Loading...
Logo TinLit
Read Story - Garuda Evolution
MENU
About Us  

Yudha selesai memasak pesanan para tamu dibantu Aldi, teman sesama chef-nya, meletakkannya di meja berisi tiga masakan yang tertata rapi. Teman sesama chef-nya yang lain mengambilnya dan meletakkannya di meja troli, menyeretnya keluar menuju aula hotel. Selesai meletakkan makanan itu, dia bergegas mencuci semua peralatan masak. Aldi meletakkan makanan yang terakhir, ikut membantunya. Meraih tempat wadah sayur yang habis dicuci Yudha.

"Hari yang melelahkan ya?" katanya.

"Setiap hari kan begini, Di, kecuali hari Jumat, kita libur," jawab Yudha, menyabuni wajan dan spatula kayu dengan sabun.

"Hehe. Iya sih, tapi hari ini tamu yang datang ke hotel ini punya acara," lanjut Aldi."Kamu sudah baca berita kemarin di internet, Yud?"

"Berita apa?" Yudha membilas wajan dan spatula kayu dengan air mengalir di keran.

"Berita tentang semua terhenti di acara apa itu... Kayak cosplay..."

"Asia Festival Cosplay," koreksi Yudha. 
"Ah, betul! Di acara itu semuanya pada berhenti bergerak-sampai ke seluruh kota."

Yudha memberikan wajan dan spatula kayu itu pada Aldi, terdiam sebentar.

"Masa?"

"Iya, Yud! Terus langsung kembali seperti semula! Enggak aneh, tuh?"

"Enggak."

"Menurutku aneh. Soalnya kayak waktu berhenti."

"Kamu ngerasain?"

"Iya, tapi enggak sadar. Waktu itu aku lagi tidur di kamar," kata Aldi.

"Sama saja dong!"

"Tapi pas bangun tidur, keluargaku cerita."

"Terus?"

"Ya, ceritanya gitu doang. Nanti aku pulang bareng ya? Rumah kita kan searah."

Yudha menggangguk.

"Nanti kita mampir dulu ke supermarket. Aku mau beli sabun cuci muka sama dedoran." meletakkan wajan dan spatula kayu di rak seharusnya.

Yudha mencuci wadah-wadah kecil.

"Gampang. Tapi selesaikan ini dulu... "

Saku celananya menyala. Dia menundukkan kepala.

"Kenapa?" Aldi ikut menunduk, melihat ke saku celananya."Handpone-mu menyala, tuh. Tapi kok aneh?" mengira Evolution Entity adalah handpone.

"Ah iya, tolong cucikan ya. Aku mau mengangkatnya dulu!" dia melesat meninggalkan dapur menuju lorong yang sering dilewati tamu. Berbelok ke arah sisi dinding yang tak terlihat di situ dan berubah. Setelah berubah, mengeluarkan kartu Gapuran di Evolution Entity-nya di bawah pundaknya-terisap di lingkaran sihir. Lingkaran sihir membawanya ke gang kecil di sebelah rumah bertingkat dua, bercatkan krem, berpagarkan besi yang tertutupi sekat di depannya terbuka sedikit. Tampak di dalamnya pohon Bunga Melati Jepang menjulang tinggi. Dia mencoba merasakan daya kartu. Setelah merasakannya, dia melesat turun. Di depan gang ada papan nama pemberitahuan Jalan Nangka, Gang 3, Kota Balik. Dia melesat berbelok ke jalan raya sebelum ada kendaraan melayang melintas. Dia berhenti di tengah jalan melihat Margana cs. Mulailah pertarungan. Saling menyerang dan merapalkan mantra.

Berpindah di gang Yudha datang tadi,Aksa melesat turun ke bawah, berbelok berlari ke arah pertarungan, melompati mobil melayang dan pengendara sepeda melayang. Membuat pengendara lain melihat aksinya takjub.

Dia melompat lupa mendarat sampai menubruk temannya sendiri yang mulai kelelahan. Dua kali dia melawan Margana cs sendirian.

Bruuk!

"Aduh!"

Mereka mengaduh kesakitan. Yudha tertindih tepat di bawah bokong Aksa yang lancip.

"Aduh, hati-hati dong, Sa!" raungnya.

Aksa menoleh, menatap Yudha di bawahnya.

"Oh, maaf! Aku enggak tahu kalau ada kamu..."

"Huh!"

"Tadi aku melompat, jadi enggak tahu," katanya membela diri.

"Ya, sudah. Cepetan kamu bangun! Bokongmu lancip tahu!"

Aksa meringis, bangkit berdiri lalu mengulurkan tangan menolongnya.

Yudha berdiri.

"Pesanku sudah dibaca?" tanya Aksa. 

"Pesan yang mana?"

"Yang mereka keluar dari Aliansi Garuda itu."

"Sudah, aku kaget mereka keluar. Bukan kaget saja, kecewa iya."

"Jadi sekarang kita cuma berdua lagi seperti dulu menghadapi mereka?"

"Ya, iyalah kita berdua sama Ketua. Siapa lagi?"

Aksa mendesah.

"Pas dengar dari Ketua, aku malas datang ke sini... Daripada kena marah sama Brother, aku ke sini, deh..."

"Mau bagaimana lagi? Terpaksa kita lakukan ini bersama."

"Aku harap, mereka kembali ke Aliansi Garuda lagi," Aksa berharap, dua tangannya saling tinju."Biar aku yang maju," dia maju ke depan seperti biasa menggulung badan bagaikan bola menggelinding ke arah mereka.

"Aksa tung—"

Aksa menggelinding mengenai Samudra dan Aji yang merapalkan mantra.

"Solar-"

"Hole-"

Namun mereka tak sempat mengucapkan dan terpental beberapa meter menabrak dua pilar di seberang lalu lintas.

Bruuk!

"Uaagh!!"

Aksa menggelinding lagi, menabrak papan besar di salah satu bangunan ruko sampai menimbulkan retakan dan hancur. Kartu Mandura ikut tertimbun bersamaan.

Praak!

Dewa merapal mantra, mengeluarkan sihir merah-api dari kedua tangan, membentuk percikan bunga api di sekeliling tubuhnya mengarahkannya ke Aksa.

"Fire Orcid Ball!"

Wuush!

"Aksa!"

Sihir bunga Dewa dan Aksa menggelinding beradu tubrukan. Sihir Bunga Dewa menyilaukan mata Yudha dan Margana. Kesempatan itu membuat Margana melayang ke arah reruntuhan tadi. Yudha melihatnya buru-buru beranjak menuju reruntuhan. Sihir Bunga Dewa dan Aksa masih beradu, sihir Bunga Dewa perlahan mendorongnya ke belakang lalu terpental.

"Ah!"

Tubuh Aksa berhenti berputar, dia terpental hingga jauh menubruk bangunan ruko yang tertutup, menimbulkan retakan asap menyeruak di sekitarnya. Dia terbaring di antara reruntuhan.

Selanjutnya Dewa mengarahkan sihirnya ke arah Yudha. Bunga-bunga itu menjulur mirip sulur Snargalluf, siap membebatnya. Dia melompat menghindari sulur-sulur itu. Mengeluarkan Bintang Raksasa-nya, melemparkannya ke sulur-sulur itu. Bintang Raksasa berputar cepat, menebasnya dengan sekali tebas. Berputar ke belakang Dewa. Dewa membalikkan badan, melompat salto dan mendarat ke jalan. Bintang Raksasa kembali ke tangan Yudha.

"Dari dulu sampai sekarang, kamu masih tetap kuat ya?" puji Dewa."Di antara kalian, kamulah yang paling kuat."

Yudha kaget.

"Kenapa kamu ngomong begitu?"

"Iya, aku mengakuimu. Kamu enggak kayak temanmu yang barbar itu. Cara berpikirmulah yang aku kagumi."

Yudha tersenyum.

"Terima kasih," ucapnya, melempar lagi Bintang Raksasa-nya ke arah Dewa. 

Dewa menghindar. Bintang Raksasa berputar ke arah Margana berdiri terbalik, ada di atas tiang kosong, berusaha meraih kartu Awangga yang bersinar. Mendengar suara berdesing, menoleh kaget, melompat menghindar sampai tiang kosong itu terbelah menjadi dua.

Sreet!

Dua tiang kosong itu jatuh ke jalan menimbulkan retakan lagi. Bintang Raksasa berputar ke Margana lagi. Mengenai perutnya. Seketika tubuhnya berubah menjadi bayangan.

"Duplikat?"

Bintang Raksasa berputar ke arah Dewa lagi, menundukkan badan secepat mungkin. Yudha melompat ke arahnya, menjejakkan kaki di atas bintang itu menendangnya mengenai wajahnya.

Buuk!

"Ugh!"

Dewa terjatuh ke bawah. Jalan di bawahnya retak.

Yudha melompat ke jalan, Bintang Raksasa berputar turun, berhenti di tangannya. Dewa berdiri memanggil Called.

Bluush!

Keluar cahaya di sekeliling jalan, muncullah sesosok menyerupai naga, sisiknya hitam mengkilat, dua matanya menyala merah dan moncongnya lebar.

"Ahahaha! Akhirnya aku keluar! Ahahaha!" katanya, suaranya menggelegar.

"Taksaka," gumamnya, memanggil Called. Muncul sinar kuning menyilaukan di depan matanya.

Bluush!

Sinar kuning menyilaukan memunculkan sesosok wanita cantik, berambut panjang disanggul, berpakai lengan panjang modern warna hijau dan bawahan rok motif batik dan sepatu terompah modern. Di kepalanya memakai mahkota.

Taksaka segera mengetahui sosok wanita di bawahya kini.

"Oh, Gini!" dua mata merahnya membulat seraya tertawa menggelegar menggunakan bahasa Ular,"Ahaha! Oh, apa kamu melawan pamanmu ini?"

Nagagini tersenyum.

"Iya, Paman," jawabnya kalem, menggunakan bahasa Ular."Tapi kalau enggak ada perlawanan, aku enggak perlu melawanmu."

"Begitu, ya?" kata Taksaka."Baiklah, tapi aku terlanjur dipanggil... Aku berterima kasih kepadamu, Master," kepalanya yang lentur menoleh ke arah Dewa. Dewa tak mengerti bahasa Ular mengangguk pelan, perasaannya mulai tak enak. 

"Nah, Gini, kalau aku yang menyerang duluan bagaimana?" Taksaka menyeringai.

Wajah Nagagini waspada.

"Misalnya seperti ini—!" tubuhnya bergerak, ekornya yang besar mengayun ke arah mereka. Nagagini menyambar pinggang Yudha, melesat terbang menghindar. Ekornya mengenai setiap bangunan dan pilar-pilar dan ambruk ke setiap jalan. Nagagini melompat bersalto, melayangkan satu kakinya ke arah kepala Taksaka. 

Buuk!

Sekali tendangan, membuat naga itu meraung kesakitan. Nagagini menjejakkan kaki ke tanah, melepaskan pinggang Yudha.

"Master, tetaplah di sini! Biar aku yang maju," kata Nagagini, tak menggunakan bahasa Ular kepada manusia.

"Tapi, Gini—"

"Dengar, aku tahu kamu ingin merebut kartu. Kalau kamu ngelawan pamanku... Kamu bakal celaka!"

Yudha diam, tetapi menggangguk.

Nagagini maju, melompat ke tubuh panjang bersisik pamannya berlari ke arah kepalanya, menendangnya lagi berkali-kali hingga naga itu meraung dan ambruk.

"AAAAH!" raungnya kesakitan.

Nagagini menjejakkan kaki ke jalan.

Sementara sekuter melayang melesat melewati empat kota dan sekarang mereka memasuki Desa Jati, berbelok ke arah dua gapura besar menyeberangi rel kereta berbelok lagi ke jalan "Gang Bambu", berhenti di rumah di samping Ayyuni Lolita, butik yang menjual berbagai macam baju bergaya lolita. Mereka melesat menuju samping rumah hingga ke dapur. Seperti biasa, dua keponakan Sinetra datang lagi tapi kali ini mengajak adik mereka yang berumur delapan tahun, berwajah hitam, berambut cepak hitam yang tergolong nakal, suka menjawab omongan orang, dan suka
berbohong. Ketiga keponakannya ini soal makanan, terkenal pelit, tak mengenal istilah "Berbagi" ketiganya menyukai makanan yang wajib selalu ada yaitu DAGING. Sekali lagi dijelaskan, DAGING! Bila tak ada daging, mama terpaksa menggoreng telur untuk si bungsu, karena dia selalu makan jika makanan itu tergolong tak enak. Di balik semua itu, keponakannya ini suka sekali memelihara hewan dan suka menyiksa hewan. Molly, selalu menjadi korban penyiksaannya membuat Sinetra jengkel.

Mereka turun, meletakkan helm di gantungan jok, berbelok menuju kamar. Keponakan Sinetra si bungsu menatap Eka dengan penasaran. Bocah itu mirip sosok tuyul yang siap melaksanakan tugas dari sang majikan yang melakukan pesugihan untuk mencuri uang. Eka menatapnya gantian dengan pandangan tak suka.

"Siapa bocah itu, Sine?"

"Tuyul Lamis," jawab Sinetra, membuka pintu dan mereka masuk ke kamar.

"Tuyul Lamis?"

"Iya, itu panggilannya."

"Kenapa dia dipanggil Tuyul Lamis?"

"Kalau bicara dia suka bohong."

"Kalau aku lihat, dia bocah belagu," kata Eka.

"Memang belagu, kok. Terus dia mengganggu."

Sinetra melepas kacamata, merebahkan badan di ranjang. Eka ikut merebahkan badan. Mama membuka pintu keluar dari kamar mandi, melihat sekuter melayang anaknya. Beliau tahu jika anaknya sudah pulang. Berbelok menuju kamar. Membuka sedikit pintu, menengoknya. Seperti kemarin menanyakan mereka sudah makan atau belum.

"Sudah, Ma."

"Makan di mana kok sudah makan?"

"Di Kafe Korea tadi," jawab Sinetra.

Sebelum beranjak, mama mengatakan pada mereka, sesudah mereka berangkat ke Aliansi Garuda, beliau pergi berbelanja di toko langganannya membeli bahan persediaan rumah yang sudah habis, termasuk tambahan jajan untuk mereka dan Shinta yang selalu disembunyikan di lemari mereka masing-masing.

"Beneran, Ma?"

"Iya."

"Yeah!"

"Mama cantik, deh! Kayak Molly Weasley!" puji Eka.

"Siapa itu Molly Weasley?"

"Hadeh, Molly Weasley itu mamanya Ron, temannya Harry, Ma," jelas Eka.

"Harry Potter?"

"Iya, masa Heri Munajab!"

Mama lantas tertawa. Beranjak pergi melesat ke ruang tengah. Mereka melanjutkan rebahan lagi. Eka memeluk guling, mencoba tidur namun Sinetra mengajaknya mengobrol," Biasanya kayak begini kita buru-buru bertugas ya."

"Kita sudah berhenti, Sine," Eka menyahut.

"Aku tahu kok."

"Kita enggak ada hubungan lagi sama mereka... Aliansi Garuda..."

Sinetra menarik guling satunya.

"Mendingan begini, kita bisa tidur siang. Sudah ah aku mau tidur!" Eka menutupi wajah dengan guling.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The First
491      353     0     
Short Story
Aveen, seorang gadis19 tahun yang memiliki penyakit \"The First\". Ia sangatlah minder bertemu dengan orang baru, sangat cuek hingga kadang mati rasa. Banyak orang mengira dirinya aneh karena Aveen tak bisa membangun kesan pertama dengan baik. Aveen memutuskan untuk menceritakan penyakitnya itu kepada Mira, sahabatnya. Mira memberikan saran agar Aveen sering berlatih bertemu orang baru dan mengaj...
Galang dan Refana
609      390     0     
Short Story
“Untuk apa kita diciptakan di dunia? “ seorang gadis yang sudah cukup lama ku kenal mengajukan sebuah pertanyaan. Ia melemparkan pandangan kosongnya ke sebuah dimensi ruang. Tangannya yang dipenuhi perban memeluk lutut seolah tangah melindungi tubuh dan jiwa rapuhnya
Behind the Camera
1775      670     3     
Romance
Aritha Ravenza, siswi baru yang tertarik dunia fotografi. Di sekolah barunya, ia ingin sekali bergabung dengan FORSA, namun ternyata ekskul tersebut menyimpan sejumlah fakta yang tak terduga. Ia ingin menghindar, namun ternyata orang yang ia kagumi secara diam-diam menjadi bagian dari mereka.
Inspektur Cokelat: Perkara Remaja
321      223     1     
Short Story
Elliora Renata, seorang putri dari salah satu keluarga ternama di Indonesia, hal itu tak menjamin kebahagiaannya. Terlahir dengan kondisi albinis dan iris mata merah tajam, banyak orang menjauhinya karena kehadirannya disinyalir membawa petaka. Kehidupan monoton tanpa ada rasa kasih sayang menjadikannya kehilangan gairah bersosialisasinya sampai akhirnya...serangkaian kejadian tak menyenangkan...
HAMPA
396      272     1     
Short Story
Terkadang, cinta bisa membuat seseorang menjadi sekejam itu...
Forestee
465      327     4     
Fantasy
Ini adalah pertemuan tentang kupu-kupu tersesat dan serigala yang mencari ketenangan. Keduanya menemukan kekuatan terpendam yang sama berbahaya bagi kaum mereka.
Finding Home
1980      933     1     
Fantasy
Bercerita tentang seorang petualang bernama Lost yang tidak memiliki rumah maupun ingatan tentang rumahnya. Ia menjelajahi seluruh dunia untuk mencari rumahnya. Bersama dengan rekan petualangannya, Helix si kucing cerdik dan Reina seorang putri yang menghilang, mereka berkelana ke berbagai tempat menakjubkan untuk menemukan rumah bagi Lost
Ansos and Kokuhaku
3291      1038     9     
Romance
Kehidupan ansos, ketika seorang ditanyai bagaimana kehidupan seorang ansos, pasti akan menjawab; Suram, tak memiliki teman, sangat menyedihkan, dan lain-lain. Tentu saja kata-kata itu sering kali di dengar dari mulut masyarakat, ya kan. Bukankah itu sangat membosankan. Kalau begitu, pernah kah kalian mendengar kehidupan ansos yang satu ini... Kiki yang seorang remaja laki-laki, yang belu...
Shane's Story
2300      902     1     
Romance
Shane memulai kehidupan barunya dengan mengubur masalalunya dalam-dalam dan berusaha menyembunyikannya dari semua orang, termasuk Sea. Dan ketika masalalunya mulai datang menghadangnya ditengah jalan, apa yang akan dilakukannya? apakah dia akan lari lagi?
CHANGE
465      331     0     
Short Story
Di suatu zaman di mana kuda dan panah masih menguasai dunia. Dimana peri-peri masih tak malu untuk bergaul dengan manusia. Masa kejayaan para dewa serta masa dimana kesaktian para penyihir masih terlihat sangat nyata dan diakui orang-orang. Di waktu itulah legenda tentang naga dan ksatria mencapai puncak kejayaannya. Pada masa itu terdapat suatu kerajaan makmur yang dipimpin oleh raja dan rat...