“Arkan, hubungan kita mau dibawa kemana?” tanya Chelsea tiba-tiba,
Arkan tersedak kebetulan dia sedang meminum air putih, “Ya udah jelas si, Chel. Kan tinggal nunggu waktunya,”
Chelsea menarik napas pasrah, dia menyenderkan kembali tubuhnya ke sofa rumahnya, ini sudah menjadi jawaban Arkan yang kesekian kalinya, Chelsea mulai overthinking tentang kelanjutan hubungan mereka, kalau ditanya ini akan sampai nikah, pasti. Karena Arkan tidak akan memutuskan hubungan ini, tetapi Chelsea tidak tahu sebenarnya di dalam hatinya ada dirinya atau tidak, atau bahkan di hatinya justru masih Arina.
“Aku boleh nanya, Ar?” Chelsea meminta persetujuan Arkan,
Perasaan Arkan tidak enak, biasanya cewek kalau sudah mengeluarkan kalimat tersebut pasti akan berujung berantem, pertanyaan yang akan mendatangkan benih-benih pertengkaran, Arkan menghela napas lalu menatap Chelsea sebentar,
“Mau tanya apa Chelsea?”
“Sebenernya aku ini apa buat kamu, Ar?”
Dan benar seperti yang Arkan pikirkan, pertanyaan yang akan muncul adalah pertanyaan yang dapat memicu sumbu pertengkaran, perkiraannya benar. Dan sekarang dia bingung untuk menjawab pertanyaan seperti ini bagaimana, Arkan takut salah menjawab, inginnya tidak menjawab namun malah akan masalah saja.
“Kenapa tiba-tiba nanya gitu, Chel?”
“Aku pengen tahu aja,”
“Aku senang bisa kenal kamu, Aku senang bisa sama kamu,” jawab Arkan singkat,
“Tapi itu belum menjawab pertanyaanku tadi, Ar. Jawaban kamu ini lebih tepatnya untuk menjawab kesan kamu selama sama aku,”
“Pertanyaan seperti itu tidak ada ujungnya, Chel. pertanyaan itu akan selalu membuat cabangnya, intinya aku senang udah.” jelas Arkan dan kini dia memakai jaketnya lalu berdiri untuk pamit pulang.
“Aku pulang dulu, Chel. Aku gamau dari pertanyaan itu kita jadi berantem,” ucap Arkan lalu keluar dari rumah Chelsea.
Seperti yang Chelsea duga bahwa akan berakhir seperti ini, Arkan tampak marah dengan dirinya. Padahal Chelsea hanya menanyakan apa yang ingin dia tahu.
Tetapi menurut Arkan pertanyaan yang tidak perlu ditanyakan, kalaupun untuk jujur menjawab pertanyaan itu, Arkan juga tidak tahu sebenarnya Chelsea itu buat dia apa, apa Chelsea itu rumah bagi dia, atau Chelsea itu pelabuhan terakhirnya atau justru malah Chelsea itu tidak lebih dari orang pilihan orang tuanya yang harus dia nikahi.
Jujur Arkan tidak bisa memilih pilihan tersebut, egois memang, Arkan memang egois. Semua orang di dunia itu egois, bohong kalau mereka lebih mengutamakan orang lain daripada dirinya.
Terlalu naif jika kita tidak egois, dirimu berhak menjadi prioritas bagimu sendiri, dirimu berhak mendapatkan cinta terlebih dahulu dari dirimu sendiri, dan dirimu berhak mendapatkan kebahagiaan dari dirimu terlebih dahulu.
Sesekali mengesampingkan orang lain itu bukan hal yang salah, dan seringlah berbuat baik untuk diri sendiri, karena yang akan terus menetap cuman diri sendiri.
Di jalan dia kepikiran soal pertanyaan itu, sial pertanyaan yang sangat sulit dia temukan jawaban di dalam kepalanya, dia belum siap dengan pertanyaan itu.
“Aku juga gak tahu kamu itu buat aku apa, Chel. Mau aku sebut rumah, tapi hati kecilku memberontak, Mau aku sebut orang terakhir untukku, tapi Aku belum siap. Aku gak tahu Chel kenapa,” ucap Arkan bermonolog,
“Apa masih ada Arina di hatiku ya?” Arkan menanyakan hal itu pada dirinya sendiri,
Hatinya mendadak gundah berawal dari pertanyaan Chelsea membuat suasana hatinya berubah resah. Cepat atau lambat Arkan harus menemukan jawaban itu untuk Chelsea, tidak adil rasanya jika harus menggantungkan perasaan Chelsea.
Apakah validasi penting dalam sebuah hubungan? Pengakuan bahwa aku miliknya, pengakuan bahwa dia rumahnya, pengakuan bahwa dia tempat pelabuhan terakhirnya dan pengakuan-pengakuan lainnya. Bukankah mencintainya saja sudah cukup, kamu miliknya sekarang sudah cukup, kamu bahagia dengannya sekarang sudah cukup, kenapa kamu menanyakan apa arti dirimu buat seseorang, ya sudah jelas kamu penting. Justru yang aku takuti bukan kamu tidak mengatakan kamu penting di hidupku atau sebagainya namun yang aku takuti adalah kehilangan itu sendiri. Aku takut kamu hilang, takut kamu pergi.
Arkan mengacak-acak rambutnya, dia benar-benar gundah,
“Aku senang selama sama kamu, Chel. Aku sudah belajar mencintaimu, kamu orang baik, aku tidak akan mengecewakanmu, Chel. Aku hanya belum siap menyampaikan ini langsung. Yang jelas kita akan bersama, tunggu ya, Chel. Aku menyayangimu.” Arkan bermonolog lagi.
Chelsea tampak terduduk lemas di kamarnya, dia mengambil sebuah potret dirinya dengan Arkan di pantai dan ketika itu usia mereka masih usia anak SMA. Chelsea mengusap foto yang sedikit berdebu itu, membersihkan lalu memeluk foto itu, kenangan memang mahal ya, tidak bisa terulang, pikirnya.
“Ar, aku sangat bahagia waktu itu, bisakah momen itu terulang kembali?”
“Kamu sangat penting buat aku, Ar. Aku menyayangimu lebih dari siapapun, aku ingin menjadi orang pertama yang akan kamu cari ketika dunia sedang tidak baik bagimu, aku ingin jadi orang yang kamu cari ketika tubuhmu lelah.”
Chelsea menaruh kembali foto itu, lalu dia tersenyum, jawaban Arkan memang membuatnya kecewa, namun setelah melihat foto itu rasa kecewanya seketika menghilang, yang dia lakukan hanya mengingat-ingat momen indah bersamanya agar kecewa di hatinya tidak mendominasi.
Terdengar notifikasi masuk dan terlihat Arkan mengirim pesan untuknya,
Chelsea, aku sudah sampai rumah, maaf jika jawabanku tadi membuatmu sedih. Aku menyayangimu, sungguh.
Isi pesan sederhana yang Arkan kirim,
Membuat hati Chelsea menghangat, sesegera mungkin dia membalas pesan Arkan. Minta maaf mungkin hal sederhana bagi sebagian orang, namun bagi Chelsea kata itu bisa menenangkan, kata sederhana namun bermakna baginya. Tidak semua orang mampu mengucapkan kata sederhana itu.
“Aku juga sangat menyayangimu, Ar,” ucap Chelsea.
Akan ada satu orang yang akan menyayangimu, dia akan menjadi orang yang tidak rela melihatmu menangis apalagi terluka. Orang yang akan selalu menyayangimu bagaimana pun bentuk wajahmu, warna kulitmu, bagaimana pun lekuk tubuhmu, dia menyukai semua hal tentangmu.
Dia tidak peduli mau bagaimana orang terhadapmu, yang jelas kamu berarti baginya dan kamu selalu di sampingnya itu sudah cukup. Berbahagialah ketika kamu sudah menemukan orang seperti itu, genggamlah tangannya, peluklah dirinya dan berbisiklah bahwa kamu ingin bersamanya sampai nanti.