Loading...
Logo TinLit
Read Story - Teman Berbagi
MENU
About Us  

Indri masih tidak habis pikir, mengenai minat Delta yang tidak dapat terbaca olehnya beberapa hari ini. Pagi tadi hingga hampir mau sore, Indri kebosanan menghadapi tingkah Delta yang ada-ada saja, seakan dalam satu waktu pria itu memiliki banyak ide agar mereka tidak cepat pulang. Lalu kini, malam. Lagi-lagi Delta mengajaknya keluar, katanya sesekali dinner di luar. Seperti biasa, awalnya Indri selalu ingin menolak, tapi sayangnya segala alasan yang ia buat sama sekali tidak dapat mengelabui pria yang sudah mengenal wataknya.

Indri mengenakan baju seadanya, ia tidak pernah berpikir untuk menarik perhatian pria itu. Bahkan, wajahnya sama sekali tidak ia polesi make up. Indri terbiasa natural, apalagi kulitnya memang putih, jadi ia tidak perlu effort lebih untuk terlihat segar dan menarik. Malam ini ia lebih memilih mengenakan hoodie orange dengan bawahan kulot hitam. Sedangkan rambut hitam panjangnya, ia jedai rapi.

Tidak lama setelahnya ada suara ketukan pintu. Indri berpikir mungkin itu Delta, karena sejak sore tadi pria itu sudah menjejakkan kaki ke rumahnya, bahkan menyempatkan diri untuk tidur selama satu jam, sebelum pulang.

Setelah pintu terbuka, nyatanya Indri benar. Orang itu memang Delta, tapi pria itu tidak sendiri melainkan bersama seorang perempuan yang Indri tebak usianya sekitar enam puluhan lebih jika tidak meleset.

"Hai." Pria itu langsung masuk setelah melepas sepatunya. "Ayo, Ma," ajaknya pada perempuan yang datang bersamanya.

"Si Delta belum disuruh masuk main nyelonong aja," oceh perempuan itu yang membuat Indri tersipu malu, karena merasa dirinya terlambat mengabarkan itu.

"Langsung masuk aja, Ma, kalau nungguin orang rumahnya nyuruh masuk mungkin bisa enggak masuk kita," canda Delta seraya menjawil lengan Indri.

Sementara Indri langsung menyalami tangan wanita itu, seraya menyuruhnya masuk.

"Ndri, enggak usah repot-repot nyediain air minum kita cuma mampir sebentar di sini, aku mau nunjukkin ke mama rumah yang aku ingin beli," jelas Delta yang Indri rasa tidak perlu sedetail itu karena ia tidak terlalu tertarik. "Oh iya, kenalin ini mamaku, mamanya Akmal juga. Dan ini Indri, Ma, gadis yang Akmal suka dulu, calon istriku di masa depan." Sontak kalimat terakhir yang keluar dari mulut Delta membuat kedua perempuan itu serentak menatap kearahnya.
"Enggak ... enggak, bercanda, Ndri," kata Delta usai melihat mata Indri melototinya.

"Ya kalau benaran juga enggak apa-apa kok, mama sih setuju-setuju aja," timpal perempuan itu hingga membuat Indri tergamam.

"Kamu udah siap-siap, Ndri?" Delta tidak ingin mamanya melanjutkan omongan yang lain, mungkin saja bisa menyinggung Indri hingga membuat gadis itu tidak nyaman.

"Udah."

"Kalau gitu, ayo, kita langsung pergi." Delta langsung beranjak terlebih dahulu.
Kemudian diikuti ibunya, yang juga mengajak Indri untuk bersama, beranjak.

Indri merupakan tipekal gadis yang sulit bersosialisasi dan mengambil sikap. Jadinya ia canggung sendiri dikala ibunya Delta mengajaknya tanpa sungkan. Bahkan perempuan itu ingin berjalan sambil bergandengan dengannya.

Mereka akhirnya tiba di mobil yang diparkir Delta di depan gang. Delta mempersilahkan ibunya terlebih dahulu masuk di bangku belakang, selanjutnya Indri ia persilahkan duduk di sampingnya mengemudi. Ia rasa posisi seperti ini sudah benar karena dulunya saat masih bersama Melly, ibunya juga duduk di belakang sedangkan Melly duduk di depan, di sampingnya saat mengemudi.

"Dek, tadi kata kamu mau beli rumah, rumah yang mana maksudnya?" Melinda bersuara setelah mengingat perkataan anaknya tadi, yang ia rasa kurang jelas kemana arahnya.

"Enggak, aku bercanda, Ma. Tapi, bisa enggak mama jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi, aku malu, Ma! Aku udah dewasa," protes Delta dikala mamanya selalu lupa perihal panggilan waktu kecilnya yang selalu melekat hingga kini.

"Hmm ... dasar! Di depan cewek aja kamu malunya, sedangkan kalau lagi bertiga sama mama dan papa, enggak juga tu kamu protes."

Ck. Delta berdecak kesal, ibunya itu selalu suka membuatnya kesal.

"Iya-iya, enggak lagi mama panggil begitu, tapi apasih yang kamu maluin dari panggilan itu. Lihat tuh Indri biasa aja dengarnya," goda Melinda ternyata masih berlanjut.

Sekilas Delta menoleh pada Indri, sebab refleks dari perkataan mamanya.

"Enggak kan, Indri enggak ambil pusing tuh," kata mamanya membenarkan apa yang dilihat Delta.

Delta hanya mendengkus, saat sadar ia terpedaya dengan kata-kata mamanya.

"Iya, enggak, Indri?" Kali ini Melinda melibatkan Indri yang sejak tadi diam.

"Iya tante."

"Indri dulunya satu kelas dengan Akmal?"

Lagi-lagi Delta yang sudah kesal membatin 'pertanyaan macam apa itu, basi, udah tau juga'

"Iya, tante."

"Ohh, dekat dulu sama Akmal?" Kali ini Melinda benar-benar tidak tahu mengenai kedekatan anak pertamanya dengan siapapun, karena Akmal tidak pernah cerita kecuali pada adiknya, Delta. Dan Delta pun belum menceritakan secara lengkap perihal kedekatan abangnya dengan cewek manapun.

"Enggak tante," jawab Indri seadanya.

"Ohhh. Akmal itu dulu gimana, kalau di kelas, aktif enggak?"

"Ih, mama kenapa sih ditanya-tanyain lagi masalah gitu,"potong Delta yang tahu, Indri mulai risih dengan pertanyaan-pertanyaan
yang gadis itu kebingungan menjawabnya, jadi hanya dijawab seadanya.

"Lah kenapa memangnya, kan mama nanya Indri, bukan nanya kamu."

"Meskipun se-kelas, Indri tuh enggak terlalu mengenal Akmal, Ma."

"Yaelah ni anak, orang mau nanya-nanya aja sih. Ya udah mama diam."

Tidak berapa menit setelahnya, Delta membelokkan mobil nya memasuki area restoran.

european food sudah terpampang jelas diatasnya. Menandakan orang-orang tidak perlu bertanya kesana kemari tentang nama restoran bernuansa eropa ini.

Delta berjalan lebih dulu. Pria itu memang sudah dua kali ke restoran ini, dulunya ia datangi bersama rekan kerjanya, dan kali ini kedua kalinya.

Restoran ini selalu ramai, tapi beruntungnya Delta telah mereservasi lebih dulu. Dan Delta juga sengaja reservasi tempat yang private ia pikir akan lebih nyaman bagi Indri. Gadis itu mungkin tidak akan suka jika berlama-lama ditempat ramai.

Bersambung ....

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Maaf katamu? Buat apa?
745      474     0     
Short Story
“Kamu berubah. Kamu bukan Naya yang dulu.” “Saya memang bukan Naya yang dulu. KAMU YANG BUAT SAYA BERUBAH!”
Rasa Itu
743      540     0     
Short Story
Baret,Karena Ialah Kita Bersatu
738      442     0     
Short Story
Ini adalah sebuah kisah yang menceritakan perjuangan Kartika dan Damar untuk menjadi abdi negara yang memberi mereka kesempatan untuk mengenakan baret kebanggaan dan idaman banyak orang.Setelah memutuskan untuk menjalani kehidupan masing - masing,mereka kembali di pertemukan oleh takdir melalui kesatuan yang kemudian juga menyatukan mereka kembali.Karena baret itulah,mereka bersatu.
Moira
26235      2674     5     
Romance
Diana adalah seorang ratu yang tidak dicintai rajanya sendiri, Lucas Jours Houston, raja ketiga belas Kerajaan Xavier. Ia dijodohkan karena pengaruh keluarganya dalam bidang pertanian dan batu bara terhadap perekonomian Kerajaan Xavier. Sayangnya, Lucas sudah memiliki dambaan hati, Cecilia Barton, teman masa kecilnya sekaligus salah satu keluarga Barton yang terkenal loyal terhadap Kerajaan Xavie...
Palette
6440      2289     6     
Romance
Naga baru saja ditolak untuk kedua kalinya oleh Mbak Kasir minimarket dekat rumahnya, Dara. Di saat dia masih berusaha menata hati, sebelum mengejar Dara lagi, Naga justru mendapat kejutan. Pagi-pagi, saat baru bangun, dia malah bertemu Dara di rumahnya. Lebih mengejutkan lagi, gadis itu akan tinggal di sana bersamanya, mulai sekarang!
SILENT
5656      1685     3     
Romance
Tidak semua kata di dunia perlu diucapkan. Pun tidak semua makna di dalamnya perlu tersampaikan. Maka, aku memilih diam dalam semua keramaian ini. Bagiku, diamku, menyelamatkan hatiku, menyelamatkan jiwaku, menyelamatkan persahabatanku dan menyelamatkan aku dari semua hal yang tidak mungkin bisa aku hadapi sendirian, tanpa mereka. Namun satu hal, aku tidak bisa menyelamatkan rasa ini... M...
The First
527      380     0     
Short Story
Aveen, seorang gadis19 tahun yang memiliki penyakit \"The First\". Ia sangatlah minder bertemu dengan orang baru, sangat cuek hingga kadang mati rasa. Banyak orang mengira dirinya aneh karena Aveen tak bisa membangun kesan pertama dengan baik. Aveen memutuskan untuk menceritakan penyakitnya itu kepada Mira, sahabatnya. Mira memberikan saran agar Aveen sering berlatih bertemu orang baru dan mengaj...
Putaran Waktu
1018      632     6     
Horror
Saga adalah ketua panitia "MAKRAB", sedangkan Uniq merupakan mahasiswa baru di Universitas Ganesha. Saat jam menunjuk angka 23.59 malam, secara tiba-tiba keduanya melintasi ruang dan waktu ke tahun 2023. Peristiwa ini terjadi saat mereka mengadakan acara makrab di sebuah penginapan. Tempat itu bernama "Rumah Putih" yang ternyata sebuah rumah untuk anak-anak "spesial". Keanehan terjadi saat Saga b...
My SECRETary
576      369     1     
Romance
Bagi Bintang, menjadi sekretaris umum a.k sekum untuk Damar berarti terus berada di sampingnya, awalnya. Tapi sebutan sekum yang kini berarti selingkuhan ketum justru diam-diam membuat Bintang tersipu. Mungkinkah bunga-bunga yang sama juga tumbuh di hati Damar? Bintang jelas ingin tahu itu!
Nope!!!
1519      700     3     
Science Fiction
Apa yang akan kau temukan? Dunia yang hancur dengan banyak kebohongan di depan matamu. Kalau kau mau menolongku, datanglah dan bantu aku menyelesaikan semuanya. -Ra-