3 bulan yang lalu
Langit cukup cerah dan membawa suasana gembira dihati Delta. Ia bahagia bisa meluangkan waktu datang berziarah ke pemakaman abangnya, apalagi dengan formasi lengkap. Melinda Andareas sang ibu, Antonio Supatra sang ayah dan dirinya.
Delta menarik nafas lega, walau beberapa tahun lagi ia akan terus kembali kesini, mengunjungi sang kakak yang telah lama berbaring didalam sana.
"Bang tahun ini kami tidak datang bersama Melly. Jangan marah bang, aku dengan Melly memilih putus karena meski sudah menjalin hubungan selama sepuluh tahun nyatanya perbedaan itu memang benar-benar tidak bisa diubah, bahkan oleh cinta kami berdua."
Selalu banyak cerita yang muncul dikepala Delta jika datang kesini. Sementara ayah dan ibunya telah lebih dulu pulang. Mereka sudah cukup lama berkunjung bahkan ketiganya sudah usai membaca yasin, dan menabur bunga.
Kini hanya tersisa Delta sendiri, ia sengaja memilih tinggal. Karena masih banyak hal yang ingin diceritakannya pada sang kakak.
"Aku sama sekali tidak menyesal bang, mengenal dan menjalin hubungan dengan Melly, karena didalamnya banyak hal yang dapat aku pelajari. Dari Melly aku belajar caranya bertahan setelah kepergianmu, Bang. Dari Melly juga aku belajar, perbedaan itu tetap ada tidak peduli sekeras apa kita ingin menyamakannya. Dari Melly juga aku belajar bersabar, menunggu jawabannya tentang lamaran yang ujungnya tetap ditolak. Semuanya memang sakit, apalagi mengingat hubungan kami sudah berjalan sepuluh tahun banyak rasa yang telah terbiasa hingga menjadi kosong saat ditinggalkan. Namun aku bisa apa, aku punya kuasa untuk menentang agar bisa tetap bersama Melly, dan begitupun Melly. Tapi karena kewarasan dan kedewasaan, kami memilih untuk tidak melakukannya. Kata Melly untuk apa kita menjalin hubungan jika melukai orang-orang disekitar, dan aku pikir itu benar. Aku jatuh cinta sama Melly karena dia bijak dan penuh pertimbangan. Banyak hal yang aku kagumi dari dirinya."
"Bang ingat Indri Mahiru? Gadis yang kamu sukai itu, sejak kita lulus aku tidak pernah melihatnya lagi. Entah dia kemana, namun kata tante Andrea, Indri itu seperti orang tersiksa tinggal dirumahnya."
"Kamu pasti berharap dia baik-baik aja kan bang? Sama, aku pun begitu. Ketika melihat gadis itu, aku hanya melihat kesedihan yang amat dalam terperangkap didalam dirinya. Aku pernah mengamatinya hanya karena ingin tahu mengapa dia tidak datang saat pemakamanmu. Sesaat, itu pernah membuatku kesal mengapa dia sangat kejam. Semua teman kelasmu datang, tapi dia tidak. Namun, pada akhirnya aku dapat jawaban itu dengan sendirinya. Wajahnya yang sebenarnya cantik itu, selalu terlihat serius seolah tidak ada kalimat-kalimat candaan didalamnya yang dapat ditertawakan oleh diri sendiri. Didalam kesendiriannya mungkin ia kesulitan mengatur isi kepalanya yang berisik. Aku pernah bertanya-tanya, mengapa kakak ku sendiri menyukai gadis seperti ini, gadis yang terlihat sekilas tidak memiliki keistimewaan. Pertanyaan ini masih terus menetap dikepalaku, bang. Entah pada siapa harus kutanyakan, yang jelas aku terlambat untuk bertanya padamu. Haruskah pada Indri secara langsung?"
"Melly dan Indri dua nama itu selalu tersangkut dikepalaku, Bang. Aku tidak heran sama sekali jika hanya Melly, karena itu memang wajar. Sedangkan Indri, siapa dia?"
Pria itu tidak pernah bosan bercerita panjang lebar diatas gundukan tanah yang sudah hampir rata itu. Padahal itu seperti mengungkapkan cinta tanpa mengharap balasan.
Dulunya Delta sangat benci dengan penghujung bulan juni, karena tepat hari itu kakaknya pergi untuk selamanya. Namun saat dewasa ia menjadikan penghujung bulan juni menjadi hari yang amat spesial. Dalam setahun ia mengumpulkan semua ceritanya didalam kepala, lalu akan ia curahkan semuanya pada penghujung Juni, diatas gundukan tanah. Ia tidak memerlukan balasan dari setiap ceritanya, namun ia selalu meminta kesempatan pada tuhan agar bisa kembali, walau hanya setahun sekali.
***
Terakhir Delta sempat berpamitan dengan kakaknya dipemakaman tadi. Kini dengan langkah yang amat berat ia kembali mendatangi rumah yang telah lama tidak dikunjunginya, beberapa bulan ini.
Rumah minimalis namun terlihat elegan itu merupakan rumah idaman Delta untuk ia tinggali bersama Melly, namun kini tersisa hanya kenangannya saja dari segala macam wacana, itu dulu.
Delta pernah berpikir untuk menjualnya saja karena rumah itu terkonsep untuk ditinggali bersama Melly ketika mereka sudah menikah. Tapi hatinya kembali berat ketika mengingat model rumah seperti itu sulit didapatkan didaerah yang selalu menjadi idaman Delta. Jadi entah untuk beberapa kali lagi, Delta akan memikirkannya, entah akan ia jual, atau akan ia tinggali suatu saat nanti.
Sudah beberapa bulan hubungannya dengan Melly usai, namun masih ada rasa yang tersisa didalam hatinya. Dan ia tidak menyangkal sewaktu-waktu ia pernah sangat merindukan keberadaan Melly. Dulunya ketika gadis itu menanyakan segala hal yang terasa amat tidak penting, Delta tidak pernah membalasnya. Misalnya 'sudah makan?' meski tidak pula ia merasa terganggu tetap saja Delta tidak ingin membalasnya, karena pertanyaan itu terdengar amat basi. Tapi kini ia merindukannya, sudah cukup lama room chat nya tidak lagi dipenuhi spam pertanyaan seperti itu ataupun spam stiker lucu dari Melly.
Saat kembali membuka room chat nya bersama Melly, kini yang ia dapati hanya seperti ruang hampa. Cintanya masih belum pergi kemana-mana, namun keberadaan yang tercinta sudah tidak lagi ditempat seharusnya.
Delta pernah sangat ragu untuk mengakhiri dan menjadikan segalanya sia-sia, namun lagi-lagi ia tidak cukup mampu untuk bertahan disaat salah satunya sudah berada diambang pasrah lalu menyerah.
Sebetulnya Melly yang memilih menyerah lebih dulu. Padahal, Delta masih ingin memberikan kesempatan pada waktu jika ada kemungkinan takdir masih berpihak padanya. Seputus asa itulah Delta, hingga ia berharap pada takdir untuk memihaknya.
Dulunya Delta pernah berpikir, entah bagaimana nantinya jika ia pada akhirnya tidak bisa bersama Melly. Ia pikir hari itu akan sangat suram hingga ia tidak kuasa sekedar untuk menyambut hari esok. Namun kini saat semuanya telah terjadi, ternyata tidak pula semenyeramkan itu tapi hatinya terasa seperti ditikam belati tumpul, yang setiap goresannya hanya memberikan rasa yang berkali lipat, perihnya.
Meski kini hubungan mereka telah berakhir, keduanya tetap memutuskan untuk terus saling berkomunikasi. Bagi Melly, mantan bukan berarti harus menjadi musuh. Tapi yang dirasakan Delta justru berbeda. Sikap Delta tidak bisa serealistis isi kepala Melly. Meski ia berusaha sekalipun, karena rasa sakit sama sekali tidak bisa disamarkan, untuknya.
***
Kisah sepuluh tahun Delta dan Melly berakhir di bulan Januari. Sambutan terburuk sebagai pembuka untuk tahun 2023, bagi Delta.
Setelah sepuluh tahunnya berakhir begitu saja, Delta pikir akan sulit baginya untuk memulai sebuah hubungan baru. Karena kriteria sempurna yang didambakan telah usai dan menjadi kenangan. Delta benar-benar tipe pria setia yang menautkan segala ekspektasinya hanya pada pasangannya.
Bersambung ...