Loading...
Logo TinLit
Read Story - Tulus Paling Serius
MENU
About Us  

"Lain kali jangan begitu lagi, Nak." Baru saja, Melinda benar-benar dibuat panik hingga kepalanya sakit. Saat ini ia sedang bersama Tania, mengeringkan rambut anaknya di depan cermin.

Namun, Tania sejak tadi hanya diam seraya memandangi pantulan dirinya di cermin. Gadis itu bukannya merasa tidak bersalah, tapi rasa bersalah dan menyesalnya itulah yang membuat ia diam tidak tahu mau berkata apa.

Beberapa menit lalu Tania akhirnya ditemukan Arsya di dalam bathtub. Pria itu tidak tahu tujuan Tania sebetulnya apa berbaring dan menenggelamkan diri di dalam benda itu dengan keadaan air yang terisi penuh, yang jelas pria itu khawatir lantas mengangkat Tania untuk keluar dari sana.

"Makan ya, Nak habis ini," bujuk Melinda.

Namun, lagi-lagi Tania menggeleng. Saat ini pikirannya benar-benar tidak menentu dan penuh kebimbangan. Rasanya ia ingin menyerah saja pada kehidupan. Beberapa hari ini ia bukannya tidak berpikir, tapi hanya saja keterbatasan yang dimiliki bahkan tubuhnya yang melemah membuatnya terlalu sulit berfikir positif apalagi ia mendapat serangan terus dan keputusan sepihak dari sang ayah.

"Ma," panggil Arsya dari depan pintu yang menginterupsi Melinda melihat kearahnya. "Bubur kacang hijaunya, Ma." Pria itu mulai mendekat dan meletakkan bubur itu di meja rias.

"Bubur kacang hijau kesukaan kamu, Nak, mas Arsya yang pesenin, di makan ya sayang, ya." Lantas Melinda keluar dari kamar putrinya menyisakan mereka berdua.

"Untuk sementara kamu makan ini dulu ya, Tan. Bubur nasinya belum matang." Arsya menyodorkan mangkuk yang masih mengepulkan asap itu pada Tania. Namun, siapa sangka gadis itu justru menepisnya hingga benda itu terpelanting dan isinya berserakan di lantai.

Arsya yang tidak sempat mengelak terkena sedikit siraman dari bubur yang masih terasa menyengat di kulit itu.

"Kan tanganmu yang kena." Namun, Arsya malah memeriksa tangan Tania yang juga terkena cipratan. Pria itu lantas mencari kotak p3k yang tersimpan di laci meja rias.

Ia menemukan Betadine Antiseptic Ointment, salep itu lalu ia oleskan pada tangan serta jari Tania secara paksa, karena gadis itu berontak tidak mau.

"Mas enggak bakal mundur loh dari rencana papa itu, sekedar untuk kamu tahu, rencana itu mas yang sarankan loh pada papa," ujar Arsya dengan seringai jahilnya.

Seringai itu membuat Tania semakin emosi, hampir saja Hair dryer yang ada di depannya melayang ke kepala Arsya, jika saja pria itu tidak tangkas menangkap.

"Udah dong, Tan, musuhannya, mau sampai kapan? Hmm? Kamu kecewa kenapa? Sama mas sampai segitunya," tanya Arsya bersungguh-sungguh ia menatap sorot mata Tania yang terlihat sendu.

"Kamu ngerti enggak sih, aku bilang benci sama kamu." Tania sudah mulai menaikkan suaranya, tapi yang dilakukan Arsya justru menutup pintu kamar Tania.

"Enggak, jangan mikir macem-macem, mas nggak akan ngapa-ngapain kamu, cuma pengin ngobrol." Arsya memberi penjelasan atas tindakannya dan agar gadis itu tidak salah paham.

Pria itu duduk di pinggir ranjang. Ia ingin Tania menyetujui pernikahan mereka. Sebelumnya Arsya juga sudah meminta izin pada Anton dan Melinda perihal dirinya yang ingin membujuk Tania, dan kemudian itu disetujui asalkan tidak dengan kekerasan.

"Tania, pikirkan tentang janin yang ada di rahim kamu, ketika dia lahir dia membutuhkan seorang ayah." 

"Kamu pikir aku bisa hamil sendirian tanpa adanya ayah dari janin ini." Tania salah pengertian ia pikir Arsya mengatai janinnya tidak memilih ayah dalam artian lain, bukan sebagai aib keluarga.

"Maksud mas bukan gitu, kamu salah pengartian."

"Terus gimana?"

"Maksudnya anakmu itu perlu sosok seorang ayah untuk menyelamatkannya dikehidupan masa depan. Kamu enggak mungkin engga tahu kan, sering banget anak-anak yang terlahir dari hubungan luar nikah dianggap aib," jelas Arsya, tapi Tania hanya diam. "Kita nikah bukan buat senang-senang kayak orang lagi kasmaran terus nikah gitu, Tan, tapi buat ngelindungin kamu dan anak kamu dari orang julid diluar sana."

"Memangnya harus nikahnya sama kamu?"

"Ya enggak harus aku sih, tapi kan Virgo udah enggak mungkin, kata kamu sendiri kan, tempo hari."

"Sekalipun aku harus nikah, kamu enggak termasuk pilihan aku, Mas." 

"Ya ampun setega itu ya kamu ngucapin kata-kata itu di depan orangnya langsung. Ya udah kalau itu memang mau kamu, tapi tipekal pria yang mau kamu nikahi itu gimana? Atau memang maunya sama Virgo? Yaudah ayo mas anterin kamu keliling dunia nyariin Virgo." Arsya sudah cukup kesal, tapi ia mencoba mengenyampingkan egonya demi tidak meningalkan Tania lagi seperti kemarin. "Atau coba kamu telepon Virgo nya, siapa tahu diangkat. Kasi tahu dia dan kasi pandangan kedepannya, bakal seperti apa jika dia tidak bertanggung jawab."

Sementara Tania hanya menganggap perkataan Arsya itu seperti angin lewat, yang tidak perlu digubris. Lantas Arsya bergerak mengambil handphone milik Tania yang sejak tadi berada di atas kasur.

"Enggak, Mas! Kamu mau ngapain?" Tania bangkit dan ingin merebut handphonenya. Tentu saja itu tidak akan mudah, karena Arsya masih berencana untuk menahan handphone gadis itu lebih lama, lantaran ada sesuatu yang ingin ditemukan dari benda pipih itu.

"Mas jangan telepon keluarganya Virgo," mohon Tania bahkan sampai rela berlutut.

Arsya yang melihat aksi Tania hanya bisa geleng-geleng kepala, sebegitu besar gadis itu ingin berkorban untuk sang kekasih yang sudah pergi meninggalkannya. 

"Tania ... Tania, berhasil Virgo merebut seluruh hati kamu, sampai kamu sebodoh ini, bahkan ketika dia sudah pergi meninggalkan kamu," ucap Arsya miris. "Lalu solusi yang kamu mau itu gimana, Tan? Mau ngilang gitu aja? Solusi yang kamu pilih itu kurang tepat, semua orang kenal kamu dan kamu juga terlahir di keluarga terpandang, tidak mungkin tiba-tiba menghilang, lantas setelah kamu menghilang itu papa dan mama harus memberikan alasan apa pada mereka?"

Lantas Tania hanya bisa terdiam seraya tertunduk. Ia merasa semuanya memang sudah salah, tapi jika harus menerima solusi dari papanya dan menikah dengan Arsya, Tania pikir ia lebih baik mati saja. Sebesar itulah penolakan Tania terhadap sosok Arsya.

"Sebelum mengambil keputusan kamu harus benar-benar memikirkannya dengan matang, Tan, ini bukan hanya menyangkut diri mu saja, tapi juga keluarga dan janin kamu. Aku tidak masalah jika kamu menolakku, tapi kamu harus realistis Tania, banyak nama yang harus kamu selamatkan."

Ucapan Arsya benar-benar menampar Tania, selama ini ia memang selalu kekanak-kanakkan, bahkan ia pun sadar hanya saja masih ingin menuruti keras hatinya.

"Habis ini kamu makan dulu, Tan, pikirkan janin itu." Terakhir sebelum pria itu bergerak membereskan segala tumpahan bubur kacang hijau yang masih berserakan di atas lantai.

Memang tidak salah jika kita mencintai seseorang dengan begitu tulus, hanya saja jangan tinggalkan rasional mu di suatu tempat.

Bersambung ...

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Hunch
37298      5342     121     
Romance
🍑Sedang Revisi Total....🍑 Sierra Li Xing Fu Gadis muda berusia 18 tahun yang sedang melanjutkan studinya di Peking University. Ia sudah lama bercita-cita menjadi penulis, dan mimpinya itu barulah terwujud pada masa ini. Kesuksesannya dalam penulisan novel Colorful Day itu mengantarkannya pada banyak hal-hal baru. Dylan Zhang Xiao Seorang aktor muda berusia 20 tahun yang sudah hampi...
The Secret
387      260     1     
Short Story
Aku senang bisa masuk ke asrama bintang, menyusul Dylan, dan menghabiskan waktu bersama di taman. Kupikir semua akan indah, namun kenyataannya lain. Tragedi bunuh diri seorang siswi mencurigai Dylan terlibat di dalam kasus tersebut. Kemudian Sarah, teman sekamarku, mengungkap sebuah rahasia besar Dylan. Aku dihadapkan oleh dua pilihan, membunuh kekasihku atau mengabaikan kematian para penghuni as...
Forget Me After The Rain
416      300     1     
Short Story
\"Kalau begitu, setelah hujan ini, lupakan aku, seperti yang aku lakukan\" Gadis itu tersenyum manis
Monday
289      226     0     
Romance
Apa salah Refaya sehingga dia harus berada dalam satu kelas yang sama dengan mantan pacar satu-satunya, bahkan duduk bersebelahan? Apakah memang Tuhan memberikan jalan untuk memperbaiki hubungan? Ah, sepertinya malah memperparah keadaan. Hari Senin selalu menjadi awal dari cerita Refaya.
Sepi Tak Ingin Pergi
624      371     3     
Short Story
Dunia hanya satu. Namun, aku hidup di dua dunia. Katanya surga dan neraka ada di alam baka. Namun, aku merasakan keduanya. Orang bilang tak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan. Namun, bagiku sakit adalah tentang merelakan.
Aku Sakit
5396      1460     30     
Romance
Siapa sangka, Bella Natalia, cewek remaja introvert dan tidak memiliki banyak teman di sekolah mendadak populer setelah mengikuti audisi menyanyi di sekolahnya. Bahkah, seorang Dani Christian, cowok terpopuler di Bernadette tertarik pada Bella. Namun, bagaimana dengan Vanessa, sahabat terbaik Bella yang lebih dulu naksir cowok itu? Bella tidak ingin kehilangan sahabat terbaik, tapi dia sendiri...
Young Marriage Survivor
2828      1001     2     
Romance
Di umurnya yang ke sembilan belas tahun, Galih memantapkan diri untuk menikahi kekasihnya. Setelah memikirkan berbagai pertimbangan, Galih merasa ia tidak bisa menjalani masa pacaran lebih lama lagi. Pilihannya hanya ada dua, halalkan atau lepaskan. Kia, kekasih Galih, lebih memilih untuk menikah dengan Galih daripada putus hubungan dari cowok itu. Meskipun itu berarti Kia akan menikah tepat s...
Ghea
448      288     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...
Premium
Di Bawah Langit yang Sama dengan Jalan yang Berbeda
5939      1723     10     
Romance
Jika Kinara bisa memilih dia tidak ingin memberikan cinta pertamanya pada Bian Jika Bian bisa menghindar dia tidak ingin berpapasan dengan Kinara Jika yang hanya menjadi jika karena semuanya sudah terlambat bagi keduanya Benang merah yang semula tipis kini semakin terlihat nyata Keduanya tidak bisa abai walau tahu ujung dari segalanya adalah fana Perjalanan keduanya untuk menjadi dewasa ti...
CHANGE
465      331     0     
Short Story
Di suatu zaman di mana kuda dan panah masih menguasai dunia. Dimana peri-peri masih tak malu untuk bergaul dengan manusia. Masa kejayaan para dewa serta masa dimana kesaktian para penyihir masih terlihat sangat nyata dan diakui orang-orang. Di waktu itulah legenda tentang naga dan ksatria mencapai puncak kejayaannya. Pada masa itu terdapat suatu kerajaan makmur yang dipimpin oleh raja dan rat...