kita bukan pusat dunia, bisa menuntut semua orang melakukan apa yang kita inginkan," sindir  Mamahku saat aku dan keluargaku sarapan.

            Sepertinya kalimat itu ditujukan untuk Ayahku yang terkadang membuat Mamah jengkel terutama di pagi hari. Ayah sering kali lupa menaruh barang atau dokumen apapun yang akan dibawanya ke kantor.

            Tentunya Mamah adalah orang yang paling direpotkan untuk mencari barang yang dimaksud. Hebatnya Mama selalu berhasil menemukan apa saja yang tengah dicari ayah.

            Kemungkinan pagi ini Mamah sedang sangat repot dan lelah. Sehingga, Ia kewalahan dalam mengurus kami dan masih mencari barang ayah.   

            Apalagi nanti malam, rumah kami akan dijadikan tempat arisan Ibu-ibu di lingkungan RT.

            Aku hampir tak pernah melihat Ayah dan Mamahku saling bertengkar. Hanya sesekali mereka saling menyindir atau tak banyak bicara saat 'perang dingin' berlangsung.

            Berbanding terbalik dengan Mamaku, hari ini aku merasa senang. Aku tak sabar untuk ke sekolah dan bertemu Bobby lagi.

            Aku datang cukup pagi ke sekolah. Aku bahkan berangkat paling di kelasku pagi itu.

Diam-diam aku menunggu kedatangan Bobby, aku tak sabar untuk kembali bercengkrama dengannya seperti sebelumnya.

            "Yah itu dia," batinku saat dia melewati pintu kelas.

            Kulempar senyum termanisku dan kusapa Bobby dengan keceriaan dibuat-buat.

            “Hai Bob,” seruku

            "Hei," ujar Bobby menoleh sebentar kemeudian langsung menuju bangkunya.

            “Oh okey,” bingung untuk bereaksi lebih jauh.

            Akupun juga tak akan berani untuk mendekati bangkunya di belakang yang dikelilingi oleh gerombolan anak laki-laki.

            Tak jauh berbeda dengan sikap Bobby dipagi hari, ia  sepertinya cuek denganku. Jika biasanya Bobby menggangguku atau sekedar menyapaku, kini ia bersikap sama saat aku belum terlalu mengenalnya.

            Ia bahkan seperti pura-pura tidak melihatku saat kami berpapasan di kantin Mbok Sar.

            "Kring...kring," bunyi lonceng tanda istirahat berakhir.

            Anak-anak masuk ke kelas kembali dan bersiap untuk pelajaran Matematika dari Bu Lastri.

            Seperti biasa, saat pelajaran Bu Lastri berlangsung, anak-anak cowok yang dulu sempat berbuat gaduh harus duduk satu meja dengan anak-anak cewek.

            Seperti biasa, aku kembali duduk dengan Sean. Jika biasanya Bobby duduk dengan Leila pada saat pelajaran Bu Lastri, kini ia duduk bersama dengan Mika.

            Leila kebetulan hari ini sakit hingga Mika menempati bangku tersebut.

            "Anak-anak kalian coba kerjakan 5 soal di lks halaman 23," suruh Bu Lastri.

            "Kemarin sudah aku jelaskan kan? Coba latihan soal dulu, nanti aku panggil ke depan," tambahnya.

            Aku lantas membuka LKS dan mulai mengerjakan latihan soal Trigonometri.

            Aku sebenarnya tidak terlalu paham dengan pelajaran ini. Tanya dengan Sean di sampingku juga sama saja. Dia malah menunggu jawaban dariku.

            Kemudian, perhatianku teralihkan pada Bobby yang kini semeja dengan Mika. Sejak dia marah dan mengungkapkan jatuh cinta padaku, aku malah terus memikirnya.

            Ku lihat Bobby mengobrol akrab dengan Mika. Mereka serius membahas sesuatu di dalam buku catatan Mika.

            Aku menduga, Mika sedang membantu Bobby mengerjakan LKS. Mika tampak fasih menjelaskan sedangkan Bobby mendengarkannya dengan serius.

            Saat aku sibuk melihat mereka berdua, Sean yang berada di sampingku tiba-tiba saja mengagetkanku.

            "Heh, enggak usah cemburu," kata Sean.

            "Apaan woy," balasku.

            "Alah kamu liatin Bobby kan. Nanti aku sampein ke doi," jawab Sean.

            "Ssst diam," ujarku.

            Kembali fokus ke Matematika, aku yang agak kesulitan dengan latihan soal ini lalu bertanya dengan Fatia yang duduk berada di belakangku.

Entah Fatia menjelaskan terlalu cepat atau akunya yang memang lola (loading lama) aku merasa hanya paham sedikit saja, sangat sedikit kurasa.

            Sejujurnya, aku juga tidak bisa tidak melihat keakraban Bobby dan Mika.        Baru hari ini mereka duduk semeja, namun sudah langsung akrab layaknya sudah kenal bertahun-tahun.

            "Sejak kapan mereka jadi akrab begitu," dengusku.

            Setengah jam kemudian, Bu Lastri lantas menyuruh murid yang mau mengerjakan latihan soal nomor 1 ke papan tulis.

            "Saya Bu," ujar Sarah lalu maju ke depan.

            Dengan cepat ia mengerjakankan soal itu di papan tulis. Meski aku saat ini sudah tak saling bicara dengan Sarah, aku sebenarnya kagum dengannya.

Dia merupakan sosok yang percaya diri. Berbeda denganku, aku sering kali merasa canggung tiap kali maju maupun berbicara di depan kelas.

            "Iya bagus Sarah, benar sekali," puji Bu Lastri.

            "Siapa lagi yang mau maju ke depan?," tawar Guru 40 tahunan itu.

            Keadaan berubah sunyi, beberapa anak bahkan pura-pura mengalihkan dan menghindari pandangan dari Bu Lastri.  Setelah beberapa menit, Bu Lastri mengancam akan memilih langsung siapa yang harus maju ke depan.

            "Oke karena tidak ada yang maju ke depan, terpaksa aku yang akan memilih langsung," kata Bu Lastri.

            "Mungkin dua anak sekalian ya biar mempersingkat waktu," lanjutnya

            Aku cukup takut ditunjuk. Apalagi aku baru menyelesaikan tiga soal saja. Itupun aku tidak yakin benar atau salah.

            "Ayo Erin dan Sean," seru Bu Lastri menunjukku dan Sean.

            Awalnya aku ragu mau berdiri namun mau tak mau harus maju ke depan. Aku kebagian mengerjakan nomor dua dan Sean nomor tiga.

            Benar saja, jawabanku dan Sean salah. Bu Lastri menyebut, cara mengerjakannya sebenarnya sudah benar dan sesuai tapi hasilnya agak meleset.

            "Lumayan," batinku.

            Saat hendak kembali ke kursi, Bu Lastri sempat melihat buku tulisku dan Sean. Ia merasa apa yang dikerjakan Sean plek-ketiplek dengan punyaku.

            Bu Lastri curiga Sean mencontek punyaku walaupun itu memang benar. Lalu, Bu Lastri menanyai lebih detail pekerjaan Sean.

            Tentunya, Sean tidak bisa menjawab apa-apa. Cowok bergigi putih bersih itu ya setidaknya itu yang aku lihat, kelimpungan dan hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya.

            Begitu juga aku yang telah mencontekan jawabanku yang salah itu kepada Sean.

            "Maaf Bu, soalnya aku kira ini cuma latihan jadi bisa mengerjakan bersama," ujarku

            "Benar ini cuma latihan, tapi bukan berarti kamu contekin pekerjaanmu begitu aja ke teman, jawabanmu salah, dia juga salah," kata Bu Lastri padaku.

            "Kamu juga, mbok ya ada usaha buat ngerti. Jangan cuma nyontek, kalau nggak bisa ngomong, diskusi," ujarnya pada Sean.

            "Ya sudah balik ke kursi. Aku pokoknya enggak mau tahu, minggu depan tes semua harus bisa, yang nyontek pokoknya kelihatan," kata Bu Lastri pada semua anak.

            Kemudian, aku dan Sean kembali ke kursi kami masing-masing. Aku cukup malu dengan kejadian ini, apalagi dilihat oleh Bobby.

            Selam ini Bobby selalu mengira dan menganggapku pandai dalam semua pelajaran. Kenyataannya, aku lemah dalam pelajaran Matematika.

            Lalu, Bu Lastri memilih Bobby maju ke depan. Bobby langsung menuliskan kerjaannya di papan tulis dengan lancar. Saat ditanya Bu Lastri, Bobby juga cukup bagus menjelaskannnya.

            "Yap, betul bagus Bobby. Ya begini mengerjakan juga tahu caranya. Dapat A bagaimana, dapat B bagaimana," puji Bu Lastri.

            Kemudian, Bobby dipersilakan duduk kembali. Ku lihat raut mukanya yang semringah dan bangga.

            "Makasih ya Mik diajarin," ujar Bobby pada Mika.

            Melihat momen itu rasanya membuatku benar-benar tidak nyaman. Aku sudah tahu dan hafal bahwa Mika memang jago dalam matematika.

Kali ini, aku merasa cukup iri padanya. Padahal sebelumnya, aku selalu merasa biasa saja.

            "Hebat ya bisa matematika, enggak kayak aku. Mika memang tidak terlalu jago dalam pelajaran bahasa namun rasanya tidak seburuk aku dalam pelajaran Matematika," kataku dalam hati.

            Sementara itu, tes semester satu akan dilaksanakan dalam seminggu lagi. Aku malah tidak benar-benar bisa 100 persen fokus dalam pelajaran.        

Rasanya sangat berat untuk mempertahankan juara kelas.             Aku menebak, bisa saja kali ini Mika atau Sarah yang menjadi rangking 1.

            Meski mereka tidak terlalu pandai dalam pelajaran Bahasa, namun Mika dan Sarah terlihat berusaha keras untuk mendapat nilai yang bagus dalam semua pelajaran. Usaha keras mereka untuk bisa menguasai pelajaran bahasa juga mulai terlihat.

            Mika dan Sarah mendapat nilai-nilai yang cukup bagus saat kelas Bahasa. Sedangkan, aku masih saja mendapat nilai buruk dalam Matematika.

            Tidak bisa dibilang buruk sekali, tapi aku tidak jarang mendapat nilai minimal. Inilah beberapa alasan aku yakin posisiku jadi jawara kelas tergeser.

            Keadaan makin parah ketika pikiranku tak bisa jauh dari Bobby, seperti air keran yang memenuhi ember tapi empunya ember tak kunjung sadar air sudah tumpah ke mana-mana.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Sunset is Beautiful Isn't It?
2289      708     11     
Romance
Anindya: Jangan menyukai bunga yang sudah layu. Dia tidak akan tumbuh saat kamu rawat dan bawa pulang. Angkasa: Sayangnya saya suka bunga layu, meski bunga itu kering saya akan menjaganya. —//— Tau google maps? Dia menunjukkan banyak jalan alternatif untuk sampai ke tujuan. Kadang kita diarahkan pada jalan kecil tak ramai penduduk karena itu lebih cepat...
Of Girls and Glory
4214      1681     1     
Inspirational
Pada tahun keempatnya di Aqiela Ru'ya, untuk pertama kalinya, Annika harus berbeda kamar dengan Kiara, sahabatnya. Awalnya Annika masih percaya bahwa persahabatan mereka akan tetap utuh seperti biasanya. Namun, Kiara sungguh berubah! Mulai dari lebih banyak bermain dengan klub eksklusif sekolah hingga janji-janji yang tidak ditepati. Annika diam-diam menyusun sebuah rencana untuk mempertahank...
Mendadak Halal
8235      2247     1     
Romance
Gue sebenarnya tahu. kalau menaruh perasaan pada orang yang bukan makhramnya itu sangat menyakitkan. tapi nasi sudah menjadi bubur. Gue anggap hal ini sebagai pelajaran hidup. agar gue tidak dengan mudahnya menaruh perasaan pada laki-laki kecuali suami gue nanti. --- killa. "Ini salah!,. Kenapa aku selalu memandangi perempuan itu. Yang jelas-jelas bukan makhrom ku. Astagfirullah... A...
NADA DAN NYAWA
15583      2935     2     
Inspirational
Inspirasi dari 4 pemuda. Mereka berjuang mengejar sebuah impian. Mereka adalah Nathan, Rahman, Vanno dan Rafael. Mereka yang berbeda karakter, umur dan asal. Impian mempertemukan mereka dalam ikatan sebuah persahabatan. Mereka berusaha menundukkan dunia, karena mereka tak ingin tunduk terhadap dunia. Rintangan demi rintangan mereka akan hadapi. Menurut mereka menyerah hanya untuk orang-orang yan...
Code: Scarlet
25516      4977     16     
Action
Kyoka Ichimiya. Gadis itu hidup dengan masa lalu yang masih misterius. Dengan kehidupannya sebagai Agen Percobaan selama 2 tahun, akhirnya dia sekarang bisa menjadi seorang gadis SMA biasa. Namun di balik penampilannya tersebut, Ichimiya selalu menyembunyikan belati di bawah roknya.
The Alpha
2116      949     0     
Romance
Winda hanya anak baru kelas dua belas biasa yang tidak menarik perhatian. Satu-satunya alasan mengapa semua orang bisa mengenalinya karena Reza--teman masa kecil dan juga tetangganya yang ternyata jadi cowok populer di sekolah. Meski begitu, Winda tidak pernah ambil pusing dengan status Reza di sekolah. Tapi pada akhirnya masalah demi masalah menghampiri Winda. Ia tidak menyangka harus terjebak d...
Who are You?
1411      636     9     
Science Fiction
Menjadi mahasiswa di Fakultas Kesehatan? Terdengar keren, tapi bagaimana jadinya jika tiba-tiba tanpa proses, pengetahuan, dan pengalaman, orang awam menangani kasus-kasus medis?
Premium
Dunia Tanpa Gadget
11882      3050     32     
True Story
Muridmurid SMA 2 atau biasa disebut SMADA menjunjung tinggi toleransi meskipun mereka terdiri dari suku agama dan ras yang berbedabeda Perselisihan di antara mereka tidak pernah dipicu oleh perbedaan suku agama dan ras tetapi lebih kepada kepentingan dan perasaan pribadi Mereka tidak pernah melecehkan teman mereka dari golongan minoritas Bersama mereka menjalani hidup masa remaja mereka dengan ko...
Senja Belum Berlalu
4132      1455     5     
Romance
Kehidupan seorang yang bernama Nita, yang dikatakan penyandang difabel tidak juga, namun untuk dikatakan sempurna, dia memang tidak sempurna. Nita yang akhirnya mampu mengendalikan dirinya, sayangnya ia tak mampu mengendalikan nasibnya, sejatinya nasib bisa diubah. Dan takdir yang ia terima sejatinya juga bisa diubah, namun sayangnya Nita tidak berupaya keras meminta untuk diubah. Ia menyesal...
Kainga
1359      806     12     
Romance
Sama-sama menyukai anime dan berada di kelas yang sama yaitu jurusan Animasi di sekolah menengah seni rupa, membuat Ren dan enam remaja lainnya bersahabat dan saling mendukung satu sama lain. Sebelumnya mereka hanya saling berbagi kegiatan menyenangkan saja dan tidak terlalu ikut mencampuri urusan pribadi masing-masing. Semua berubah ketika akhir kelas XI mereka dipertemukan di satu tempat ma...